Oleh: Adrianus Kojongian
Pemerintahan Raja
Jacob Ponto yang dimulai sejak tanggal 26 September 1850 membawa berbagai
kemajuan di Siau. Penduduk mulai mengusahakan pengolahan buah kelapa menjadi kopra
yang sangat menguntungkan. Juga penanaman pala secara besar-besaran untuk
produk ekspor dengan kualitas yang tidak kalah dengan pala Banda.
Kopra atau kembo, sebelumnya tidak dikenal oleh
penduduk Siau. Menurut ambtenar Belanda B(ernhardus) C(hristianus) A(nthonius)
J(acobus) van Dinter tahun 1899 pengolahan kelapa menjadi kopra diperkenalkan
pertama kali oleh Duivenbode (Maarten Dirk van Renesse van Duivenbode), seorang pedagang
besar di Ternate.
Tahun 1862, pemilik
tiga kapal schooner Esther Helena, Constantijn
dan pancalang Fearnot ini datang
mengunjungi Siau, dan menunjukkan cara mengerjakan kopra kepada penduduk Siau,
sehingga kopra segera menjadi populer. Sebelum waktu itu, menurut Dinter,
penduduk hanya memproduksi minyak kelapa (lana
winuhu).
Budidaya pala
dirintis sejak tahun 1868 ketika pohon pertama ditanam di Siau. Zendelingleeraar (guru Zendeling) Siau August
Grohe melakukan uji coba dengan mendatangkan beberapa bibit dari Manado.
Menurut Dinter pula,
eksperimen tersebut berhasil dengan sangat baik, sehingga budidaya pala
berkembang pesat. Bahkan produksinya lebih dua kali lipat dari pada budidaya
kelapa.
Namun, meski pun
hasil awal baik dan memadai, baru tahun 1874 terutama atas prakarsa Manalang
Dulag Kansil yang kelak menjadi Raja, penduduk mulai menyadari keuntungan besar
dari pembudidayaannya.
Siau kemudian menjadi
produsen pala terkemuka. Orang Cina yang berdagang di Siau membeli pala dan
fuli penduduk, lalu mengirimnya dengan kapal ke Manado dan Singapura. Harganya
di tahun 1897 adalah 40 sampai 50 gulden untuk pala sementara untuk fuli
mencapai 70-80 gulden untuk tiap pikul.
Tahun 1890 harga puncaknya mencapai 98 gulden untuk pala, dan 125 gulden per
pikul fuli.
Dinter yang tahun
1897 hingga 1899 menjabat Aspiran Kontrolir Sangihe-Talaud di bawah Kontrolir
F.C.Vorstman mencatat pula kualitas pala Siau sejajar dengan pala Banda. Jumlah
pohon pala Siau sekitar 20.000 yang belum berbuah, termasuk pohon jantan
sekitar 120.000. Di tahun 1897 ekspor pala Siau sebanyak 2.000 pikul.
ANTI-BELANDA
Tanggal 8 Juni 1863,
Raja Jacob Ponto dan mantri Siau meneken perjanjian (overeenkomsten) 27 pasal di Manado dengan Residen Willem Christiaan
Happe.
Dari delapan orang mantri
(rijksgrooten) yang ikut bertanda pada
perjanjian di naskah Belanda, hanya satu president jogugu yang terbaca namanya,
yakni Jacob Sahay yang bertanda kruis. Satu president raja, tiga orang jogugu, 1 president jogugu lain dan 2 kapitein laut, tidak
terbaca namanya.
Dengan perjanjian
tersebut, pajak diberlakukan secara resmi untuk penduduk Siau, sebesar 1
gulden. Penduduk dapat menggantinya dengan hasil minyak, tripang, kakao atau
koffo dan lain-lain. Total pajak Siau adalah 500 gulden. Sepersepuluh
pendapatan jadi persentase raja dan mantri bobatonya. Raja mendapat jatah 2/5, president
raja 1/5, jogugu 1/5, president jogugu 1/10 dan kapitein laut 1/10.
Tahun 1864, bajak
laut bersenjata berat pada bulan Maret menghadang Raja Jacob Ponto yang baru pulang
dari Manado di Pulau Bejaran (Biaro). Ia bisa lolos setelah terjadi pertempuran
sengit, dimana kedua belah pihak jatuh korban meninggal dan terluka.
