Sabtu, 28 November 2015

Philip Laoh, Doktor Pertama Minahasa







                                                        Oleh: Adrianus Kojongian














Siapa sebenarnya doktor pertama orang Minahasa, pernah disebutkan nama Dr.Sam Ratulangi, lalu juga Dr.Roland Tumbelaka. Sam Ratulangi meraih gelar doktor ilmu pasti dan alam 17 Desember 1918 di Universitas Zürich Swiss, dan Roland Tumbelaka doktor geneeskunde 9 Desember 1919 di Universitas Utrecht Negeri Belanda.

Ternyata, dokter Philip Laohlah orang Minahasa pertama yang menjadi penyandang gelar doktor. Philip Laoh adalah kakak Frtis H.Laoh bekas Menteri Perhubungan, dan Ir.Herling Laoh, bekas Menteri Pekerjaan Umum.

Philip Laoh lahir tanggal 26 Mei 1879 di Sonder Minahasa. Ia masuk School tot Opleiding Inlandsch Arts (STOVIA) di Weltevreden tahun 1893, dan berhasil lulus menjadi dokter bumiputera (inlandsch arts) tanggal 23 Desember 1898.

Seperti tamatan lain umumnya ia terikat pekerjaan sebagai dokter Burgerlijken Geneeskundigen Dienst (BGD=Dinas Kesehatan Sipil) Hindia-Belanda.

Penugasannya sebagai dokter yang saat itu tetap dijuluki sebagai dokter-djawa, seperti tertera pada pengumuman penempatan sebagai pegawai, pertama kali di bulan Januari 1899. Ia ditempatkan di Stadsverband Batavia. Tapi, di rumah sakit gubernemen di Glodok itu, Philip Laoh tidak lama. Bulan Maret 1899 itu juga, ia dipindah ke Bangka, bekerja di Pangkal Pinang.

Philip Laoh ternyata tidak betah bekerja dalam ikatan dinas, apalagi gajinya kecil. Tawaran menjadi dokter di berbagai perkebunan dan perusahaan banyak menarik minat dokter muda kala itu.

Philip Laoh bercita-cita mengambil gelar arts (dokter) di Belanda, bahkan gelar doktor. Jadi, ia minta berhenti sebagai dokter gubernemen, yang baru dikabulkan bulan Februari 1901. Jadilah, ia bekerja di Palembang, lalu sebagai dokter perusahaan minyak BPM (Bataafsche Petroleum Maatschappij) di Samarinda Kalimantan. Philip Laoh saat itu bekerja sambil giat menulis di berbagai media, terutama tentang penyakit beri-beri dan cara penanggulangannya.

Bulan April 1903 ketika ia bekerja di Palembang, bukunya yang berjudul Iets over de Aetiologie, Prophylaxis en Therapie der Beri-beri, bijdrage tot de kennis der infectieziekten diterbitkan G.Kolff&Co Batavia, dijual seharga f.1.50 per buku. Buku mana mendapat sambutan serta reaksi meluas di kalangan dokter, bukan hanya di Indonesia, tapi juga di Negeri Belanda.

Dengan cita-cita mengangkat harkat dokter pribumi, awal tahun 1908 ia berangkat ke Negeri Belanda, dan sejak Januari 1909 tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran di Universitas Amsterdam. Teman sesama Minahasa yang juga bersekolah di universitas itu adalah Roland Tumbelaka.

Roland Tumbelaka berhasil mendahuluinya mencapai gelar arts bulan Desember 1909, sebab ia baru lulus ujian dokter, dan mencapai gelar arts, alias dokter Belanda di tanggal 21 April 1910, meski gelar tersebut baru secara resmi keluar 1 Desember 1910.

Tapi, ini beda mereka berdua. Kalau Roland Tumbelaka baru mencapai gelar doktor sembilan tahun kemudian, Philip Laoh justu hanya butuh waktu empat bulan saja dari saat kelulusannya sebagai dokter untuk menjadi doktor itu.

HOOGESCHOOL GENT
Gelar puncak akademis tersebut bukan dicapainya di Belanda, tapi di Belgia. Karena ia tidak dapat menemukan peluang untuk meraih gelar doktor di Belanda, dimana pihak universitas menuntut persyaratan kelulusan sekolah menengah atas (Hoogere Burger School=HBS). 

Philip Laoh pergi ke Hoogeschool Gent. Perguruan tinggi kedokteran terkenal di kota Gent yang sampai sekarang masih ada di Belgia itu menerimanya dengan tangan terbuka. Bahkan, promosi gelar doktornya sesegera mungkin dilaksanakan secara terbuka. Di bulan Agustus 1910, ia berhasil meraih gelar doctor in de geneeskunde dengan cum laude.

