Benteng Nieuw Amsterdam 1917. (foto Walter Kaudern, koleksi New York Public Library) |
Siapa-siapa kepala Minahasa yang menghadiri kesepakatan perjanjian 10 Januari 1679 dengan Kompeni Belanda diwakili Gubernur Robertus Padtbrugge di reduijt (benteng) Amsterdam Manado, sampai sekarang menjadi misteri. Hanya diketahui rigter (Hukum) Mandey, Kapiten Paat, Supit dan Pedro Ranty, disamping jurubahasa Bastiaan Saway. 1
Para kepala lain sekedar disebutkan nama negeri (dorp), yakni Ares, Klabat, Bantik, Klabat boven atau om hoog (atas), Kakaskasen, Tomohon, Tombariri, Sarongsong, Tongkimbut om laag (bawah), Tongkimbut boven, Rumoong, Tombasian, Tompaso, Langowan, Kakas, Remboken, Tompaso, Tondano, Tonsea, Manado, sementara kepala Tonsawang dan Pasan mewakili Ratahan dan Ponosakan.
Hukum Mandey tidak diketahui memimpin negeri mana. Tapi
Paat adalah kapiten dari Tomohon. Supit kapiten dari Tombariri, serta Pedro
Ranty dari negeri yang akan dikenal sebagai Negeri Baru. Mereka belum menjadi
pemimpin negeri. 2
Selain empat tokoh di atas, dari raport Gubernur Padtbrugge diketahui ada nama dari
enam tokoh lain yang ikut hadir. Dari Ares, masing-masing: Hukum Timboli (Tumbol), Hukum
Tambocco (Tamboto), Kapiten Lasso (Lasut) dan Kapiten Laerouw. Kemudian Bantik Kapiten Caute
yang berada di atas posisi Hukum Bantik, serta Tonsea yang hanya diwakili oleh
seorang petugas (officus) bernama
Lano-onson. 3
Dari
daftar raport Padtbrugge sebanyak enam puluh lima tokoh yang hadir di hari Selasa penandatanganan
kontrak. 4
Beberapa diantaranya masih ikut hadir dua puluh tahun
kemudian dalam perjanjian berikut yang berlangsung 10 September 1699.
Semua kepala yang hadir memperoleh hadiah tanda mata dari
Padtbrugge berupa kain jenis ciavonijs.
5
Tergantung siapa tokoh besaran hadiah kainnya. Banyak
kepala negeri (Hukum) hanya memperoleh satu seperti Hukum Bantik, Klabat Atas,
Remboken, Tompaso, Tombasian, Rumoong, Tongkimbut Bawah, Tongkimbut Atas,
Kakas, dan Langowan. Namun, kapiten-kapitennya rata-rata memperoleh dua ciavonijs.
Paling tinggi diperoleh Hukum Tondano dan Tonsea dengan lima
ciavonijs dengan Kapiten Tondano empat ciavonijs. Kapiten Tomohon ikut
memperoleh empat ciavonijs, sementara Hukum kepalanya hanya memperoleh tiga. Disusul
Kapiten Tombariri dengan tiga ciavonijs, sedang Hukum kepalanya hanya mendapat dua.
Beberapa kepala bawahan mendapatkan hanya setengah ciavonijs.
Dari raport Padtbrugge diketahui kalau struktur
pemerintahan Minahasa ketika itu berupa perangkat bobato atau mantri-mantri yang umum berlaku
di Maluku, Bolaang dan Sangihe. Dimulai dari pemimpin tertinggi Hukum,
kemudian Kapiten, Vandrig (pembantu perwira) dan Marinjo.
Yang unik karena negeri Manado memiliki bobato berbeda
dengan bobato negeri Minahasa lainnya. Di bawah hukum sebagai kepala negeri Manado,
berada kepala kedua yakni jogugu. Kemudian di bawahnya Sangaji, baru Marinjo. Masa bersamaan di Ternate dan kerajaan-kerajaan Sangihe dan Bolaang, jogugu
setimpal dengan posisi perdana menteri, menjadi orang kedua dalam bobato yang
dipimpin oleh seorang raja. Namun sebelum tahun 1693 jabatan jogugu dan sangaji di negeri Manado hilang, jadi seragam dengan bobato Minahasa lainnya.
Penerima donasi dari Padtbrugge. |
Akhir tahun 1679 Residen Abraham van Meijerdt, dan Komandan Benteng Amsterdam Sersan Herman Smith (kemudian juga Residen Herman Jans Steijnkuijler 31 Juli 1689) mengungkap posisi bobato Minahasa terdiri hukum majoor sebagai pemimpin negeri. Di bawahnya hukum dengan negeri besar memiliki beberapa hukum, seperti Tondano dan Tomohon. Bahkan, Ares sampai tahun 1699 memiliki dua kepala dengan gelar hukum majoor, termasuk Tondano.