Raja Jacob Ponto yang
semula beragama Kristen Protestan pindah masuk Islam.
Zendeling NZG
Nicolaas Philip Wilken dari Tomohon dan Johannes Albert Traugott Schwarz dari
Sonder tahun 1867 mengungkap penuturan dari Jogugu Bolaang Mongondow di tahun
1866 ketika Raja Ponto meminang adik Raja Bolaang-Mongondow Johannis Manuel
Manoppo. Pertama, ia menerima penolakan, namun diberitahukan kepadanya
pernikahan bisa terjadi, jika kedua pihak menganut agama yang sama.
Raja Ponto memahami
petunjuk tersebut dan pergi ke Bolaang Itang, tempat kelahirannya yang saat itu
diperintah oleh adiknya Israel Ponto sejak Agustus 1864. Di sini ia telah masuk
Islam, kemudian mengulangi lamarannya dan diterima dengan baik. Dengan
memberikan mas kawin terbilang besar. 1
Tapi, Islam tidak
berkembang di Siau. Kristen Protestan justru tumbuh makin pesat, dengan
persekolahannya.
Dari persekolahan
yang ada di Kepulauan Sangihe dan Talaud, Siau tercatat memiliki sekolah terbanyak. Sekolah gubernemen (dibiayai penuh pemerintah
Hindia-Belanda) berada di Dagho dipimpin guru J.Judas (sejak 10 Agustus 1867).
Tamako J.Makagiansar (1866). Ulu L.Takainginan ( 27 Maret 1863). Sawan P.Nathan
(10 Agustus 1867). Talawid J.Arerus (10 Agustus 1867). Lia J.Kabohang (lalu
S.Kabschun 10 Agustus 1867), serta Kiawang guru J.Darahmu sejak 13 Oktober 1870 (diganti
Kalampung sejak 1 November 1872).
Sementara sekolah
negeri (sekolah partikulir atau jemaat, sebagian bersubsidi) berada di Ondong
dipimpin guru P. Pasandaran (sejak 11 Februari 1860). Makalehi guru L.Johannis
(1 Mei 1847). Biau guru J.Lombo (1 Februari 1858). Mala guru S.Singandong (4
April 1867). Baruw guru S.Bangka (1 Maret 1868). Kanawong guru P.Tinunde (lalu
1873 J.Kramen dan ulang Tinunde 1874). Lai guru J.Berkati (1 Juni 1866). Beong guru
H.Sarapil (lalu M.Labeij 1873 dan ulang Sarapil 1874). Buhias guru J.Dramuh
(1872). Parat guru A.Kudaboru (12 Februari 1859). Lehi guru J.Bawole (1 April
1866). Karakitan guru E.Nusa. Sawang guru N.Sakoedoe (1867) dan Kalama yang
belum punya guru.
Tanggal 11 Desember
1884 Raja Jacob Ponto kembali meneken kontrak berisi 29 pasal di Manado dengan
Residen Owen Maurits de Munnick. Pajak ditetapkan
lagi sebesar 500 gulden/tahun, dengan tiap rumah tangga 1 gulden atau ditukar
minyak, tripang, karet atau koffo. Sepersepuluh bagian jatah raja dan mantri
(raja memperoleh 3/10, jogugu dan president raja 2/10 dan kapitein laut 3/10).
Kain koffo. *) |
Kontrak tersebut diperbarui
ulang oleh pengganti Munnick Jhr.Johannes Cornelis Wilhelmus Didericus van der
Wijck 26 November 1885, terutama menegaskan wilayah dan batas-batas Siau.
Dalam kontrak ini, kerajaan
Siau disebut mencakup pulau-pulau Makalehi, Masare, Pahiperempuang, Kapuliha,
Mahoro, Kalama, Karakitan, Mangehetang, Para, Nitu, Salangkere, Silahi,
Singeloan, Lawean, Hamalutan, Nenungen Bowondike. Selanjutnya milik Siau di
Sangihe negeri Tamako dan Dagho dan Pulau Mahumu. Perbatasan barat dari dua
negeri ini dari Tanjung Lelapirle ke selatan sepanjang pantai hingga mulut sungai
Kolowatu. Perbatasan selatan membentang di sepanjang aliran sungainya sampai
puncak gunung Bong-Konsie. Sementara perbatasan utara, dari puncak gunung tersebut
ke Tanjung Lelapide. Di Kepulauan Talaud, milik Siau Pulau Kabaruan.
