|
Profil wanita Minahasa di akhir abad ke-19. *) |
Distrik
Kawangkoan sampai dihapuskan tahun 1966 merupakan gabungan dari Distrik
Kawangkoan, Distrik Tompaso, Distrik Sonder, Distrik Langowan, Distrik Rumoong
dan Distrik Tombasian. Di luar Langowan, bekas-bekas distrik ini memiliki
pertumbuhan dan perkembangan yang khas. Masyarakat Kawangkoan, Tompaso, Sonder,
Rumoong dan Tombasian di masa lalu telah memiliki semangat untuk berekspansi ke
Minahasa Selatan. Mereka mendirikan negeri-negeri baru dan membentuk
koloni-koloni bahkan enklave di dalam koloni lain, mulai dari sebelah sungai
Nimanga hingga ke seberang sungai Ranoaipo.
Kawangkoan
umpama mendirikan Paslaten (kini di Tumpaan). Di negeri Amurang didirikan
Buyungon, lalu menyeberang Ranoiapo ada Kawangkoan Bawah di mulut sungai
Ranoiapo. Kemudian di sebelah Ranoiapo ke selatan, negeri-negeri bagiannya
adalah: Tewasen, Wakan, Kumelembuai, Teep, Saut, Poigar (bagian Kawangkoan) dan
Wuwuk-Malola.
Tompaso
mendirikan di sebelah sungai Ranoiapo negeri-negeri: Tokin, Wanga, Lompad,
Pontak, Mapolo, Poopoh, Raanan, Motoling dan Picuan.
Sonder
selain mendirikan negeri Kiawa, Pinapalangkow, Kapoya, Lelema, Popontolen,
Tinundek (Tumpaan-matani), Tumpaan dan Munte, maka di sebelah dari sungai
Ranoiapo, para pionirnya mendirikan Tenga, Paku (ure) dan Pakuweru.
Rumoong
awalnya beribukota di Rumoong (Atas), tapi karena kawasannya di pedalaman
terbatas, penduduk memperluas wilayah dengan mendirikan Rumoong (Bawah) di
mulut sungai Ranoiapo. Meski ada versi kebalikannya, justru dari Rumoong
(Bawah) baru didirikan Rumoong (Atas). Rumoong Bawah memang telah menjadi
ibukota Balak dan Distriknya sejak awal abad ke-19. Selain Rumoong Bawah,
pemukimnya telah mendirikan negeri-negeri di sebelah Ranoiapo: Wijauw, Elusan,
Winajan, Tawaang, Radei, Tenga dan Poigar.
|
Teluk Amurang, rambahan Tombasian, Kawangkoan dan Rumoong. *) |
Distrik
Tombasian di kawasan Amurang sekarang berasal dari Tombasian Atas, sebagai
ibukota. Sejak awal para penduduk Tombasian telah turun ke pantai, dan mendirikan
negeri-negeri: Pondang, Sarani, Ranolambot, Tumaluntung, Maliku, Ritei,
Malenos, Lopana dan Ranomea.
Pendirian
negeri-negeri koloni awal Tontemboan ini telah dimulai sejak Minahasa masih
berbentuk pakasaan-pakasaan sebelum dan ketika menghadapi invasi kerajaan Bolaang
(Mongondow). Awalnya dilakukan penduduk Tombasian yang wilayah pedalamannya
sempit, terhimpit Kawangkoan (Tongkimbut) dan Rumoong. Lalu pemindahan secara
besar-besaran berlangsung di permulaan abad ke-18, terpicu sengketa-sengketa antar-balak, dan tudingan bahwa ketiga Hukum Majoor Kepala
Supit, Lontoh dan Paat pilih kasih membela lawan mereka.
Pendirian
negeri-negeri baru di kawasan yang kini membentuk Kabupaten Minahasa Selatan
itu selalu dimintai dan mendapat persetujuan dari para kepala balak
masing-masing, yang kemudian menunjuk seorang hukum atau hukum tua untuk
memimpin negeri koloni tersebut. Cukup unik, di satu negeri semisal Tenga ada 2
pemimpin, satu bertanggungjawab langsung kepada Kepala Balak lalu Distrik
Sonder, dan satunya bertanggungjawab pada Kepala Distrik Rumoong. Begitu pun
dengan Poigar, satu pemimpinnya di bawah kendali Kepala Distrik Kawangkoan dan
lainnya pada Kepala Distrik Rumoong.
