Jumat, 06 November 2015

Lambertus Mangindaan, Guru Pertama Lulusan Belanda

                                                  

 

 

 

 

                                                                 Oleh: Adrianus Kojongian

 

 

 

 

 



Rumah Zendeling Karl Herrmann. *).






Siapa pun kenal Lambertus Mangindaan. Kerapatan Gereja Protestan Minahasa (KGPM) menganggapnya sebagai perintis dan pelopor gereja. Namun, tidak banyak yang mengetahui kalau tokoh yang kemudian dianggap sebagai cendekiawan Minahasa pertama ini harus bersusah-payah terlebih dahulu untuk mencapai cita-citanya.

Lambertus Mangindaan lahir tahun 1831 di Pondang Tombasian, sekarang kelurahan di Kecamatan Amurang Timur Kabupaten Minahasa Selatan, yang saat itu masih masuk Distrik Tombasian. Pertumbuhannya ke remaja, ditandai dengan datangnya penginjil NZG asal Jerman Karl Traugot Herrmann (Sagan Silesia 30 Agustus 1808-Amurang 27 September 1851) yang disertai istrinya Magdalena Bertha Cammerrer ¹ . Herrmann membuka pos penginjilan di Amurang tahun 1836, bekerja untuk menggembalakan sedikit umat Kristen yang ada di stad Amurang, serta untuk menseranikan orang-orang dari Distrik Tombasian, Rumoong,Tompaso dan wilayah seputarannya.

Kerja keras Karl Herrmann membangkitkan semangat Lambertus yang diserani dan diangkat jadi murid piaranya. Selain belajar Alkitab, bermacam pengetahuan dan tentunya bahasa Belanda, Lambertus sering mengikuti penginjil Herrmann dalam perjalanannya ke berbagai negeri seputaran Amurang sampai seberang Ranoiapo. Di rumah tangga Herman, ia sering membantu pekerjaan rumah sang nyonya, Clasina Clarissa Constans ², yang dikawini Karl Herrmann setelah Magdalene Cammerrer meninggal. Corry, panggilan Clasina banyak menolongnya memperlancar bahasa Belanda.



Teluk Amurang 1847. *)

Lambertus Mangindaan terhitung paling menonjol diantara beberapa murid piara Hermmann. Bahkan, ada kisah, Lambertus Mangindaan turut berandil membantu Karl Herrmann ketika menyusun buku pelajaran bahasa Tontemboan yang terbit tahun 1847 dan buku injil Matius berbahasa Tontemboan.

Karl Herrmann yang melihat kepandaian juga ketekunan muridnya itu berkeinginan menyekolahkan Lambertus ke Negeri Belanda, bukan hanya sekedar guru, tapi juga sebagai zendeling persis dirinya. Keinginannya itu disampaikan kepada pengurus NZG yang ragu orang pribumi dapat menjadi penginjil. 

Tekad Lambertus sendiri sangat kuat. Tahun 1848 ia berangkat ke Batavia, untuk pergi ke Belanda. Tapi, di ibukota kolonial masa itu, nasib Lambertus jadi terkatung-katung. Apalagi, guru yang sangat dihormati dan dikasihinya Karl Hermann kemudian meninggal di Amurang tanggal 27 September 1851.

Namun, keinginan untuk pergi belajar di Belanda tidak surut. Setelah bekerja serabutan, ia melihat satu-satunya peluang dapat menginjak Tanah Wolanda dengan gratis adalah dengan menjadi awak kapal. Maka, setelah melihat banyak bagian lain belahan dunia, di tahun 1853 Lambertus Mangindaan berhasil tiba di pelabuhan Rotterdam, dan melanjutkan perjalanan ke Amsterdam.

Dengan bantuan dan pertolongan Hulpgenootschap der Luthersche Gemeente di Amsterdam, ia dapat bersekolah, dan tahun 1856 mengikuti ujian untuk menjadi guru rang kelas empat (examen voor vierden onderwijsrang). Lambertus yang berusia 25 tahun, cukup tua dibanding murid-murid lainnya. Ia dinyatakan lulus dan memperoleh akte pada ujian yang dilaksanakan Provinsi Noordholland tanggal 1 April 1856. Statusnya dicatat sebagai kweekeling dari Amsterdam.




