Kamis, 19 Januari 2017

Elias Kandou, Guru Tua Minahasa







Oleh: Adrianus Kojongian







Albertina Kandou, putri Elias dengan muridnya. *)




Guru Minahasa tempo dulu selalu hebat, terkenal perannya karena melahirkan banyak para cerdik-cendekia dan tokoh-tokoh yang kemudian mengharumkan Minahasa. Tidak itu saja, sampai akhir masa penjajahan Belanda, para guru Minahasa seakan merambah di mana-mana penjuru Indonesia, membaktikan ilmu pengetahuan dan hidupnya untuk memajukan pendidikan Indonesia.

Elias Kandou asal Tonsea Lama, desa di Tondano Utara, dulu masuk Airmadidi dan di masanya masih sebagai negeri Distrik Tonsea; adalah salah seorang pionir guru asal Minahasa yang berkiprah di luar Tanah Minahasa.

Elias Kandou lahir tahun 1853 di Tonsea Lama. Ia mengikuti pendidikan guru di Kweekschool voor Inlandsche Onderwijzers Tondano yang dipimpin oleh Leendert Gerardus van der Hoek serta wakilnya Lambertus Mangindaan. Tahun 1873, ia berhasil menamatkan sekolahnya. Begitu lulus dari sekolah pendidikan guru pribumi tersebut, ia langsung diangkat sebagai guru di Openbare Inlandsche School Airmadidi.

BELAJAR DI BELANDA
Hampir lima tahun mengajar di Airmadidi, awal tahun 1878 ia berhasil terpilih untuk mengikuti pendidikan guru lebih tinggi di Negeri Belanda. Elias Kandou terpilih mewakili Minahasa bersama teman sekelasnya di Kweekschool Tondano Jozias Ratulangi. Saat itu pun, terhitung bulan Mei ia memperoleh promosi sebagai guru Inlandsch klas satu. Promosi diterimanya ketika ia bersama Jozias Ratulangi tengah berada di atas kapal uap Prins van Oranje yang berlayar dari Batavia ke Amsterdam (baca: Hebatnya Keluarga Ratulangi).

Bersama wakil dari Jawa asal Muntilan, Raden Kamil, Elias Kandou dan Jozias Ratulangi mengharumkan Indonesia ketika berhasil lulus dari Rijkskweekschool di Haarlem Belanda 21 September 1880, dengan meraih acte-examens voor Hulponderwijzers. Sebab, dari 16 peserta ujian, enam orang gagal, justru wakil dari tanah jajahan, lulus dengan cemerlang.

Tiba kembali 1881, Elias Kandou ditempatkan mengajar di sekolah dimana ia belajar pertama, Kweekschool Tondano, sedangkan Jozias Ratulangi di School voor
Zonen van Inlandsche Hoofden, juga di Tondano. Elias Kandou dipromosi jadi Onderwijzer (guru) klas tiga. Bulan Maret 1882 ia menggantikan posisi mengajar Lambertus Mangindaan yang berhenti di Kweeskchool (baca pula: Lambertus Mangindaan, Guru Pertama Lulusan Belanda).

Terhitung tanggal 1 Mei 1885 Elias Kandou dimutasi. Ia diangkat sebagai guru di Kweekschool voor Inlandsche Onderwijzer ketika masih milik Nederlandsch Zending-Genootschap di Ambon Maluku. Di sekolah ini ia bertemu Kawanua lain, yakni Paulus Najoan yang menjadi guru handteekenen dan terkenal sebagai pelukis yang mengajar di sekolah itu sejak Oktober 1885 (baca: Pelukis Paulus Najoan dan Frederik Kasenda).

Guru Elias Kandou sejak 21 Maret 1886 menjadi Inlandsch Hulponderwijzer rang kesatu, termasuk sebagai orang ketiga di sekolah tergolong sangat bergengsi ketika itu. Kedudukannya dibawah Hoofdonderwijzer F.E.Luitjes dan guru H.W.Bosman lalu pengganti-penggantinya G.Valk, D.Vooren dan kemudian A.Ch.Cramer.

Awal bulan Oktober 1900, Elias Kandou diangkat sebagai Adjunct Inspecteur Inlandsch Onderwijs wilayah lima (vijfde afdeeling) yang berkedudukan di Tondano, sebagai wakil dari Inspektur D.Vooren yang berkedudukan di Ambon. Tugasnya adalah menginspeksi sekolah-sekolah pribumi terutama yang ada di Keresidenan Manado. Jabatan yang biasanya hanya dipegang oleh guru senior bangsa Belanda. Ia menjadi perintis orang Indonesia dalam kedudukan demikian. Teman sekolahnya di Belanda Raden Kamil baru menyusul diangkat dalam jabatan adjunct inspecteur wilayah dua di Semarang Februari 1901.

Tidak lama, karena terhitung 8 Juli 1901 Elias Kandou pindah dari Kweekschool Ambon menjadi guru di Openbare 5e Lagere School voor Europeanen di Batavia yang bergengsi. Kemudian sejak Januari 1902 ia menjadi Hulponderwijzer di bagian persiapan dari School tot Opleiding voor Inlandsche Geneeskundigen di Weltevreden.

Bulan Desember 1902 guru Elias Kandou kembali mengajar di Kweekschool Ambon. Ia kemudian meninggal dunia di Surabaya tanggal 11 Oktober 1905.

KELUARGA
Elias Kandou kawin tahun 1885 dengan Clara Amelia Supit (meninggal di Amsterdam April 1919). Anak mereka rata-rata menjadi terkenal. Putrinya Albertina Johanna Helena Kandou lulus dari Gymnasium Willem III Batavia menjadi wanita pertama di Indonesia asal Minahasa yang tanggal 10 Juni 1916 berhasil lulus dan meraih acte-examens Lager Onderwijzers (LO) di Amsterdam Belanda. Ia pernah mengajar di Sekolah Klas 2 Manado, Europeesche Lagere School Bandung dan Hollandsch Chineesche School Kediri.



Foto lain Albertina Kandou. *)

Putranya bernama Apelles Tobias Thomas Kandou adalah orang Minahasa pertama yang masuk dan lulus dari Sekolah Pelayaran di Batavia setelah menamatkan Hoogere Burgerschool (HBS) Batavia 1898. Ia sempat jadi kelasi di kapal samudera, kemudian peroleh ijazah Grote Vaart Diploma untuk pelayaran samudera sebagai orang Indonesia pertama yang dapat ijazah demikian. Bekerja sampai pensiun sebagai kapten kapal-kapal milik KPM selang 1920-1930.

Salah seorang cucu Elias Kandou, yakni Thomas Wijnand Elias Kandou (1930-1991), putra Apelles, menjadi perwira menengah angkatan laut (Koninklijk Marine) kerajaan Belanda, terakhir berpangkat Kapitein ter zee vlieger, pernah menjadi Komandan Skuadron 320 di Valkenburg Belanda yang terkenal.  ***
                                                                                     



*).Foto koleksi NMVW-Tropen Museum.

BAHAN OLAHAN
Delpher Kranten
Ensiklopedia Tou Manado
Regeeringsalmanak voor Nederlandsch-Indie.
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.