Betapa
repotnya para Hukum dan Hukum Tua di kawasan seberang Ranoiapo sampai akhir
abad ke-19 bilamana ada keperluan mendesak umpama mengurus hal penting di
ibukota balak atau distrik masing-masing. Mereka harus menempuh perjalanan bolak-balik
berhari-hari dengan melalui medan berat menggunakan kuda mau pun berjalan kaki.
Tidak heran bilamana Kepala Distrik Rumoong sejak awal telah menetapkan Rumoong
(Bawah) sebagai ibukotanya. Demikian pun dengan Kepala Distrik Tombasian, meski
formalnya masih beribukota Tombasian Atas, namun memilih tinggal dan bermukim
di Amurang. Kepala balak lain memilih mengirim seorang Kumarua atau Hukum Kedua
untuk memimpin langsung negeri-negeri kolonisasinya.
|
Soputan tahun 1923. *) |
|
|
Langkah
praktis ditempuh pemerintah Hindia-Belanda lewat Residen Manado yang
mereorganisasi sistem pemerintahan. Tahun 1882 Distrik Tompaso, Distrik
Tombasian dan Distrik Rumoong di pedalaman dimatikan. Wilayah kekuasaannya
digabungkan dengan Distrik Kawangkoan. Kawangkoan meluas ke arah selatan dan bagian
baratnya. Selain utuh menerima semua negeri Tompaso, menerima
pula dari Distrik Tombasian negeri Tombasian Atas, serta dari Distrik Rumoong
negeri Rumoong Atas dan wilayah sekitarnya. Sebaliknya, distrik kedua
yang ada di Amurang dan seberang Ranoiapo ditegakkan sebagai distrik baru dari
Distrik Tombasian, Distrik Rumoong dan Distrik Tompaso (baru) beribukotakan
Motoling.
Imbal-balik dari reorganisasi itu, negeri-negeri bekas wilayah
Onderdistrik Kawangkoan di seberang Ranoiapo diberi terbanyak kepada Distrik Tompaso
(baru), serta sisanya kepada Distrik Tombasian dan Rumoong.
KAWANGKOAN
-Pakasaan, Balak lalu Distrik
Kawangkoan dihadiskan didirikan oleh tonaas-tonaas: Tantering, Karusa, Lalawi,
Mangentas dan Rontos. Tokoh-tokoh lain terkenal dalam legenda Kawangkoan
adalah: Tumbelaka, Mamarimbing, Waraney, Rincim-Mbene (Rincembene) dan Sela
Liow. Negeri awalnya diduga di lokasi Leler dekat Kiawa bernama Malemboly dan
Paweletan yang disatukan Rumbai, penghulu (hulu bangsa) pertama menjadi Tongkimbut. Dari sini
Tongkimbut memecah. Tongkimbut Atas menjadi Kawangkoan dan Tongkimbut Bawah
menjadi Sonder sebagai balak tersendiri. Kawangkoan kini baru dibangun di
lokasi sekarang, pindah dari Leler, dibawah pimpinan Kepala Balak
Poluakan 1831, meski ada versi dipindahkan Alanus Mambu sejak tahun
1820-an.
|
Kiawa tahun 1910. *) |
-Tahun 1874 Kawangkoan termasuk salahsatu distrik besar di Minahasa. Selain di bagian
Kawangkoan sekarang, ada juga wilayahnya di sebelah Ranoiapo. Ibukotanya Kawangkoan, ditulis Nicolaas
Graafland, ada gereja yang dipakai untuk sekolah dan tempat kediaman Majoor. Negeri Kawangkoan dibagi tiga bagian atau kampung, yakni: Sendangan
(483), Talikuran (704) dan Uner (457). Penduduk ibukota 1.644 orang. Negeri
lain: Tondegesan (427), Kinali (228), Kayuuwi (304) dengan sekolah, Lansot
(390), Lapi (335); Sarongsong (265) yang satu tempat dengan Wuwuk (494) dengan
satu sekolah dan gereja bagus. Lalu Koreng (229), Kaneyan (271), dan Pinamorongan (416).