Masa akhir pemerintahannya
Raja Jacob Ponto banyak menentang kebijakan kolonial Belanda.
Versi Belanda,
seperti dicatat Koloniaal Verslag 1890, Raja Siau sudah sejak penempatan
Kontrolir pertama bangsa Eropa di Kepulauan Sangihe-Talaud tahun 1882 diam-diam
menentang. Ia pun dituduh menghasut dan mengancam.
Bulan Agustus 1889, Residen
Manado Marinus Cornelis Emanuel Stakman menahan Raja Jacob Ponto di Siau. Ia
lalu dipindahkan ke Manado, menunggu
keputusan resmi pemerintah Hindia-Belanda.
Keputusan tersebut
segera datang. Pada bulan Oktober 1889 Gubernur Jenderal C.Pijnacker Hordijk mengeluarkan
keputusan kalau martabat Jacob Ponto sebagai Raja Siau dicabut ‘karena
kesalahan serta salah urus’.
Hoofdjaksa Landraad
Manado A(rnoldus) B(ernardus) Kalenkongan yang menjadi temannya ikut terkena
imbas, diberhentikan dengan hak pensiun berdasar beslit Gubernur Jenderal Pijnacker
Hordijk tanggal 15 September 1889 nomor 11.
Pengaruh Raja Jacob
Ponto ternyata masih besar dan Belanda menganggapnya berbahaya. Maka, dengan
beslit pemerintah Hindia-Belanda tertanggal 11 Februari 1890 nomor 7, beralasan
demi kepentingan perdamaian dan ketenteraman publik, dari Manado ia diputus
dipindahkan ke Pulau Jawa. Kota Cirebon ditunjuk sebagai tempat tinggal baru.
Dari beslit tersebut
pula, untuk sementara pemerintahan Siau diserahkan kepada mantri pertama, yakni
President Raja, untuk menggantikan ketidakhadiran raja.
Tanggal 3 Mei 1890,
mantan raja yang baru tiba di tempat pengasingannya meninggal dunia dan
dimakamkan di Sangkanhurip, sekarang Kabupaten Kuningan Jawa Barat.
DUA PRESIDENT PENGGANTI RAJA
Jogugu Ulu Samuel
David menjadi President Pengganti Raja menggantikan Jacob Ponto sejak bulan Agustus
1889 (dalam pertemuan di Lirung 15 September 1889, dicatat sebagai Jogugu).
Ia dibantu oleh Jogugu di Ondong. Kedua Jogugu diangkat dan diberhentikan oleh
Residen Manado.
Samuel David meneken tambahan
kontrak dengan Residen Eeltje Jelles Jellesma 28 September 1894 dengan nama
Gemuel Davidt dalam posisi President Pengganti Raja.
President Pengganti Raja Samuel David berjasa menghapus
perbudakan di Siau tahun 1889. Untuk itu ia menerima penghargaan Zilveren Medaille voor Burgerlijke verdienste
(medali perak untuk pahala sipil) bulan September 1892.
Dinter menggambarkan
para budak masih lebih beruntung di Siau, dibanding di tempat lain. Sebelumnya,
para budak menjadi milik tuan mereka, dan harus bekerja untuknya, tetapi berhak
atas makanan dan pakaian. Dalam kasus kematian tuannya, mereka adalah bagian
dari warisan dan dibagi di antara ahli waris. Mereka pun bisa dijual, termasuk
sebagai mahar untuk perkawinan.
Tuannya mungkin
memukul budaknya, tetapi tidak membunuh mereka. Seandainya seorang budak
melayani tuannya dengan setia untuk waktu yang lama, sering terjadi bahwa dia dibebaskan.
Tapi, agar legal pelepasan diputus oleh Majelis (Rechtbank) dalam sebuah pertemuan umum.
Pasar budak,
menurutnya, adalah Kepulauan Talaud, dimana orang bisa membeli dengan harga murah.
Para tahanan pun dapat dijadikan budak, begitu pun pelaku kejahatan dapat
diputus Majelis menjadi budak.