Lebih di bawah hukum majoor dan hukum ada kapiten majoor, kapiten, letnan, vandrig, sersan, kopral, marinjo dan terakhir soldat (serdadu) yang tidak masuk dalam bobato. Beberapa negeri ikut memiliki sangaji. Seperti di Kakaskasen dicatat Meijerdt tahun 1681, tiga orang sangaji: Claas, Tinpronel dan Ponamon.
Tondano terbagi dua akhir tahun 1680-an. Dari berita Steijnkuijler berdiri negeri bernama Timani di Tondano dengan para bobatonya pada
September dan Desember 1691 terdiri Hukum Majoor Le’bu (Lobo), Kapiten Majoor
Lino, dan Letnan Tamburian. Sementara bobato Tondano lama dipimpin oleh Hukum
Majoor Tambahany, Kapiten Majoor Noleban, Kapiten Majoor Bebenkan, Vandrig
Hieronnimus dan Marinjo Tomondon. Peristiwa ini awal dari terbentuknya Tondano-Touliang
dan Tondano-Toulimambot.
Empat nama hukum majoor terkenal pada periode 1679 hingga
sebelum tahun 1691 adalah Tamboto dari Ares. Mangenanto (Manenanto) dari
Tomohon. Tambuwun dari Tongkimbut, dan Mandagi dari Sarongsong. Hukum antara
lain: Peleh dari Klabat, Benas dari Tonsea, Mandagi dari Tomohon, Kaboeloer
dari Tongkimbut, Pala dari Kakas, Lankualang dari Bantik dan Makalopa
(Makatopa) dari Ponosakan.
Kapiten majoor seperti Zagay dari Tongkimbut (dicatat
Padtbrugge tahun 1679). Kapiten Majoor Balacmy dari Tondano. Kemudian Paat dan
Supit. Kapiten antara lain: Manoy (Manol) dari Bantik, Tamboto dari Tomohon.
Vandrig: Bumbange dari Ares, Panajom dari Tongkimbut Bawah. Bahkan ada nama
Sersan Peedy dan Kopral Pely dari Tongkimbut, lalu Marinjo Lago dari Ares.
Posisi militer dalam bobato negeri Minahasa adalah dengan usulan hukum atau hukum majoor dan disetujui oleh Residen Manado yang sering melakukan pelantikan langsung di tempat. Bahkan dari catatan harian Gecommitteerde Coopman dan Fiscaal Daniel Fiers dan Boekhouder Jan Walraven de la Fontaine tahun 1697 pengangkatan bobato Minahasa adalah dengan keputusan regeering Maluku.
Peran para perwira dalam pemerintahan masa itu lebih
ditujukan pada urusan militer. Seperti mengerahkan para werbare mannen, yakni pria dewasa di tiap negeri untuk berperang
atau membantu Kompeni serta berbagai pekerjaan negeri. Atau giliran membawa
hasil padi di Manado.
Berdasar hitungan Residen Meijerdt tahun 1679 terdapat
4.814 pria dewasa Minahasa (minus Ratahan, Tonsawang dan Ponosakan). Sedangkan
tahun 1695 sejumlah 8.790 orang. 6
PELANTIKAN BOBATO
Steijnkuijler pada 24 September 1691 mengangkat bobato di
Klabat Atas Sersan Rottij, dan marinjo dua orang, yakni Regar dan Rottij. Tanggal
25 September 1691 ia mengangkat Pasiam (Tasian) sebagai sersan. Seke kopral, serta
Lonsejo dan Romoat marinjo. Lalu Alo-eij sebagai letnan pada 27 September.
Bulan April 1695 Residen Stephanus Thierry melakukan
serangkaian pengangkatan bobato.
Di Tomohon tanggal 12 Vandrig Toelemeo diangkat letnan.
Sersan Bondaal vandrig, Kopral Roemaijal sersan dan Marinjo
Roemoenkewas menjadi kopral.
Di Tombasian pengganti Marinjo Kakabilij dan Loumantouw yang
meninggal diangkat Gondal dan Toemondo. Di Tompaso, Kopral
Loemanbol jadi sersan dan Marinjo Langie sebagai kopral.
Di Langowan diangkat Letnan Mangoedal sebagai kapiten mengganti
Commindo yang meninggal. Posisi letnan diisi Sersan Noesa. Kopral Tawaloejang
jadi sersan dan marinjo diisi Majonporo.
Di Klabat Atas diangkat Vandrig Boerangi-an sebagai letnan. Jadi vandrig Sersan Ponda-ong, dan Kopral Seke menggantinya sebagai sersan. Marinjo Roemo-at naik kopral, diganti Tikoaloe sebagai marinjo.
Dari posisi kapiten majoor, Paat, Supit juga Lontoh baru
dicatatkan Residen Steijnkuijler 22 Juli
1691 menjadi hukum sebagai pemimpin negeri.
Tahun 1693 Paat dan Supit menjadi hukum majoor sementara
Lontoh masih hukum. Tapi ketiganya telah memainkan peran penting sebagai tokoh
diantara para kepala Minahasa lainnya, terutama dengan Paat dan Supit sejak dua
dekade sebelumnya. Gelaran Lontoh sebagai hukum majoor baru tercatat setelah
tahun 1693.