Lalu di Teluk Amurang pada sebelah lain dari Nimanga (sungai) ada Paslaten (137) dengan sekolah. Berikut satu
bagian dari negeri Amurang, yakni
Buyungon (424). Lalu menyeberang Ranoiapo, Kawangkoan Bawah di mulut sungai Ranoiapo (334). Kemudian di sebelah Ranoiapo ke
selatan: Tewasen (422), Wakan (361) dengan gudang kopi dan kediaman
Pakhuismeester; Kumelembuai (791) dengan gereja dan kediaman pendeta. Lalu,
Teep dan Saut (196), Poigar (349) yakni bagian Kawangkoan, sedang lain
bagian dibawah perintah Rumoong. Dan terakhir Wuwuk-Malola (227). Seluruh
Distrik Kawangkoan berpenduduk
8.713 orang. -Tanggal 8 Agustus 1921 Distrik Sonder dan Distrik Langowan digabung dengan Distrik Kawangkoan bernama Distrik Kawangkoan dengan ibukota Kawangkoan.
-Lempouwpalit.
-Rumbai.
Sebutan
Penghulu
-Topurendeng.
-Kiroyan.
-Mangare.
-Wolo(h).
-Kiwel.
-Legi, 1679.
Dengan
tokoh terkenal Mamarimbing. -Sagay, Kepala Tongkimbut, dicatat Gubernur Robertus Padtbrugge sebagai Kapiten Majoor van Tongkimbut.
-Wilar, (1695-1699).
-Pesik. September 1699
Hukum Kepala Balak Tongkimbut Boven (Atas=Kawangkoan). Dicatat mewakili balaknya dalam Kontrak 10 September 1699 dengan pihak Kompeni diwakili Kapitein Paulus de Brievings dan Onderkoopman Samuel Hattingh. Namanya ditulis Pessick. (Dari kisah setempat, dilegendakan yang meneken Kontrak 10 September ini adalah Lengkong, dihadis memerintah 1699-1740).
-Tumiwa,
(1740-1760).
-Umbas,
(1760-1790).
-Rondonuwu,
(1790-1804).
-Tuyu,
(1804-1815).
Meneken Kontrak dengan Residen Inggris Thomas Nelson 14 September 1810. Kumarua (Hukum Kedua ) di wilayah seberang Ranoiapo (Kawangkoan Bawah) adalah Pele
(Pelleh) Warokka dan Emesang.
-Kapantouw,
(1815-1825).
-Marimbu.
Kepala Kawangkoan di tahun 1821, ditemui dan mengantar Prof.Dr.Caspar George Carl Reinwardt naik Gunung Soputan.
-Alanus Mambu.
-Poluakan,
(1825-1830).
Dibaptis Kristen bernama Thomas Poluakan.
-Majoor
Nicolaas Wilhelm Tumilaar, (1830-4 April 1842).
Dengan
Hukum Kedua Jonathan Musa Sumayku yang memakai gelar Majoor juga, lalu
diganti sebagai hukum kedua tahun 1840 oleh Laurenz Maimporong.
-Laurenz
Maimporong, (1842-1845).
-Majoor
Alanos (Alanus) ‘Kawengian’ Warokka, (26 Mei 1845-1854).
Dengan
Hukum Kedua anak mantunya Daniel Mambu.
-Daniel
Mambu, (1852-1854/1856).
Dengan
Hukum Kedua iparnya Hendrik A.Warokka.
-Majoor
Apeles ‘Pele’ Willem Maimporong, (1854-1861).
-Hukum Besar lalu Majoor
Hendrik Alanos Warokka, (1856/1861-meninggal 3 Juli 1890).
Dengan
Hukum Kedua saudaranya Jansen A.Warokka.
|
Kubur Jansen A.Warokka. *) |
|
|
-Hukum Besar lalu Majoor Jansen
Alanos Warokka, (10 Oktober 1890-meninggal 20 Februari 1904).
Dengan
Hukum Kedua Theodorus E.Gerungan berkedudukan di Lansot, sejak 1897, dan A.Dengah sejak April 1901.
-Hukum Besar Theodorus
Estefanus Gerungan, (3 Juli 1904-8 Oktober 1909).
Dengan Hukum Kedua Klas 1 L.A.Warokka sejak Oktober 1909.
-Hukum Besar Lambertus Alanos Warokka, (8 Oktober 1909-30 September 1924).
