Minggu, 16 Maret 2014

Surat Untuk Gubernur Jenderal





Inilah keberatan dan petisi Estephanus Sahelangi berbahasa Melayu seperti dikutip seutuhnya dari halaman 5 (suplemen) koran Soerabaiasch-Handelsblad hari Sabtu tanggal 9 Juli 1892. Dua surat adalah salinan berupa permohonan bertemu Komisaris W.O.Gallois, dan sebuah jawaban penolakan dari Sekretaris Kerckhoff.



REKWEST AAN Z.E.DEN GOUVERNEUR
GENERAAL
(Uit het Maliesch vertaald.)
                    
                                 ----- ----- ------
Inilah barang disampeikan apalah kiranja dengan berlimpa hormat kepada Sri Padoeka jang dipertoean besar.
Gouverneur Generaal jang koeasa atas, serta memarentah tanah Hindia Nederland.
             
            Soesoenan:
4 salinan soerat dan
3 pakket.

Memberi tahoe dengan kerindahan dan limpa limpa hormat saja kepala district I deri district P.R.Ponosakan, afdeeling Belang, residentie Menado, Estephanus Sahelangi, tinggal berroemah di negeri Ratahan.

Bahoea pada 16 April j.l. datanglah jang Termoelia Padoeka toean Commissaris deri Pemarentah besar di Batavia, di negeri Ratahan ketinggallannja lamanja 5 hari di negeri ini;

Maka samantara itoe saja jang bertanda ditanja apa tiada ampoenja barang kesoesahan dalam hati atau permintahan jang haros diberi tahoe kepada Padoeka toean Commissaris itoe? Djawabnja saja: ada toean Besar, akan tetapi, sedang saja mendengar chabar jang toean besar maoe terima segala toetoeran-toetoeran hal kaberatan deri kapala-kapala, hanja apakah ada tertoelis didalam kertas, maka sekarang saja lagi soeroeh toelis itoe, belom sadia adanja. Maka berkatalah toean Regeerings Commissaris: baiklah! kemoedian itoe mohonlah saja idzin akan masoekkan soerat-soeratnja saja itoe di negeri Menado, apabila Padoeka toean telah kombali di negeri itoe, maka berkatalah baik adanja.

Demikianlah sediakanlah soerat itoe, serta soeatoe rekest.

Pertama, Soeatoe soerat pengadoean deri hal kaberatan akan hal kesoesahannja anak-anak bala jang terpaksa dengan pakerdjaan.  Herendienst lebih katiga tahon jang telah liwat, jaitoe moelai de(ri) pada waktoe bangsawan toean Resident, Stakman memegang parintah didalam tanah Minahassa sahingga sekarang.

Kadua soeatoe pengadoean deri saja kapala-district I. deri district P.R.Ponosakan bagi toean pemarintah die afdeeling Belang J.N.Witteveen, maksoednja toean controleur itoe soedah maloekan saja jang bertanda dengen kasih marah, sebagei djoega ia adalah bertjakap dengan seorang koeli, semoeanja itoe di hadapan banjak orang, sehingga menghilangkan segala koeasa apatah saja menarima deri kandjeng Gouvernement, serta tiadakan segala kehormatan, apatah saja haros terima deri anak anak bala saja (dengan soesoenan 5 soerat).

Ketiga soeatoe rekest akan mohon sapaja di tetapkan bahoea district P.R.Ponosakan akan berpoenja soeatoe kapala district I, jang digelarkan ,,Majoor’’ dengan berpakei tongkat amas.

Sesoedahnja soerat-soerat ini siaplah, maka mohonlah saja idzin deri toean controleur dengan soerat tertanda 29 April, akan berangkat ke Menado (Soesoenan I).

Dengan soerat deri hari itoe djoega tanja’ah toean controleur pada saja: siapa nanti ganti saja samantara saja di Menado. (Soesoenan I.I.).

Maka dengan sasegrahnla berilah saja djawab, jang Hoekoemtoea Tosoeraja nanti mendjadi wakilnya saija samantara saja belom poelang.

Besok paginja di panggillah wakilnja saja itoe oleh toean controleur dan berangkatlah ia sesama akan memariksa pakerdjaan. Maka berangkatlah saja djoega ka Menado.

Pada….hb. Mei tibahlah saja di Menado kabetoelan toean besar Regeerings Commissaris telah berangkat ke Ajer madidi kerna, pada…hb. Mei baliklah toean besar itoe ka Menado berfikir baiklah djangan saja liwat kapala pamarentah toean Resident di Menado; jaitoe deri hal saja jang bertanda ampoenja pengadoean atas hal perboetannja toean controleur J.N.Witteveen, maka datanglah pada…,hb.Mei pada toean Resident akan menjembahkan soerat pengadoean itoe, maka… heb.Mei baharoelah saja balik ditrima oleh toean Resident.

Maka soerat ini berpoenja permohonan akan periksa perkara antara toean Witteveen itoe dengan saja, serta beri pengadilan.