Majelis atau
pengadilan dibentuk oleh Residen M.C.E.Stakman sejak akhir 1889, dikepalai raja
atau President Pengganti Raja, dibantu anggota yakni satu atau dua jogugu,
beberapa hukum (kepala polisi dari negeri), kapita (komandan prajurit), sangadi
dan kimelaha. Hukuman paling berat yang dijatuhkan pengadilan ini adalah
hukuman mati dalam berbagai bentuk, antara lain ditenggelamkan, ditembak.
Kemudian dipukul rotan, pengusiran ke pulau sekitarnya, penurunan posisi dan
lain-lain.
Dinter mencatat
penduduk Siau sebanyak 24.000 jiwa, sehingga masa itu telah diupayakan untuk
mentransmigrasikan ke Minahasa yang kurang padat penduduknya. Namun bujukan
tersebut sulit diikuti, meski dengan tawaran menguntungkan, karena penduduk sangat
terikat dengan pulaunya.
Menurut Dinter pula,
Protestan telah berakar kuat di antara penduduk, dan orang Kristen Siau
sebanyak 8.000, diantaranya terdapat 1.500 anggota sidi. Terdapat pula 31
jemaat (gemeente) dengan gereja
sendiri. Kemudian 6 sekolah gubernemen dan 24 sekolah Zending.
Guru
Zendeling Paul Kelling selain giat tanpa kenal lelah mengurus jemaat,
juga berjasa mendirikan serta memimpin langsung sekolah pelatihan di Ulu
untuk membentuk Penolong dan guru pribumi (Opleidingsschool ter vorming
van inlandsche helpers en onderwijzer in de gemeenten en scholen op de
Sangir en Talaudeilanden). Baru tahun 1907 sekolah tersebut dipindah ke
Kaluwatu sebagai Kweekschool (Zendingsschool tot opleiding onderwijzer
tevens godsdienstvoorgangers), dengan direktur H.J.Nauta.
Zendelingleerar Paul Kelling dan murid Opleidingschool di Ulu. *) |
PADUKA RAJA
Manalang Dulag Kansil
menjadi pejabat raja sejak tahun 1895. Ia meneken tambahan kontrak tanggal 24
Maret 1896 masih dalam kapasitas President Pengganti Raja.
Tanggal 31 Agustus
1898 Manalang Dulag Kansil dilantik di Manado sebagai Raja Siau dengan meneken akte van bevestiging oleh Residen Eeltje
Jelles Jellesma, dengan anugerah gelar untuk pertama kali Paduka
Raja. Pelantikannya disaksikan Kontrolir Kepulauan Sangihe-Talaud F.C.Vorstman dan
Kontrolir Manado H.F.Hekselaar. Ia dilantik bersama-sama tiga raja Sangihe
lainnya. Raja Manganitu Johannis Mocodompis, Raja Tabukan David Sarapil dan
Raja Kandhar-Taruna Salmon Dumalang. Peneguhan Gubernur Jenderal C.H.A.van der
Wijck 27 April 1899, sama untuk ketiga raja yang dilantik bersamanya.
Kontrak panjang (lange contract) Siau terakhir berisi 35
pasal diteken Raja Manalang 25 November 1899 di Ulu dengan Jellesma. Salah satu
pasal kontrak mewajibkan penduduk Siau (termasuk kejoguguan Tamako) berusia 18
tahun ke atas membayar pajak rumah tangga (hasil) sebesar 2,50 gulden, sedang
untuk penduduk koloni di Talaud 1 gulden. Pajak dapat dibayar dengan minyak,
tripang, karet atau koffo. Raja dan mantri memperoleh sepersepuluh bagian.
Persentase raja 3/10, jogugu 1/10 dan kapitein laut 5/10.
Siau mulai menarik
pemodal besar sejak akhir abad ke-19. Pengusaha J.J.W.M van den Toorn tahun 1900 memperoleh konsesi untuk areal
onderneming di Siau seluas 1.900 hektar. Di masa berikut perdagangan kopra di
Siau dan Kepulauan Sangihe-Talaud dimonopoli oleh Menado
Produce Company, sebuah anak perusahaan dari Makasser Produce Company dan
Deensche Maatschapij.