Nederlandsch Zendeling Genootscap (NZG) melihat potensi dirinya akan sangat membantu pekerjaan penginjilan di Minahasa, melatihnya untuk menjadi Hulpzendeling, dengan didikan teologis (katekis) di Rotterdam.

Tahun 1858, setelah lima tahun berada di Negeri Belanda, Lambertus Mangindaan dikirim pulang kembali ke Minahasa sebagai tenaga Hulpzendeling, penolong atau pembantu penginjil. Oleh NZG ia ditempatkan sebagai Hulpzendeling di Jemaat Protestan Manado, membantu Zendeling Ds.Fokke Hendriks Linneman yang juga sebagai pejabat Predikant Manado, melayani di gereja Tikala.

Ternyata kemudian, ide-ide Lambertus Mangindaan dianggap sangat radikal, sebab, ia berani kotbahkan gagasan perlu pemisahan urusan gereja dan negara. Ini dipraktikkannya dengan gereja berdiri sendiri di Tikala, sehingga diberhentikan kemudian sebagai pembantu pendeta di tahun 1865.

Namun, pemberhentian itu sendiri lebih dikaitkan dengan pindah tugasnya dan pembeslitan Lambertus Mangindaan untuk mengajar di Tondano tahun 1864.




Karirnya sebagai guru, telah berawal bulan Mei 1861 ketika ia diangkat, meski dengan ijazah Belanda, sebagai hulponderwijzer (guru bantu) di Gouvernement Lagere School Manado. Pangkatnya ondermeester derde rang (guru bantu tingkat tiga), sementara kepala sekolahnya adalah Leendert Gerardus van der Hoek, berstatus guru klas dua. Van der Hoek kemudian menjadi rekan dan sahabat dekatnya. Bahkan, mereka bersama-sama ketika untuk urusan pekerjaannya pergi ke Batavia akhir tahun 1872.

Ketika di Tondano dibuka School voor Zonen van Inlandsche Hoofden en van Aanzienlijke Inlandsche Partikulieren in de Minahasa (dikenal sebagai Sekolah Raja), dengan beslit Gubernur Jenderal 15 Oktober 1864, Lambertus Mangindaan pindah dari Manado. Ia diangkat jadi Tweede Onderwijzer (Guru kedua), juga sebagai wakil dari van der Hoek yang pindah bersama jadi Guru Pertama. 

Bekerja di Tondano, meski bersama van der Hoek terkena pengurangan gaji dengan alasan reorganisasi di Kweekschool September 1872, ia sangat giat mendidik para calon guru yang belakangan banyak menjadi terkenal, dan bekerja di berbagai pelosok, bahkan di luar Minahasa. 




Lambertus Mangindaan diberhentikan dari dinasnya sebagai guru tingkat tiga di Kweekschool voor Inlandsche Onderwijzer Tondano, bulan Maret 1882. Ia digantikan Elias Kandou, lulusan Sekolah Guru dari Belanda yang belum lama tiba di Minahasa.

MISTERIUS
Tulisannya Oud Tondano, yang merupakan hasil penelusurannya dari cerita-cerita oleh para orang tua di Tondano, dipublikasikan dalam Tijdschrift van Indische Taal-,Land-en Volkenkunde Nomor XX tahun 1883 dibawah redaksi Mr.W.Stortenbeker Jr dan L.J.J.Michielsen.

Kabar selanjutnya dari kehidupan Lambertus Mangindaan serba misterius, karena tidak diketahui jelas apakah ia masih bekerja di usianya yang mencapai 51 tahun.

Ia sendiri kawin di Manado tanggal 28 Maret 1866 dengan wanita keturunan Borgo bernama Petronella Weijdemuller. Petronella lahir di Manado 24 September 1830, dan meninggal 26 September 1911, juga di Manado.

Perkawinan mereka melahirkan beberapa anak. Besarnya kecintaan Lambertus Mangindaan terhadap istrinya membuat iklan kelahiran dua anaknya di Tondano pada 13 Februari 1868 dan 19 Juni 1869 yang dimuat di suratkabar Batavia ketika itu, justru tidak menyebutkan nama anaknya, selain ungkapan penuh kasih terhadap istrinya.




