Rabu, 13 Juli 2022

Waruga Taratara di Belanda

 



Waruga Taratara yang terlantar (Bryan Nimitz Sondak).


Waruga yang berada di Taratara Kecamatan Tomohon Barat Kota Tomohon pernah menjadi sorot perhatian di masa kolonial. 

Artefak peninggalan Minahasa masa lampau dari bekas negeri yang sebelumnya masuk Distrik Tombariri, bahkan sempat menyibukkan penduduk yang harus memindahkan salah satu waruganya untuk dikapalkan ke Jakarta (masih Batavia), sebelum dikirim ke Negeri Belanda, demi dipamerkan di Museum Etnologi Nasional Belanda.

Pengiriman waruga Taratara tersebut terjadi pada pertengahan tahun 1909, di bawah komando Hukum Tua Daud Israel Kereh, Hukum Kedua Taratara Carolus Adriaan Waworoentoe dan Hukum Besar Tombariri Majoor Willem Walangitang. 

Peti mati beserta penutup bermaterial batu kapur, menurut media Nederlandsche staatscourant  1910, tiba di museum kerajaan Belanda di Leiden awal tahun 1910.

Waruga Taratara ini adalah satu dari tiga waruga dan walonsong Tombatu yang menjadi koleksi museum yang dikenal dengan nama ‘s Rijks Etnographisch Museum atau Museum Volkenkunde di kota Leiden sampai sekarang.

Penutup waruga Taratara koleksi Museum Etnologi di Leiden
(katalog H.H.Juynboll 1927).


Penutupnya berukir sosok pria berkepala plontos, kaki mengangkang, dengan senjata peda di tangan kanan dan sebuah kepala kayauan dikempit di bawah lengan kiri.

Seni pahat dan ukir waruga Taratara ditutur mulai berlangsung di era kepemimpinan tonaas keempat Taratara bernama Sembel, sekitar tahun 1750-an ke 1789.

MEMPRIHATINKAN

Kalau waruganya di Belanda terawat sangat baik, berbeda dengan kondisi di Taratara sekarang. Sangat tidak terawat. Selain tertimbun dan banyak rusak serta telah terbongkar penutupnya, jumlahnya dikhawatirkan akan makin berkurang.

Dari pendataan di tahun 1980-an, waruganya dilaporkan masih sekitar 30-an, antaranya 20 waruga berada di Taratara Dua dan sisanya di Taratara Satu.

Waruga lain (Bryan Nimitz Sondak). 

Kompleks waruga Taratara berada di lokasi awal negeri yang dilegendakan telah berdiri di tahun 1701, berdekatan batu tanda pendirian (tumani) negeri atau Watu Tinalingaan um Wanua.

Menurut penghitungan tokoh budaya Tombulu, Sonny Moningka dan Bryan Nimitz Sondak, jumlah waruga Taratara sekarang tinggal 13 buah. ***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.