-Hukum Besar Gerald Justus Tambajong, (30 September 1924-1927).
|
Kawangkoan tahun 1930-an.*) |
-Hukum Besar Willem
F.L.Mogot, pejabat (1927-1929).
-Hukum Besar Carolus Adriaan Waworuntu, (22 Maret 1929-1943).
-Hukum Besar (Guntjo) Herman
Jacob Wenas, (1942-1945).
-Hukum Besar Wim Momuat, (1945- ).
-Hukum Besar Mien
Sumampouw-Lapian.
-Hukum Besar Arie
Rafles Sumayku.
TOMPASO
-Tahun 1874 ibukotanya Tompaso ada gereja bagus dan sekolah, kediaman
Majoor dan ada gudang kopi dan kediaman Pakhuismeester (kepala gudang kopi). Negerinya terbagi
kampung-kampung: Lebah (Liba, 352), Sendangan (353), Tempok (429), Talikuran
(427), Kamanga (765). Seluruh negeri Tompaso 2.326 orang. Negeri lain: Tolok
(403), Kanonang (519), Pinaling (221).
|
Watu Pinawetengan di Pinabetengan. *) |
|
|
Sedangkan negeri di sebelah Ranoiapo: Tokin (352), Wanga (229), Lompad
(285), Pontak (343), Mapolo (419) dan Poopoh (362). Lalu Raanan (408), Motoling
(302 orang) dengan sebuah gudang kopi dan kediaman Pakhuismeester. Berikut
Picuan (284).
Seluruh Distrik Tompaso, 6.452 orang.
-Tahun 1882 distriknya digabungkan ke Kawangkoan, sedangkan bagian di
seberang sungai Ranoiapo yang sebelumnya diperintah seorang Hukum Kedua,
ditingkatkan jadi Distrik Tompaso (baru), beribukotakan Motoling.
-Mukuan, 1693.
-Kaawoan,
1808 bersama-sama Sondakh, Waworega dan Mewengkang.
-Sondakh.
Dengan
Kumarua anaknya Lela’,
-Lela’
Sondakh, (1810-1817).
Meneken
Kontrak 14 September 1810 dengan Residen Inggris Thomas Nelson. Namanya sekedar ditulis Lela. Sebagai Kumarua
anaknya Lolombulan.
-Majoor
Lolombulan Sondakh, (1817-1830).
Dengan
Kumarua (Hukum Kedua) anaknya Kalangi. Reinwardt mencatat di tahun 1821 tokoh bernama Lolombulan van Tompaso. Lalu ada Woworega dari Kamanga, Engris dari Tonkamanga dan Tinangon serta Tumiwa dari Tompaso.
-Majoor
Kalangi Johannis Sondakh, (1830-1850).
Dengan
Hukum Kedua adiknya Willem Sondakh.
-Majoor
Willem Sondakh, (1850-Mei 1882).
Dengan
Hukum Kedua kemenakannya L.Sondakh.
Di
bawah kepemimpinannya di tahun 1881 Distrik Tompaso dipindah dari negeri
Tompaso di dekat Kawangkoan ke ibukota baru di Motoling, di pedalaman Minahasa
Selatan.
-Hukum Besar lalu Majoor L.J.Sondakh,
(Mei 1882-September 1888).
Dengan
Hukum Kedua anak bersaudaranya Willem C.Sondakh.
-Hukum Besar lalu Majoor
Willem C.Sondakh, (22 September 1888-Oktober 1895).
LANGOWAN
-Nicolaas
Graafland menulis ibukotanya Langowan di tahun 1874 adalah kediaman pendeta dan Majoor (titel kepala distrik berjasa, sedang biasanya bertitel Hukum Besar). Ada gereja dan satu sekolah yang bagus. Negeri Langowan terbagi atas kampung: Tounelet (582), Wolaang (693), Amongena (628),
Waleure (586), Walantakan (723), dan Koyawas (675). Seluruh ibukota: 3.887
orang. Negeri lain di pantai sebelah timur: Atep (323), Palamba (329), Talawatu
(229), Rumbia (14). Seluruh Distrik Langowan berpenduduk 4.782 orang.
|
Masuk gereja di Langowan awal abad ke-20. *) |
-Taanggal 8 Agustus 1921 Distrik Langowan diturunkan status tinggal sebagai Onderdistrik, digabung dengan Distrik Kawangkoan.