Soerat jang lain tersebut di atas jang maoe saja atoerkan pada tuan Besar Commissaris itoe, adalah berpoenja permohonan: Sopaja Padoeka toean itu kasihan hati kapada district Passan Rataha Ponosakan, akan lain kali berikanlah kepada district itoe (afdeeling Belang) soeatoe controleur jang boekan lagi anak akan tetapi soeda berpoenja pikiran jang tetap akan memarentahkan soeatoe afdeeling.

Perkara pengadoean ini maoelah saja sampeiken kapada Padoeka toean Commissaris, pada waktoe lagi di Ratahan, akan tetapi  hati saja amat bimbang serta berasa maloe, sebab Padoeka toean Commissaris  itoe adalag bermondok di roemahnja toean controleur.

Kemoedian pada…hb Mei toelislah saja soetoe soerat kapada Padoeka toean Commissaris kan mohon bertemoe nijetnja saja akan atoerkan katiga soerat terseboet, di atas didalem penimbangannja dan nijatnya saja djoega nanti semoea itoe diterangkan lebih dengan moeloet.

Akan tetapi dengan kaget terimalah soeatoe djawab mewartakan oleh toean Secretaris deri Padoeka toean Commissaris, bahoea saja trada bole di trimah, sebab trada mendapat idzin deri toean Controleur atau Resident akan datang di Menado.


SOESOENAN
IV

Maka heranlah saja sekali sebab lain deri pada soerat idzin deri toean controleur, tersebut diatas, maka pada kelemarennja soeda djoega saja kasi tahoe pada Bangsawan toean Resident jang saja hendak  katemoe Padoeka toean Commissaris, dan toean Resident trada soedah bitjara soatoe apapon, hanya soeroeh saja lekas poelang  sebab toean President Landraad ada di Ratahan bernanti saja.

Saterimanja toean Secretaris deri Padoeka toean Commissaris, maka datanglah saja berhadap poela pada toean Bangsawan Resident, dengan minta katrangan dari hal itoe; akan tetapi Bangsawan toean Resident prentahkan saja akan lantas berangkat poelang ka-Ratahan. Maka djam itoe djoega saja berangkat dan besok paginya kirimlah saja chabar kapada toean contr.dengan soerat tertanda 7 Mei 1892 No.228, sedang toean President Landraad ada di roemahnja toean controleur, jang saja soedah kombali di Ratahan.

Maka deri maksoed terseboet, soeratnja saja, jang ingatannja saja akan serahkan kepada jang Tertinggi Moelia Padoeka toean Regeerings Commissaris dengan maoe beri katerangan lebih dengan moeloet trada djadi diatorkan.

Maka soerat itoe saja hamba jang rindah ambil kaloeasan hati dengan ini hentarkan kabawahdoelinja Seri Padoeka jang di pertoean Besar, dengan pengharapan dan permohonan jang rindah ambillah Seri Padoeka itoelah didalem penimbangan jang toeloes dan adil adanja.

Terboeat di negeri Ratahan pada 12 Mei 1892
oleh saja hamba jang amat rindah,
Hm.besar, district P.R.Ponosakan,
      (Wg).) E.Sahelangi.

Afschrift!
                                                   MENADO;  6 Mei 1892.

Kita memberi tahoe kapada toean Hoekoem Besar district Ratahan, bahoea toean besar Regeerings Commissaris, tiada soeka menerima permintaan toean hoekoem besar, sebab tiada minta idzin pada toean controleur atau pada toean Resident Menado aken dateng di Menado.

De Secretaris van het Lid in den
Raad van Ned.Ind. belast met eens
zending naar Menado (W.G.) van
Kerkhoff.

 Kepada,
                                     E.Sahelangi,
Hoekoem Besar district Ratakan,
                                    Sekarang di
     Menado.
                                               
                                                     -----------------

Afschrift!

Ini’ah barang disampeken kepada
jang Tertinggi Moelia Padoeka Toean
Regeerings-Commissaris jang sekarang
adalah dengan kesenangan die Negrie
                                            Menado.
Saja jang bertanda dibawah ini Estephanus Sahelangi, Hoekoem-Besar distrik P.R.Ponosaken, afdeeling Belang, mohon dengen limpah hormat aken berdjoempah dengen Padoeka toean jang Tertinggi Moelia, harep dan mohon Padoeka toean soeka dan kasihan hati, akan chabarkan pada saja jang bertanda apabila djam apa Padoeka toean, senang hati, nanti berdjoempah saja.
       
 Hoekoem Besar,
district Passan Ratahan Ponosakan,
(    w.g.) E.Sahelangi.