Masa pelayanan Paul Kelling, karena besarnya jemaat dan kesibukannya mengajar di Opleidingschool, ikut membantu Mr.K(arl) G(otthelf) F(erdinand) Steller --selain pos tetap di Manganitu-- melayani jemaat di Tamako dan Ulu, sementara G(ustav) F(erdinand) Schroder yang bekerja di Tabukan membantu jemaat di Ondong.
Kemudian tahun 1908 (hingga 1921) ditempatkan Ds.C.Ferguson di Tamako. A.J.Swanborn (hingga 1904) di Ondong, G.Land (tugas tetap di Resort Tagulandang hingga 1910), J.van Muijlwijk di Ondong tahun 1914, dan H.Billmann tahun 1921 di Ulu (juga di Ondong, hingga 1928), E.Scherrer 1921 di Ulu, K.Miedema 1929, dan J.E.E.Scherrer yang bertugas di Resort Tagulandang, tapi melayani Ulu dan Ondong tahun 1933.
Masa pelayanan Paul Kelling, karena besarnya jemaat dan kesibukannya mengajar di Opleidingschool, ikut membantu Mr.K(arl) G(otthelf) F(erdinand) Steller --selain pos tetap di Manganitu-- melayani jemaat di Tamako dan Ulu, sementara G(ustav) F(erdinand) Schroder yang bekerja di Tabukan membantu jemaat di Ondong.
Kemudian tahun 1908 (hingga 1921) ditempatkan Ds.C.Ferguson di Tamako. A.J.Swanborn (hingga 1904) di Ondong, G.Land (tugas tetap di Resort Tagulandang hingga 1910), J.van Muijlwijk di Ondong tahun 1914, dan H.Billmann tahun 1921 di Ulu (juga di Ondong, hingga 1928), E.Scherrer 1921 di Ulu, K.Miedema 1929, dan J.E.E.Scherrer yang bertugas di Resort Tagulandang, tapi melayani Ulu dan Ondong tahun 1933.
Statistik tahun 1917 mencatat
Resort di Ulu dengan Zendeling Paul Kelling memiliki 16 Jemaat, 16 penolong
injil, 2.896 orang Kristen dan 1.056 murid sekolah. Di Ondong Zendeling J.van
Muijlwijk (yang sedang cuti), mempunyai 18 jemaat, 18 penolong injil, 3.135 orang
Kristen, dan 1.177 murid sekolah.
Raja Manalang Dulag
Kansil masih meneken tambahan perjanjian tanggal 22 Mei 1901 berupa akuisisi
penanganan pelabuhan, dan 24 November 1905 di Ulu dengan Residen Steven Jan
Matthijs van Geuns tentang pajak. Sejak 1 Januari 1905 pajak menjadi 4 gulden (baca Mengenal Raja-raja Tagulandang 2).
Tahun 1905 penduduk
Siau dicatat berjumlah 24.000 jiwa.
Atas permintaan
sendiri, dengan beslit gubernemen tanggal 28 Maret 1908 nomor 17, Raja Manalang
Dulag Kansil diberhentikan dengan hormat. Putri-putrinya: Johana Kansil
dikawini Christiaan Ponto Raja Kandhar-Taruna, Louise Ella Kansil dikawini Willem
Manuel Pandengsolang Mocodompis (Raja Manganitu), dan Adriana Kansil dikawini
Willem Kahandake Sarapil (Raja Tabukan).
WILAYAH MENGECIL
Jogugu Ondong Abraham
Jacob Mohede, bertindak sebagai pemangku sementara (waarnemend) Raja Siau sejak akhir bulan Maret 1908.
Dengan verklaring (deklarasi) tanggal 6 Mei
1912 di Ulu, Mohede dan landsgrootennya, menyerahkan secara resmi dua
kejoguguan miliknya di Pulau Kabaruan Kepulauan Talaud yakni Mangaran dan
Taduwale kepada pemerintah Hindia-Belanda. Pulau Kabaruan bersama koloni bekas milik
kerajaan lain Sangihe Besar oleh Belanda dijadikan Landschap Kepulauan
Talaud (baca juga Kepulauan Talaud Tempo Dulu 5).
