Reruntuhan Loji Likupang, bekas benteng Spanyol (koleksi Tropenmuseum). |
Belakangan ini banyak desa dan kelurahan di Minahasa, termasuk kabupaten dan kota mekarannya seakan berlomba berhitung-hitung hari dan tahun berdiri. Kebanyakan sengaja mencari lalu menentukan tahun kelahirannya tanpa penelitian mendalam, sehingga menghasilkan tahun mengada-ada dan tidak historis.
Minahasa masa lalu baru sedikit negeri.
Tahun 1770 Tanah Minahasa yang sekarang mencakup Kabupaten Minahasa, Kota Manado, Kota Bitung, Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Utara, Kabupaten Minahasa Tenggara dan Kota Tomohon, baru terdiri atas 102 negeri saja. Terbagi beberapa negeri besar dan negeri-negeri kecil, dengan definisi negeri besar saat itu adalah mencakup penduduk di atas dari seribu jiwa.
Sekolah pun tahun 1770 baru ada di empat tempat. Satu di Manado berada di loji, kemudian di Kema, Amurang dan Ranowangko.
Negeri-negeri besar adalah Tondano yang berada di atas
air, belum resmi terbagi sebagai Tondano Touliang atau pun Toulimambot. Tomohon
juga negeri besar, namun 2 negeri awalnya Talete dan Kamasi tidak dicatatkan,
karena saat itu bersatu di negeri tua Tomohon, lokasi Nimawanua di Kolongan.
Matani telah pindah dari Tomohon, membentuk negeri sendiri di sebelah timurnya.
Tombariri masih berkedudukan di lokasi Woloan sekarang.
Tapi pendirian negeri-negeri lain telah berlangsung sejak awal tahun 1700-an,
dengan berdirinya 8 negeri baru. Berawal dari Lemoh dan Lolah lalu Ranowangko. Ranowangko
berkembang dengan pembangunan Tanawangko di bagian utaranya ketika pos militer
Kompeni dibangun dekade keenam tahun 1700-an.
Pertumbuhan paling pesat terjadi di Minahasa Tengah dan Selatan,
dengan berdirinya 17 negeri, setelah Amurang menjadi pos militer Kompeni
Belanda. Hukum Negeri Kristen Amurang diangkat pertama kali dekade kedua abad ke-18. Penduduk negeri-negeri baru ini awalnya pelarian-pelarian dari
kawasan Minahasa Tengah ketika terjadi pertikaian antarnegeri sejak akhir abad ke-17, sementara Amurang
dihuni banyak pemukim Borgo Kristen yang bekerja di pos militer di benteng Amurang. Kemudian
banyak pemukim Tombasian, Kawangkoan dan Rumoong pindah membangun negeri-negeri di sini.
Majunya Amurang sebelum Belang ditetapkan sebagai pos baru, karena menjadi sentra penyetoran padi dan beras dari Minahasa Tenggara, seperti Tonsawang, Ponosakan, Pasan dan Ratahan, dikumpulkan di pakhuis (gudang) yang dibangun bersamaan dengan gudang Kema. Termasuk kuota emas Ponosakan, sebelum dibawa ke Manado.
Tongkimbut sendiri telah terbagi dua bagian. Satu bagian telah mendirikan Sonder lalu Kolongan. Sementara bagian lain Tongkimbut mendirikan Kawangkoan, Tombasian dan Rumoong, meski bagian terakhir ini awalnya tetap mempertahankan nama Tongkimbut.
Tonsea yang tahun 1679 masih satu negeri, mekar
menjadi 10 negeri sejak awal tahun 1700-an, berkembang setelah Kema dijadikan
pos militer kedua di dekade awal kedua abad ke-18.
Penduduk Tondano pun mendirikan lima negeri lain di luar
negeri atas airnya.
Yang menarik karena kawasan Manado dicatatkan memiliki 5
negeri, selain pusat utama Belanda, benteng Amsterdam dengan lojinya yang di
kemudian hari disebut hoofdplaats Manado.
Kemudian juga Likupang yang mulai ditetapkan sebagai pos
militer tahun 1760-an, masih sebagai
negeri bagian dari Klabat Atas yang penduduknya menyebar ikut mendirikan tujuh
negeri lain.
Penduduk Minahasa tahun 1770 turut dicatatkan jumlahnya. Tapi, menjadi
misi dan kebutuhan utama Kompeni Belanda masa itu, hanya kaum pria (mannen) yang dihitung. 1
Negeri-negeri dan penduduk Minahasa ini berasal memori
serahterima jabatan Residen Manado dari Johan Libregt Seidelman kepada penggantinya
Bernardus Sebastianus Wentholt tahun 1770.
