Pusaka Raja Ponto 1928. Di tengah piring perak 1688. |
Peninggalan antik masa kolonial di
Sulawesi Utara, semakin hilang. Sedikit gereja setidaknya masih menyimpan
sebagian barang antik gerejawi. Selebihnya bersebaran menjadi koleksi pribadi,
atau seperti sisa-sisa meriam tersebar di berbagai tempat dan instansi.
Namun koleksi penting Gereja GMIM Sentrum
yang di masa kolonial dari periode Kompeni (VOC) hingga Hindia-Belanda menjadi
gereja utama Manado tidak diketahui persis. Bekas gereja besar Manado ini
hancur dibom ketika Perang Dunia II, sementara bangunan yang ada sekarang baru
didirikan kembali di tahun 1952.
Dari banyak benteng yang pernah ada di
Minahasa, hanya tersisa bekas benteng Portugis di Amurang. Benteng yang
mengalami renovasi dan dimanfaatkan masa Kompeni Belanda dan Hindia-Belanda hanya
bersisa bastion.
Benteng Nieuw Amsterdam di Manado sendiri
telah dibongkar tahun 1950 masa Walikota Tieneke Agustine Magdalena Waworoentoe,
ketika semangat nasionalisme dan anti-Belanda sangat menggelora.
Bangunan-bangunan dari batu masih banyak ditemukan,
meski terhitung berumur muda, baik di Manado mau pun kota-kota lain di Minahasa,
termasuk di Bolaang-Mongondow dan Sangihe-Talaud. Tapi, kebanyakan bangunan-bangunan
sisa masa kolonial ini dibangun pada periode pertengahan abad ke-19 dan awal hingga
dekade ketiga abad ke-20. Seperti bekas-bekas kantor pemerintahan, pasanggrahan,
gedung-gedung gereja, istana beberapa raja tempo dulu, rumah pribadi, bungalow dan bangunan sekolah
yang lebih banyak pula berupa bangunan semi permanen.
PENELITIAN VAN DE
WALL
Penulis Belanda Victor Ido van de Wall yang
melakukan penelitian arkeologi pertama kali di Sulawesi Utara (bahkan di
seluruh Sulawesi) tahun 1928 mengaku
kalau daerah ini saat itu sangat kaya dengan barang antik bernilai arkeologis,
namun terabaikan. Ia terutama meneliti dan menginventarisir sisa-sisa dan
barang antik peninggalan masa Kompeni Belanda (VOC) dari periode tahun 1602-1800.
Benteng Nieuw Amsterdam sebenarnya yang jadi
tujuan utama penelitian, tapi kemudian melebar hingga di seluruh Sulawesi. Menurutnya,
bangunan benteng tersebut tidak bernilai arkeologis atau memiliki seni sejarah.
Tapi, yang mendapat pujian utama sebagai paling luar biasa adalah
peninggalan-peninggalan yang ada di Kepulauan Sangihe dan Talaud yang
mengandung banyak kenangan sejarah.
Tentang Manado, ia mengakui tidak kaya akan
kenangan dari masa Kompeni. Benteng batu Nieuw Amsterdam berbentuk persegi
panjang dengan tembok pembatas dan empat bastion. Temboknya di bagian daratan
sebagiannya dihancurkan tahun 1910. Hanya landpoortnya masih bersisa rumah jaga
berasal tahun 1703.
Bangunan di benteng sendiri, menurutnya,
berasal dari era modern. Aslinya berasal dari pagar kayu tahun 1655, lalu
diperkuat tahun 1673 dengan dikelilingi dinding batu tahun 1703. Tapi, sejak tahun
1740 tidak dapat digunakan lagi dan sepenuhnya kadaluwarsa tahun 1855, serta
dirusak oleh api tahun sama.
Benteng yang ada kemudian adalah bangunan baru
yang selesai dikerjakan tahun 1864, dengan menggunakan reruntuhan benteng
sebelumnya.
Menurutnya, dari sudut pandang estetika,
hanya ada sedikit yang pantas diperhatikan, dan memiliki nilai arkeologis yang
kecil.
Barang antik yang ada di gereja Manado
(gereja GMIM Sentrum sekarang), justru penting. Potongan-potongan seperti bejana
pembaptisan dihiasi dengan adegan Kitab Suci berasal dari paruh kedua abad
ke-17; tiga piring perak berinskripsi tahun 1672, dan dua gelas berdekorasi mewah dengan ukiran
nama gereja. Bangunan gereja ini pun memiliki mahkota lilin besar dan kecil
yang indah serta dua hiasan dinding dari paruh kedua abad ke-18, satu kursi
gaya Empire dan jam dari akhir abad ke-18. Van de Wall memuji arsip gereja yang
dipelihara dan disimpan dengan baik, juga makam yang terpelihara dengan baik, kendati
tidak berisi kuburan tua.