Karena penentangannya
terhadap kebijakan Belanda, Mohede diberhentikan dengan hormat sebagai pejabat
Raja Siau dengan beslit Gubernemen 19 Juni 1912 nomor 8.
Untuk menggantikannya,
ditunjuk Jogugu Anthonie Jafet Kansil Bogar. Ia telah meneken korte verklaring (pernyataan singkat) uniform model (model seragam) tanggal 1 Januari 1913 yang mendapat
persetujuan dengan beslit 3 Mei 1913 nomor 22. Statusnya masih sebagai
waarnemend Raja.
Hari Kamis tanggal 9
Januari 1913, di depan Kontrolir Kepulauan Sangihe van Dijk, Pejabat Raja Siau A.J.K.Bogar
meneken pernyataan singkat ‘bahwa untuk kepentingan Hindia-Belanda’ dan
administrasi wilayah yang tepat, Siau melepaskan semua klaimnya di Sangihe
Besar atas kejoguguan Tamako dan pulau-pulau yang mengelilinginya.
Daerah kantong tersebut
ditambahkan kepada Manganitu yang berdekatan, dan memperoleh pengukuhan pemerintah
Hindia-Belanda dengan beslit 21 Juni 1913 nomor 70.
Pulau-pulau yang
diserahkan Siau kepada Manganitu adalah Mahumu, Kalama, Karakitan, Mahengetang,
Bara, Nitu, Salengekre, Siha, Silahe (Sihakadio), Nenug, Bowondeke dan Singeloon.
A.J.K.Bogar baru resmi
menjadi Raja Siau setelah meneken korte verklaring model seragam bersama
landsgrooten tanggal 10 Oktober 1913 yang mendapat pengukuhan Gubernur Jenderal
A.F.W.Idenburg dengan beslit 2 Mei 1914 nomor 29. Ia pun memperoleh gelar
Paduka Raja.
Bulan Maret 1917 ia diangkat
menjadi anggota Landraad Manado mewakili Onderafdeeling
Kepulauan Sangihe. Sejak Februari 1917 ia merangkap jadi pemangku sementara Raja Tagulandang setelah rajanya Cornelius Tamalero mengundurkan diri.
Tanggal 12 November
1918 Raja Bogar meninggal karena sakit dalam usia menjelang 39 tahun.
Sementara digantikan oleh saudara tirinya Jogugu Ulu Antoni Dulage Laihad, yang
juga merangkap di Tagulandang.
Anak Manalang Dulag
Kansil, yakni Lodewijk Nicolaas Kansil kemudian terpilih sebagai raja baru.
Raja yang lulus dari Hoofdenschool (Sekolah
Raja) di Tondano mulai menjalankan fungsinya dengan beslit gubernemen 4 Januari
1921 nomor 32.
Raja Lodewijk
Nicolaas Kansil disertai landsgrooten (pengganti rijksgrooten) tanggal 7 Februari 1921 meneken korte
verklaring model seragam yang memperoleh pengukuhan dengan beslit Gubernur
Jenderal D.Fock 28 April 1922 nomor 58. Gelarannya Paduka Raja.
Ia pun merangkap jadi
Pejabat Raja Tagulandang sampai Hendrik Philips Jacobs dilantik definitif sebagai
Raja Tagulandang 17 Juni 1923.
Masa memerintahnya,
gerakan kebangsaan berkembang di Siau di bawah pimpinan Gustaf Ernest Dauhan.
Ia mendirikan di Ulu, Partai Nasional Indonesia (PNI), yang awal bulan Maret
1928 afdeeling Siaunya telah memiliki 100 anggota. Adiknya Jafet Bawole Dauhan
anggota Partai Indonesia (PI atau Partindo, kelanjutan dari PNI), murid Leider-Cursus dari Soekarno di Bandung,
kelak ditangkap di Siau 24 Maret 1933, dan meninggal di penjara Tahuna pada 29
Maret diduga dibunuh.
Bulan Mei 1929, Raja
yang berusia 31 tahun diberhentikan sementara (Baca pula Tiga Raja Sangihe dan Residen Schmidt).
Kemudian dengan beslit
gubernemen tanggal 14 Mei 1930 nomor 1 martabat rajanya dicabut, setelah Majelis
atau Pengadilan adat (inheemsche
rechtbank der Sangihe-eilanden) menjatuhkan hukuman dua tahun pengasingan
di Parigi Sulawesi Tengah (tahun 1941 ia direhabilitasi dan diangkat menjadi
jaksa).