Salah seorang putranya yang diketahui bernama Johan Carel Lambertus Mangindaan. J.C.L.Mangindaan berdomisili di Tumpaan, ketika awal Agustus 1892 memperoleh status disamakan dengan orang Eropa (gelijkgesteld). Keputusan naik status dari sekedar derajat inlander itu, turun bersamaan dengan nama-nama yang besar kemungkinan adalah saudara-saudaranya. Mereka adalah: C.J.Ch.Mangindaan dengan domisili Tanawangko, P.L.B.Mangindaan di Manado dan Mejuffrouw P.A.J.Mangindaan di Manado.

J.C.L.Mangindaan sendiri kawin 7 Desember 1893 di Manado dengan Jansje Doortje Kalenkongan. Ia pasti berhasil dalam pekerjaannya. Sebab, dari pengumuman berkait pajak pendapatan di Batavia 29 Desember 1927, ia dikenai pajak pendapatan sebesar 163,80 gulden.

C.J.Ch.Mangindaan tercatat bekerja sebagai Klerk di kantor Residen Manado. Berhenti Agustus 1910, ia pindah sebagai klerk lalu naik pangkat Komis di Kantor Residen Bangka di Pangkal Pinang, sampai berhenti September 1917. Dari penelusuran, ia jelas pernah dikunjungi L.Mangindaan. L.Mangindaan ketika itu penumpang kapal uap 'van Swool', yang dicatat bertolak dari Pangkal Pinang 24 Maret 1915.

P.L.B.Mangindaan, juga bekerja sebagai Klerk, tapi di kantor Asisten-Residen Gorontalo. Ia dinyatakan berhenti dari pekerjaan klerk Maret 1898. Sebab di bulan Juli 1898, diberitakan ia telah melakukan penelitian pertambangan di Bone bersama Ir.Ohlendorff Speak. Juni 1902 ia dicatat ada di Sidenreng, juga di Sulawesi Selatan, dengan jenis kerja yang sama.

Nona P.A.J.Mangindaan, ternyata, di bulan Juni 1902, bersama P.L.B.Mangindaan, bekerja di Sidenreng.

Kapan dan dimana Lambertus Mangindaan meninggal tidak ada detil pasti. Di Amurang tahun 1980-an ada kisah, kalau sebagai bekas pelaut, ia telah diterima jadi pegawai KPM, dan meninggal di Bandung.

Namun, dari data di Delpher Kranten Belanda, L.Mangindaan dimaksud, employe KPM yang berdomisili di Bandung, baru meninggal tanggal 12 Agustus 1936, dan dimakam di pekuburan Tanah Abang Jakarta. 




Artinya, kalau L.Mangindaan yang beristri M.Ch.Wilkens ini identik dengan Lambertus Mangindaan, usianya sangat lanjut, mencapai sekitar 105 tahun. Artinya pula ia kawin ulang, sepeninggal istri pertama. 




Ternyata, ada berita lain di media menyangkut L.Mangindaan. Sebuah iklan mengumumkan pernikahan antara L.Mangindaan dengan E.Muller di Weltevreden 9 Oktober 1926. ***

¹).Magdalena Bertha Cammerrer lahir di Berlin 6 Oktober 1814, kawin dengan Karl Traugott Herrmann di Rotterdam 29 Juli 1835. Meninggal di Amurang 17 Juli 1839.
²).Clasina Clarisa Constans lahir 2 Desember 1821, putri mantan Opziener Tomohon, dikawini Karl Traugott Herrmann 23 Oktober 1839. Sepeninggal Karl Hermann, Clasina kawin kembali 29 Juli 1866 dengan Jacobus Pieter Tokaija.

*). Repro gambar buku Reis door den Indischen Archipel in het belang der evangelische zending, Ds.L.J.van Rhjin. Buku Google.

BAHAN OLAHAN:
Delpher Boeken:
Schoolnieuws, Lijst van Schoolonderwijzer jaar 1856.
Delpher Kranten:
Bataviaasch Nieuwsblad 24 Juni 1902,13 Agustus 1936.
De Locomotief 28 Maret 1898.
De Oostpost 15 Agustus 1861.
Het Nieuws van den Dag 10 September 1917,9 Oktober 1926, 13 Agustus 1936.
Java Bode 21 Maret 1868, 21 Juli 1869, 24 Desember 1872,15 Januari 1873, 1 April 1882, 4 Agustus 1892.
Opregte Haarlemsche Courant 6 Desember 1864.
Rotterdamsche Courant 23 Juli 1860.
                            Ensiklopedia Tou Manado.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.