Ia memuji koleksi pribadi dari tiga tokoh di
Manado ketika itu. Koleksi Que sangat berharga. Cincin hadiah dari perak langka dengan prasasti untuk mengenang Herweina Gilia
Tolling, putri dari Raad-ordinair Mr.Laurens Tolling yang meninggal tahun 1712,
dan dari Maria Simonse van der Heyden, istri dari Raad van Justitie Mr.Francois
van der Lee yang meninggal 1717. Juga seperangkat hidangan perak dari paruh
kedua abad ke-18, sebuah kotak sirih dengan hiasan perak, satu set lengkap
sirihgerei dari paruh kedua abad ke-18; dua kotak perhiasan dari pernis Jepang,
dirangkai indah dengan perak, serta sebuah kotak perhiasan terbuat dari
kura-kura dengan emas, semuanya dari paruh kedua abad ke-18. Koleksi peralatan
langka dari masa Kompeni ini, menurut de Wall, disatukan di Ambon dan memiliki
keunikan dalam jenis. 1]
Kemudian disorotnya koleksi Kok, berupa furnitur masa Kompeni dan porselin lama. Juga porselin lama dari koleksi
Jacobus. 2]
Ia menyesalkan meriam perunggu yang indah
dari tahun 1621 keluaran Willem Wegewaert Den Haag serta 26 lila perunggu yang
pernah disebutkan Mr.Dr.Jacob Cornelis Overvoorde, seorang sejarawan dan arsiparis pada tahun 1910, karena tidak diketahui.
WARUGA
Minahasa, dari penelitian van de Wall, tidak
diberkahi dengan baik, dan sejauh menyangkut bangunan sangat langka sebagai
hasil dari banyak gempa bumi, termasuk yang terjadi pada tahun 1852. Akibatnya
hampir tidak ada bangunan batu yang tersisa.
Di Kema, Likupang, Tanawangko, Atep dan
Belang masih menyisakan sedikit bekas-bekas benteng yang dibangun sekitar awal
abad ke-19 melawan serangan perompak. Benteng Nassau di Kema dihancurkan ketika
jalan menuju Manado dibangun. Di Pulau Talise dilihatnya ada jam dari tahun
1674 dengan inskripsi Latin.
Ia kagum dengan kuburan khas Minahasa waruga.
‘’Luar biasa adalah koleksi waruga di Sawangan Tonsea.’’
Van de Wall berpendapat kalau pembuatan
waruga yang berada di Sawangan ini telah dipahat di bawah pengaruh Barat.
Hiasan waruga dengan sosok manusia, banyak digambarkan dalam pakaian Barat abad
ke-18. Ia mengenalinya dari ornamennya yang dikerjakan dengan terampil.
‘’Kecurigaan ini jelas kalau pegawai Kompeni berfungsi sebagai model untuk
tokoh-tokoh dekorasi dan monumen kuburan,’’ simpulnya.
Mahkota lilin dari tembaga dan perunggu serta
aksesori dinding terkait, sebagai pameran seni Belanda kuno ditemukannya di
bangunan gereja di Tondano (gereja kecil), Tomohon, Remboken, Koya dan Amurang.
Di Amurang, diamatinya, meriam besi dari
Kamer Amsterdam dan Zeeland, sementara beberapa meriam hias perunggu
ditemukannya di antara individu pribadi. Seperti satu dari Kamer (cabang) Zeeland dengan
tulisan ‘Steen Borchardt Enchuyse 1769.’
SATAL
Paling luar biasa, menurut de Wall, adalah
barang antik peninggalan masa Kompeni yang ada di Sangihe dan Talaud.
Di Tahuna, ia menemui banyak benda bersejarah
properti keluarga Raja Ponto (Christiaan Ponto) dari Kandhar (Kendahe).
Antaranya benda-benda yang dihormati sebagai pusaka adalah piring hadiah dari
perak (sampai sekarang dimiliki keturunannya di Kendahe). Piring tersebut
menurut prasastinya diberikan kepada nenek moyangnya Datu Buisan sebagai hadiah
oleh Gubernur Kompeni Maluku Thim dari Ternate 1688. 3]
Kemudian meriam hias perunggu dengan senjata
Portugis tahun 1759; tongkat dengan tombol perak. Di luar Tahuna, ada dua kubur
pendeta masa Kompeni, Ds.Franciscus Dionysius (meninggal 1674) dan Ds.Isaac
Huisman (meninggal 1675), sementara di Ondong Siau terdapat kubur Ds.Paulus van
der Dussen yang meninggal Maret 1822.