Residen Manado Harko
JohannesSchmidt pada pertengahan April 1929 mengangkat Raja Tagulandang Hendrik
Philips Jacobs sebagai pejabat Raja Siau.
Bulan Mei 1930
setelah pemecatan tiga raja (Siau, Taruna dan Tabukan), telah dilakukan pemilihan
secara adat, dimana Cornelis Ponto Hermanses, seorang wartawan yang menjabat redaktur
harian Keng Hwa Po, terpilih sebagai Raja Siau. Tapi diprotes legitimasinya
sampai di Volksraad oleh Dr.Sam Ratulangi, karena campur tangan dari Residen
Schmidt dalam pemilihan Raja Tabukan, sehingga ketiga raja terpilih ketika itu
sama-sama dibatalkan, termasuk Hermanses.
Kemudian telah dipilih
Jogugu Ulu Aling Janis yang dilantik secara resmi sebagai Raja Siau tanggal 16
September 1930 oleh Residen Anton Philip van Aken, pengganti Schmidt, dengan meneken
akte van verband. Ia memperoleh
pengakuan dan konfirmasi (pengukuhan) dengan beslit gubernemen 2 Februari 1931
nomor 7.
Raja Janis memperoleh
gaji dari kas onderafdeeling, sebesar 400 gulden per bulannya, dikorting 17
persen, ditambah uang perjalanan dan akomodasi. Landsgrooten atau mantri
terdiri dua jogugu, di Ondong dan Ulu yang menjadi ibukota. Jogugu juga
menikmati gaji, tunjangan dan akomodasi. Kepala kampung (Kapitein Laut) tidak
memperoleh gaji, hanya menerima pendapatan dari pengumpulan pajak.
Ds.Daniel Brilman
mencatat tahun 1936 penduduk Siau yang dibaptis sekaligus anggota sidi 10.644
orang, sementara yang hanya dibaptis 19.853. Total anggota sidi dan yang
dibaptis 30.497 orang. Jemaat sebanyak 37, penolong injil 38. Sekolah
bersubsidi 25 dan tidak bersubsidi 8, dengan jumlah murid 3.504 dan guru 83
orang.
Raja Janis meninggal bulan
Januari 1935. Kedua putranya dipersiapkan menjadi pengganti. Namun kemudian
Residen Manado bereksperimen dengan menempatkan pejabat asal Minahasa Frans Pieter
Parengkuan, yang menjabat bestuur
asistent di Sulawesi Tengah sebagai raja adinterim Siau.
Dianggap berhasil,
tahun 1940 Parengkuan didefinitifkan sebagai raja. Parengkuan juga menjadi Raja
Siau terakhir. Penggantinya kemudian Jogugu Ulu Charles David berstatus pejabat
raja.
¹. Mahar yang
dituntut dari Raja Ponto dan dibayarkan untuk perkawinan dengan adik raja
Bolaang-Mongondow adalah 4.000 grove,
30 lusin piring halus, 10 lusin piring, 2 kotak madapolam, 2 kotak kapas biru,
12 budak, 4 senjata, 5 pikul besi, 12 gong, 2 set kolintang (masing-masing 6
buah), 6 barang dan setengah kodi (10 buah) sutra patola. Selain itu sebagai
hadiah pernikahan, pengantin pria memberikan kepada mempelai wanita, 1 sisir
emas, 2 pasang jepit rambut dari emas, 3 pasang tali karang, 1 pending emas
(untuk tali pusar dengan gesper) serta sepasang pin telinga dari berlian.
*).Foto dari Wikimedia Commons, Memory of Nederlandsch dan dari buku Ds.Daniel Brilman.
LITERATUR
Algemeen Verslag van den staat van
het schoolwezen in Nederlandsch-Indie, Batavia. Dbnl.
Almanak dan Regeeringsalmanak voor Nederlandsch-Indie 1853,1855,1856,1857,1861,1862,1867,1871,1872,1875,
1879,1889,1887,1890,1901,1903,1905,dan 1911. Google Books dan Sammlungen der Staatsbibliothek zu
Berlin.