Dalam salah satu pertemuan di Tomohon 16 Desember 1693, Paat dan Supit menggunakan gelar hukum majoor. Sedangkan Lontoh masih sebagai hukum.
Kepala lain yang hadir adalah:
Hukum Tikonoeboe dan
Letnan Koemajas dari Tomohon.
Hukum Paat dan Kapiten
Majoor Soerentoe dari Kakaskasen.
Hukum Gorong dan Letnan
Mangoendap dari Langowan.
Kapiten Majoor Polij dan
Kapiten Majoor Taloemeboe dari Tombariri.
Kapiten Koemmeijken dan
Letnan Pocatou dari Tongkimbut.
Kapiten Tapa dari Sarongsong.
Kapiten Lela dari Tompaso.
Kapiten Assoe dari Rumoong.
Hukum Majoor Tambahanij
dan Kapiten Majoor Jenelewang dari Tondano.
Hukum Majoor Leboe serta
Kapiten Majoor Lenoe dari Tondano.
Hukum Majoor Benaas dan
Kapiten Majoor Daja dari Tonsea.
Hukum Majoor Sendo-o dan
Kapiten Majoor Soemarab dari Remboken, dan
Hukum Ratahan Loosoeng.
Bobato Pasan di tahun 1695 dilaporkan adalah: Tolongan, Makakuda, Nanoe, Tanbakon, Polima, Poenpoen dan Gomanba. Sementara bobato Ponosakan terdiri Soulandij, Amolaoj dan Toemanbon. Rata-rata para bobato Pasan dan Ponosakan termasuk hukum lalu Hukum Majoor Makalopa diganti beberapa bulan kemudian. Boiessem menggantikan Makalopa.
Sejak tahun 1695, Paat, Supit dan Lontoh memperoleh promosi sebagai Hukum Majoor Kepala
(Hoofd Hoecoem Majoor).
Promosi juga berlaku bagi dua orang kapiten majoor dari
Ares Lassout dan Lolabij yang tahun 1695 diangkat menjadi Hukum Majoor Ares. Termasuk Kapiten Majoor Manol yang November 1692 diangkat jadi Hukum
Bantik menggantikan Lankoulang. ***
REFERENSI
Arsip-arsip Inventaris Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC)
1602-1795 (1811). Nationaal Archief Nederland.
Corpus Diplomaticum, Prof.Mr.J.E.Heeres dan
Dr.F.W.Stapel, BKI deel 91 tahun 1934.
1.Sejarawan Kompeni Belanda Stapel dan Heeres tidak menyebut
Paat, hanya Kapiten Pacat Supit. Sementara dalam raport Gubernur Padtbrugge, terdapat
nama Kapiten Pahat terpisah dari nama Soupit, ditandai dengan en (dan). Pahat dimaksud adalah Kapiten Paat
yang dalam berbagai dokumen Kompeni tahun-tahun tersebut dicatatkan telah
memainkan peranan penting, bahkan paling banyak disorot dibanding Supit
2.Banyak pendapat Pedro Ranty adalah
tokoh sama dengan Lontoh. Namun dari berita bersamaan Onderkoopman
Stephanus Thierry April 1695, adalah tokoh berbeda. Pedro Ranty disebut berasal dari Nieuw Negeri (Negeri Baru) dan Lontoh Hukum
Majoor dari Sarongsong. Negeri Baru (sekarang Titiwungen) adalah dorp kemudian balak yang sejak awal
semua penduduknya telah beragama Kristen.
3.Penulisan ulang nama mengikuti
aksara raport dan dagregister. Banyak janggal karena pengaksenan nama orang Minahasa oleh Padtbrugge dan para residen. Sehingga nama sama banyak ditemui berbeda penulisan pada laporan lain. Pukul rata pula tokoh-tokoh Minahasa saat itu belum Kristen.
4.Dalam 'tradisi' Padtbrugge dan
pengganti-penggantinya, setiap selesai penandatanganan kontrak, selalu diserahkan
‘hadiah’ tanda mata. Tapi, berbeda pada raja-raja di Sangihe dan Bolaang dengan penyerahan aneka jenis kain sesuai tingkatan pula, para kepala Minahasa dalam kontrak 1679 hanya menerima satu jenis kain saja.
Dapat dipastikan tokoh-tokoh Mandey, Paat, Supit dan Pedro Ranty menerima hadiah
tersebut dalam kedudukan hukum dan kapiten pada daftar penerima kain dari Padtbrugge.
5.Ciavonijs atau Chiavonijs, menurut VOC Glossarium, adalah jenis kain halus atau kain katun putih dengan ukuran 2,5 depa (1 depa, sekitar 1,69 meter), memiliki kancing-kancing samping dengan berbagai warna. Kain sampai pertengahan abad ke-19 menjadi alat pembayaran utama.
6.Werbare mannen sering diartikan sebagai kepala keluarga atau dapur atau awu. Namun dalam berbagai laporan, pria dewasa dimaksud terdiri atas pria yang sudah kawin dan dewasa yang belum kawin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.