Philip Laoh mengikuti jejak kakak kelasnya di STOVIA, Abdoel Rivai, yang lulus Sekolah Dokter-Djawa  1894. Abdoel Rivai, asal Bengkulu, telah meraih gelar arts di Universitas Amsterdam Juni 1908, dan seperti dirinya ditolak untuk maju mengambil gelar doktor karena alasan ijazah HBS-nya. Namun, Hoogeschool Gent menerima, dan di akhir bulan Juli 1908, hanya sebulan dari waktu meraih gelar dokternya, ia lulus ujian doktor. Abdoel Rivai mencatatkan diri sebagai orang Indonesia pertama yang meraih gelar doktor kesehatan.

Masa di Negeri Belanda, Philip Laoh sudah terkenal sebagai aktivis di Indische Vereeniging yang didirikan para pelajar asal Indonesia di Leiden. Organisasi mana kelak menjadi cikal bakal dari Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Eropa.

Ketika masih bergelar semi-arts, satu bulan sebelum Philip Laoh meraih gelar dokter, Maret 1910 bersama Abdoel Rivai, Roland Tumbelaka dan kandidat dokter Indonesia lain di Belanda, mereka menerbitkan dari Amsterdam sebuah brosur menyeru dilakukan reorganisasi terhadap dinas kesehatan sipil di Indonesia.

Di Amsterdam 15 November 1910, doktor Philip Laoh kawin dengan Anna Jeanette Govers (1892-1941). Anna adalah anak Jacobus Johannes Govers Bzn yang meninggal di Amsterdam 30 November 1924. Bersama istrinya melalui pelabuhan Marseille di Perancis, awal Desember 1910 mereka bertolak kembali ke Batavia, naik ss ‘Rindjani’ yang dinahkodai T.Baker.




Di Indonesia, Philip Laoh kembali bekerja sebagai dokter BPM. Ia jadi anggota Komite Indie-Weerbaar 1917. Bulan Mei 1918 oleh BGD, ia ditunjuk sebagai dokter untuk melakukan pemeriksaan kesehatan bagi kuli kontrak di Surabaya.

Setelah berpindah-pindah tempat, pulang dari berlibur bersama istri dan ketiga anaknya di Eropa 1924, ia berdomisili tetap di Bandung, membuka praktek yang sangat terkenal. Philip Laoh jadi banyak memiliki kesempatan menulis di suratkabar dan bergiat dalam organisasi Minahasa. Bahkan, ia tercatat sebagai salah seorang tokoh Perserikatan Minahasa dan juga pendiri Persatuan Minahasa di Weltevreden 1927. Juga sebagai ketua Menadonese Interstedelijke Tennis Organisatie (MITO) di Bandung 1925-1936.

Philip Laoh pun bertahun-tahun menjadi komisaris di bank tabungan pertama yang berdiri di Indonesia, yakni De Eerste Nederlandsch-Indische Spaarkas en Hypotheekbank Bandung yang terkenal dengan nama singkat DENIS.

Tahun 1937, Philip Laoh mulai sakit, dan bulan Agustus 1937 ia berangkat ke Eropa untuk memulihkan kesehatan. Tapi, ketika berada di kota Locarno di Swiss, tanggal 29 April 1938, di usia 59 tahun, ia meninggal dunia.

Putra Philip Laoh bernama Johannes Philip Laoh, memperoleh gelar insinyur dari Landbouwhoogeschool di Wageningen Belanda dan bekerja di Brazil. Ia kawin di Hilversum Agustus 1956  dengan Wilhelmina Marguerite Gieskes. Istrinya adalah anak Ir.Johannes Gerhardus Engelbertus Gieskes, mantan Presiden Direktur Philips Telecommunicatie Industrie, yang namanya terpatri di Gulden Boek (Buku Emas) Kota Hilversum. ***

                                        
*). Foto repro Bode.

BAHAN OLAHAN:
DELPHER KRANTEN:
Bataviaasch Nieuwsblad 17 Maret 1899, 14 April 1903, 24 Mei 1910, 2 Mei 1938.
De Locomotief 22 Maret 1899, 26 Februari 1901.
De Sumatra Post 7 September 1910, 7 Juni 1916.
De Tijd 22 April 1910.
Het Nieuws van den Dag 4 April 1910, 16 November 1910, 15 Desember 1910, 2 Mei 1938.
Java-Bode 1 Mei 1893.
Soerabaijasch Handelsblad 21 Agustus 1931.
ENSIKLOPEDIA TOU MANADO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.