Beberapa negeri yang dicatatkan tidak dikenal lagi
sekarang ini atau karena perubahan nama. Nama-nama negeri sesuai pencatatannya.
Negeri-negeri yang disebut pertama adalah ibukota.
MANADO.
Tujuh negeri,
dengan seluruh penduduk laki-laki 1.200 orang.
1. Aris (Ares).
2. Calabat beneden (Klabat Bawah).
3. Bantiek (Bantik).
4. Oud Manado (Manado Tua).
5. Nieuwe Manado (Manado Baru).
6. Nieuwe Christen (Negeri Kristen Baru), dan
7. Maleleian (Malalayang).
Enam negeri berada di dekat Loji, dengan Malalayang yang
terpisah. Manado Tua adalah Negeri Manado dengan penduduk pindahan dari Pulau
Manado Tua. Sementara Negeri Kristen adalah pecahan penduduk dari Negeri Baru
yang kelak disatukan kembali dalam nama Negeri Baru. Negeri-negeri Ares, Klabat
Bawah, Negeri Baru, Bantik dan Manado bertahan di seputaran benteng sampai
tahun 1840-an, ketika Belanda mengembangkan Hoofdplaats Manado untuk pusat
pemerintahan, pemukiman Belanda dan perdagangan.
CLABAT BOVEN (Klabat Atas).
Sembilan negeri, dengan penduduk 900 laki-laki.
1. Clabat boven
(Klabat Atas).
2. Kalongan
(Kolongan).
3. Kaleboean
(?).
4. Koewiel
(Kuwil).
5. Likoepang
(Likupang).
6. Maijeng (?).
7. Sawanga
(Sawangan).
8. Kamanga, dan
9. Kokele
(Kokoleh).
KAKCASKASSAN (Kakaskasen).
Tiga negeri, dengan penduduk laki-laki seluruhnya 700 jiwa.
1. Kaccaskassan
(Kakaskasen).
2. Lotta.
3. Tettelie
(Tateli).
Ibukota Kakaskasen masih berada di negeri tuanya Nimawanua di bagian Kakaskasen dan Kinilow sekarang, sebelum
kemudian bertempat di Lotta yang lebih dekat dengan Manado.
TOEMOHON.
Empat negeri, dengan penduduk laki-laki 1.900 orang.
1.Toemohon
(Tomohon).
2.Mahattanij
(Matani).
3.Sawanga
(Sawangan), dan
4.Kokka (Koka).
TONSARONSON (Sarongsong).
Dua negeri dengan penduduk laki-laki 350 orang.
1. Tonzoronzen
(Sarongsong).
2. Laba (?).
Seperti Tomohon dan Kakaskasen, penduduk Sarongsong
ketika itu terkonsentrasi di negeri tuanya, bagian Tulau dan Amian Nimawanua.
TOMBARIRI.
Sembilan negeri, dengan penduduk laki-laki 1.500 jiwa.
1. Tomboririe
(Tombariri).
2. Lolla (Lolah).
3. Lemoen (Lemo).
4. Maiokal (?).
5. Sindag (?).
6. Danawanko (Ranowangko).
7. Arakan.
8. Paparang (Popareng), dan
9. Ma-assing
(Maasing).
Ibukotanya masih tercatatkan di Tombariri (lokasi Katingolan Woloan sekarang), meski Hukum kepalanya telah bertempat di negeri tua Lolah sebelum berakhir di Tanawangko.
TONSEA.
Sepuluh negeri, dengan penduduk laki-laki 2.000 orang.
1. Tonzea
(Tonsea).
2. Kema.
3. Trema (Treman).
4. Cassar
(Kaasar).
5. Toemolonton
(Tumaluntung).
6. Torregar (?).
7. Sawanga
(Sawangan).
8. Soekor (Sukur).
9. Dambekan (Lembean).
10. Dilangk (Lilang).
Ibukota Tonsea secara resmi masih berkedudukan di
Tonsea (Lama), meski Hukum kepalanya telah tinggal di Kema. Beberapa Hukum Tonsea yang dicatatkan di
tahun 1770 adalah Willem Dotulong, bekas kapiten yang bulan Februari 1770 diangkat menjadi Hukum Kema. Kemudian Hukum di Tonsea
bernama Inaray. Di Treman Lendeng, Gerung di Tumaluntung, Togas di Toregar,
Pantow di Sukur, Pelealu di Lilang, Kaligis di Lembean dan Hukum Pelealu di
Kaasar. ***
1.Hitungan mannen atau werbare mannen, sering keliru diartikan sebagai kepala keluarga atau awu
atau dapur. Hitungan laki-laki masa Kompeni adalah pria dewasa yang telah dan belum
berkeluarga.
REFERENSI
Inventaris arsip Kompeni Belanda. Nationaal Archief Nederland.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.