Brilman, D. De Zending op de Sangi-en Talaud-Eilanden, 1938. Delpher Boeken.
Delpher Kranten, koran-koran tahun 1918,1928,1929,1930,1931,1932,1933,1935,1936,1937.
Dinter, B.C.A.J.van, Eenige geographische en ethnographische aanteekeningen betreffende
het eiland Siaoe,
Tijdschrift voor Indische Taal-,Land-en Volkenkunde, deel XLI, 1899. MMKITLV.
Hickson, Sydney J. A Naturalist in North Celebes, 1889.
Snelleman, Joh.F. Encyclopaedie van
Nederlandsch-Indie, vierde deel, ‘s-Gravenhage-Leiden, Martinus
Nijhoff-E.J.Brill, 1905. Internet Archief.
Staten Generaal Digitaal, Overeenkomsten met Inlandsche
Vorsten in den Oost-Indischen Archipel,
dan Koloniaal Verslag.
Stibbe, D.G. dan Mr.Dr.F.J.W.H.Sandbergen, Encyclopaedie van Nederlandsch-Indie, achtste deel, ‘s-Gravenhage, Martinus Nijhoff, 1939.
Wilken, N.Ph. dan
J.A.Schwarz, Het Heidendom en de
Islam in Bolaang Mongondow, dan Allerlei over
het Land en Volk van Bolaang Mongondow, dalam Mededeelingen van wege het
Nederlandsch Zendelinggenootschap, elfde jaargang, Rotterdam, 1867.
Raja, Regent dan Pejabat Raja Siau
Raja Lokombanua
Raja Posumah (Don Jeronimo I) hingga 1587.
Selang tahun 1564-1569 tinggal di
Ternate.
Raja
Wuisang (Don Joao), 1587-1590.
Raja
Winsulangi (Don Jeronimo II), 1590-1624.
Selang tahun 1614-1620 tinggal di Manila.
Duarte Pereira (Kaicil Kaluwan), raja diangkat Belanda
15 Agustus 1614, dibawa ke Banda 12 Oktober 1615.
Raja Don Juan, 1624-1638.
Raja Don Ventura Pinto de Morales, 1638-1658.
Raja Don Francisco Xavier Batahi, 1658/1664-1687.
Regent, Padri
Diego de
Esquivel, 1658-1662.
Regent Santiago Manumpil 1687-1692.
Raja Jacobus Xavier, 1686/1690-1703.
Raja David Munasa alias Xavier, 1703-1713.
Raja Daniel Jacobs(z), 1714-akhir Desember 1751.
Raja Ismael Jacobs, 1751/1 Desember 1752-1786.
Raja Ericus Jacobs, 7 Oktober 1786-1790.
Raja Eugenius Jacobs, 1790-1823.
Raja Franciscus Octavianus Paparang, 1823-1839.
Raja Nicolaas Ponto, 1839-akhir 1849.
Raja Jacob Ponto, 22 Januari 1850/23 Oktober 1854-Agustus
1889/resmi diberhentikan Oktober 1889.
President Pengganti Raja Samuel David, Agustus 1889-1895.
President Pengganti Raja Manalang Dulag Kansil,
1895-31 Agustus 1898.
Raja Manalang Dulag Kansil, 31 Agustus 1898/27 April
1899-28 Maret 1908.
Pejabat Raja (waarnemend)
Abraham Jacob Mohede, 28 Maret 1908-19 Juni 1912.
Pejabat Raja Anthonie Jafet Kansil Bogar, 19 Juni
1912-10 Oktober 1913.
Raja Anthonie Jafet Kansil Bogar, 10 Oktober 1913/2
Mei 1914-12 November 1918.
Pejabat Raja Anthonie Dulage Laihad, November
1918-Februari 1921
Raja Lodewijk Nicolaas Kansil, 7 Februari 1921/28
April 1922- April 1929, resmi diberhentikan 14 Mei 1930.
Pemangku sementara Raja Hendrik Philips Jacobs dari
Tagulandang, pertengahan April 1929-16 September 1930.
Raja Aling Janis, 16 September 1930/2 Februari 1931-Januari
1935.
Pejabat Raja Frans Pieter Parengkuan, 1935, lalu
definitif 1940.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.