Di depan istana Landschap Tabukan di
Enemawira terdapat dua meriam hias dari perunggu yang dibuat dengan indah dari
Manila tahun 1643, tongkat dengan kancing perak dari tahun 1816 di tangan
individu, juga sebuah pos di negeri Tabukan lama. 4]
Meriam hias di Enemawira. |
Keluarga dari Raja Sarapil (Willem Alexander
Kahendake Sarapil) memiliki meriam, topi kuno dan lain-lain di Saluran.
Milik keluarga Raja Manganitu Mocodompis (Willem
Manuel Pandengsolang Mocodompis) di Tamako berupa piring porselin Cina dengan
monogram VOC.
Di Siau, di ibukota Ulu ada paal dengan
penanda VOC di pantai, juga monogram yang telah dihapus sebagian karena sering
diplester. Tidak jauh dari situ reruntuhan benteng Doornburg dari tahun 1682.
Bentengnya tahun 1928 tinggal menyisakan pecahan benteng, dinding dan tangga.
Tapi, masa itu garis besarnya masih dapat ditelusuri sebagian. Semuanya terbuat
dari batu dan sudah terabaikan. 5]
Di sisi jalan ada sebuah batu Koromandel
bertulis di atasnya: T (ahoena?) 168… V.O.C.D:1: Janev…
Dari keterangan orang tua yang didengarnya, batu tersebut dulunya berada di depan paal bertanda VOC. Di depan istana Raja Kansil (Lodewijk Nicolaas Kansil) terdapat meriam dekoratif perunggu dengan prasasti 1758 dan di rumah seorang pribadi sebuah meriam lain dari tahun 1765.
Dari keterangan orang tua yang didengarnya, batu tersebut dulunya berada di depan paal bertanda VOC. Di depan istana Raja Kansil (Lodewijk Nicolaas Kansil) terdapat meriam dekoratif perunggu dengan prasasti 1758 dan di rumah seorang pribadi sebuah meriam lain dari tahun 1765.
Batu Koromandel yang pernah ada di Ulu. |
Di Landschap Tagulandang, di ibukota dengan
nama sama, ia menemukan meriam hias perunggu yang didekorasi dengan bagus untuk
rumah Raja (Hendrik Philips Jacobs) dan pasanggrahan. Juga masih ada sisa-sisa
dinding tanggul 1 meter, mungkin dari sebuah pos, terletak di Tulusan.
Di Landschap Kepulauan Talaud, di negeri Beo,
berada di depan rumah Raja Talaud (Julius Sario Tamawiwij) masing-masing dua
meriam dekoratif perunggu dari Kamer Zeeland, satu dari L.B.Haverkamp, Hoorn
1784 dan dari P.Seest 1788.
Di Lirung di Pulau Salibabu sebuah meriam
dekoratif perunggu di depan rumah Jogugu yang juga sebagai pasanggrahan.
Meriamnya berasal Kamer Amsterdam, dari Pieter Seest 1756. Di negeri
Salibabu, sebuah meriam tua, tidak bertulis. Sementara di Pulau Miangas, ada
beberapa meriam perunggu tua. ***
--------
1] Mungkin pemilik pabrik air mineral di Tikala
K.St.Que atau pemilik toko Ambon Que Gebroeders di Kemaweg.
2] C.Kok, agen kepala dari Moluksche Handels Vennootschap Manado. Bulan Mei 1927 diangkat jadi anggota Gementeraad Manado hingga 1930. Sementara Jacobus mungkin Joseph Jacobus, mantan Hoofddjaksa Landraad Manado.
3] Dihadiahkan Gubernur Maluku dari Kompeni Belanda di Ternate Johan (Joan) Henrich Thim setelah Raja Kandhar Datu Buisan meneken kontrak dengannya tanggal 15 September 1688 di Ternate.
2] C.Kok, agen kepala dari Moluksche Handels Vennootschap Manado. Bulan Mei 1927 diangkat jadi anggota Gementeraad Manado hingga 1930. Sementara Jacobus mungkin Joseph Jacobus, mantan Hoofddjaksa Landraad Manado.
3] Dihadiahkan Gubernur Maluku dari Kompeni Belanda di Ternate Johan (Joan) Henrich Thim setelah Raja Kandhar Datu Buisan meneken kontrak dengannya tanggal 15 September 1688 di Ternate.
4] Pos Tabukan menjadi
tempat kedudukan militer Belanda untuk Sangihe-Talaud sejak jaman Kompeni di
abad ke-17, dengan komandan berpangkat kapten, sersan, bahkan kopral.
5] Benteng Doornburg
(Doornenburg) di Ulu dibangun 1682 dari reruntuhan benteng Spanyol Santa Rosa
yang tahun 1677 sempat diberi nama Maetsuyker.
·
Foto
dan sumber tulisan dari Oudheidkundig
jaarboek, negende jaargang 1929.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.