-Tahun 1942 Distrik Langowan dihidupkan
kembali, hingga tahun 1946, ketika kembali jadi Onderdistrik (Distrik Kedua)
dipimpin seorang Hukum Kedua.
-Hukum
Majoor Tendean.
Meneken
Verbond 10 Januari 1679.
-Kapitein Mongula (Mangowal?).
Kepala Langowan ditulis Mangoua. Meneken Kontrak tanggal 10 September 1699 atas nama Balak Langowan, dengan pihak Kompeni yang diwakili Kapitein Paulus de Brievings dan Onderkoopman Samuel Hattingh di Fort Amsterdam Manado.
-Sigar,
1789.
|
Waruga di Palamba disebut kubur Toar-Lumimuut. *) |
-Rambitan.
-Robot.
-Tumbaijlan.
-Tawaijlan.
-Iro(o)t
dan Kojongian, 1808.
Tanggal 14 September 1810 kepala dari Balak Langowan yang mewakili meneken kontrak dengan Residen Ingrgis adalah tokoh bernama Fiskal, ditulis Tiscal di kontrak. Selain itu Kojongian (namun versi lain Kojongian mewakili Sarongsong)
-Majoor
Fiskal Irot, (1829-1841).
Dengan
Hukum Kedua Tawaijlan Sigar, 1831-1833.
-Majoor
Colano Albert Tendap Saerang, (1841-1848). Di kuburnya ditulis memerintah 1800-1848. Hukum Keduanya Tawaijlan (diserani Benjamin, versi lain Bastiaan Sigar), menjabat
1841-1848.
-Majoor
Benjamin ‘Tawaijlan’ Thomas Sigar, (Februari 1848-Januari 1870).
Dengan
Hukum Kedua P.Kumolontang (1848-1853), lalu diganti anaknya Laurenst R.Sigar.
-Hukum Besar lalu Majoor
Lourens Roeland Sigar, (Januari 1870-Februari 1884).
Dengan
Hukum Kedua N.Pande-Iroot sejak Desember 1870.
-Hukum Besar lalu Majoor
Nicolaas Pande-Iroot, (Februari 1884-dipensiun Oktober 1891). Digantikan Hukum Kedua Kakas-Remboken.
-Hukum Besar lalu Majoor
Nicolaas E.Mogot, (2 November 1891-pensiun Mei 1901).
Dengan
Hukum Kedua R.Maringka lalu diganti W.Warokka.
|
Jalan di Langowan. *) |
-Hukum Besar Klas 1 Everhardus
‘Gerardus’ B.Mogot, (13 September 1901-Agustus 1910).
Dengan
Hukum Kedua B.A.Pelenkahu, lalu A.Dengah sejak 1901.
-Hukum Besar Albert W.R.Inkiriwang, (25 Agustus 1910-8 Agustus 1921).
-Hukum Besar Everhardus
H.W. ‘No’ (Emil) Mogot, (1942-1944).
-Hukum Besar Bernard
Wilhelm Lapian, (1944-1946).
SONDER
-Tahun 1874 salahsatu distrik besar Minahasa, sebab ada bagiannya
di sebelah Ranoiapo. Ibukotanya Sonder ada gudang kopi, sekolah yang dipakai
untuk gereja, kediaman pendeta, majoor dan pakhuismeester. Terdiri beberapa
kampung: Kauneran (728), Sendangan (684), Talikuran (641), Tounelet (631), dan
Kolongan Atas (848). Seluruh ibukota 3.532 orang.
Negeri lain: Kiawa (1.067), Leilem (779), Tincep (337), Timbukar (157),
Tangkunei (181), Suluun (579), Pinapalangkow (368), Kapoya (405), Lelema (167),
Popontolen (214), Tinundek atau Tumpaan-matani (197), dan Tumpaan (308). Lalu
Munte (130). Di seluruh negeri ini ada sekolah. Berikut: Sinengkeyan (85), Sulu
(115). Di sebelah Ranoiapo: Tenga (403) dengan sekolah, Paku (390) dengan
sekolah, dan Pakuweru (376). Seluruh Distrik Sonder 9.842 orang.
|
Sonder dulu. *) |
-Tahun 1920 Distrik Sonder dihapuskan, digabung ke Distrik
Kawangkoan.
-Keintjem, (1650-1700).
Disebut
memerintah bersama Palar, Mangowal dan Topurendeng.
-Ranton, (1682).
Kepala Balak (hoofden) Sonder, dicatat arsip VOC. Kemungkinan besar dia juga kepala Sonder (Tongkimbut Bawah) yang meneken Kontrak tanggal 10 Januari 1679.
-Mokalu.
Dihadis sebagai Kepala Balak Sonder pertama setelah pisah dari Kawangkoan dan
digantikan Pesik tahun 1703.
-Lumanauw,
(1700-1750).
Versi
menyebut langsung mengganti Keintjem.
-Sumolang,
(1776-1789).
-Pinontoan,
(1789-1793).
-Walewangko,
(1793-1809).
Dengan
Kumarua (Hukum Kedua) adiknya Palar Tambuwun.
Pemimpin
lain di tahun 1808 disebut Mokalu (Hukum di Kolongan Atas), Masinambouw, Tumbol
dan Lumempouw.
-Palar
Tambuwun, (1809-1824).
Dengan
Hukum Kedua Keintjem.
Keintjem mewakili Balak Sonder pada penandatanganan Kontrak 14 September 1810 dengan Residen Inggris Thomas Nelson. Namanya ditulis Sentjam Tugo.
Palar Tambuwun dihadis diganti cucu Walewangko yakni Tololiu H.W.Dotulong
1815.
-Majoor
Tololiu Hermanus Willem Dotulong, (12 Juni 1824-1861).
|
Pemandangan lain Sonder. *) |
-Hukum Besar lalu Majoor
Albertus Bernadus ‘Manopo’ Waworoentoe, (1861-17 Desember 1887).
Dengan
Hukum Kedua anak Tololiu, yakni Willem Hermanus Dotulong sejak 6 September
1864, lalu diganti anaknya Albert L.Waworoentoe.
-Hukum Besar lalu Majoor
Albert ‘Bert’ Lasut Waworoentoe, (17 Desember 1887-17 Juli 1896).
Dengan
Hukum Kedua (wakil) adiknya Pius Waworoentoe. Ia berhenti atas permintaan sendiri, karena sakit. Namun, secara resmi dipensiun sebagai Majoor Sonder September 1904.
-Hukum Besar Exaverius
‘Pius’ Walewangko Jacob Waworoentoe, (17 Juli 1896-21 September 1904).
Dengan
Hukum Kedua Herman Carl Wajong, lalu 1897 A.Lumentut berkedudukan di Tumpaan.
|
Jalan di Sonder awal abad ke-20. *) |
-Hukum Besar lalu Majoor
Frederik Hendrik Dotulong, (21 September 1904-Agustus 1913).
Dengan
Hukum Kedua Jan S.Lumanauw.
-Hukum Besar Gerald Justus Tambajong, (29 Agustus 1913-8 Agustus 1921).***
*). Foto:
Koleksi KITLV, Nationaal Archief, Tropenmuseum, Tropisch Nederland dan Bodewijn Talumewo.
SUMBER PUSTAKA:
-Ch.Tangkere, ‘Sejarah Masuknya Injil di Kawangkoan’, 1936.
-C.G.C.Reinwardt, 'Reis in den Indischen Archipel in het jaar 1821'.
-J.E. Heeres, 'Generale
Nederlandsche Geoctroyeerde Oost-Indische Compagnie 1602-1800'. Bijdragen Tot de Taal-,Land-en Volkenkunde van Nederlansch-Indie, Brill Online.
-Koninklijke Bibliotheek-Delpher Kranten (De Locomotief 5 Juni 1882, 17 Oktober 1890, 25 Juli 1896, 16 April 1901; Java Bode 23 Desember 1892; Bataviaasch Nieuwsblad 4 September 1913; Soerabaiasch Handelsblad 2 Februari 1880, 28 Desember 1889).
-Berbagai literatur dan data lainnya.
-Catatan Majoor tua Sonder A.B.Wawo-Roentoe.
-Regeeringsalmanak voor Nederlandsch-Indie 1892-1942.
-Adrianus
Kojongian dkk, ‘Ensiklopedia Tou Manado’.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.