Sabtu, 15 Maret 2014

Kontrolir Witteveen dan Hukum Besar Sahelangi

         

 

 

                                      Oleh: Adrianus Kojongian

 

 

 


Heboh dan ribut-ribut di Ratahan oleh ulah maniso Kontrolir X, ternyata tidak tertahankan  lagi. Belum lama memimpin Afdeeling Belang itu, ia dimutasi oleh Residen Manado M.C.E.Stakman. Penggantinya adalah J.N.Witteveen, teman Kontrolir X. Tidak heran, suasana pemerintahan di Afdeeling Belang yang mencakup Distrik Pasan-Ratahan-Ponosakan serta Distrik Tonsawang tidak membaik, justru semakin ‘panas’.


Kontrolir yang masih berusia muda tersebut ternyata sangat angkuh, dan pemarah. Ia tidak memahami adat-istiadat serta tradisi penduduk daerah yang dipimpinnya. Begitu pun ia tidak menghargai pendapat dan masukan dari pejabat pribumi Minahasa yang sangat berpengalaman.


Gaya tidak berbudaya dan hantam kromonya, kentara sekali ketika ia memarahi dan mempermalukan Hukum Besar Estephanus Sahelangi di depan banyak orang. Bagi warganya, Estephanus adalah pemimpin besar yang sangat dihormati dan ketonaasannya dijunjung tinggi.


Maka, ketika Sahelangi dipermalukan pejabat Belanda yang masih berusia muda belia -- bisa jadi seumuran anaknya, kehormatannya seperti diinjak-injak, karena ia diperlakukan layaknya hamba sahaya.


‘’Ia sudah malukan saya. Sebagai juga ia adalah bercakap dengan seorang kuli. Semuanya itu di hadapan banyak orang, sehingga menghilangkan segala kuasa yang saya terima dari Kandjeng Gubernemen, serta tiadakan segala kehormatan,’’ tulis Estephanus Sahelangi kelak.


Estephanus Sahelangi adalah keturunan dari para penguasa Distrik Pasan-Ratahan, dari garis ibunya. Kakeknya adalah Komaling Maringka, mantan Hukum Besar Ratahan. Pamannya adalah Daniel Maringka, bekas Hukum Besar Ratahan lalu sebagai Hukum Besar Pasan-Ratahan. Paman lainnya adalah  Hukum Kedua Lolati Jacob Rambi, ayah dari Manuel Rambi.


Ia memulai karir di pemerintahan setempat, dengan menjadi Hukum Tua Lowu, negeri bekas Distrik Ratahan. Kemudian awal bulan Mei 1876 diangkat menjadi Kepala Distrik Pertama Pasan-Ratahan, dengan mengganti Arnold Ompie, seperti dimuat De Locomotief Rabu tanggal 10 Mei 1876.


Lalu 5 tahun berikutnya dibenum sebagai Kepala Distrik Pasan-Ratahan-Ponosakan, setelah Distrik Ponosakan digabung dengan pemberian pensiun kepada kepalanya Majoor Amboen Sineke.


Pembeslitan status Inlandsch Bestuur sebagai Kepala Distrik Pertama Pasan-Ratahan-Ponosakan, dimuat resmi dalam corong pemerintah kolonial masa itu Java Courant, serta disebar berbagai media yang terbit baik di Hindia-Belanda mau pun di Negeri Belanda. Antaranya yang memuat pengangkatan Estephanus Sahelangi adalah koran Nieuwe Amsterdamsche Courant Algemeen Handelsblad Nomor 15516, terbitan hari Kamis tanggal 26 Februari 1880 di bawah ini.



Pekerjaan Herendienst tetap mendera rakyat di masa kekuasaan Kontrolir Witteveen ini. Kerja rodi yang mengantar rakyat menderita kelaparan, karena tidak memiliki waktu cukup untuk menanam padi sebagai bahan pokok utama. Penderitaan mereka itu telah berlangsung sejak Marinus Cornelis Emanuel Stakman memimpin Keresidenan Manado 22 Februari 1889, dengan menggantikan Jonkheer Johannes Cornelis Diederikus Wilhelmus Adrianus van der Wijck, yang cukup lunak.


Kontrolir Witteveen baru beberapa bulan bekerja di Afdeeling Belang telah membuat sakit hati penduduk Wawali, negeri bekas Distrik Pasan yang saat itu telah masuk stad Ratahan. Ia menyuruh bongkar dan pindahkan pekuburan warga. Pasalnya, jalan menuju pemakaman Wawali berada di sepanjang halaman dimana rumah baru Kontrolir akan dibangun. Penduduk bekerja Herendienst membersihkan lalu menggali untuk fondasi rumah baru Kontrolir itu.


Orang-orang Wawali hanya dapat melihat dengan sedih kubur kerabat dekat mereka dibongkar. Siapa pun pasti akan gundah-gulana, terpukul dan marah melihat tulang-tulang orang yang mereka cintai digali, diperlakukan tidak hormat sampai hancur, kemudian dibuang ke sebuah lubang yang dibuat untuk tujuan itu. Sudah, menjadi tradisi umum sejak dulu kala dari masyarakat Minahasa, adalah mereka sangat menghormati leluhur dan orang meninggal, bahkan banyak mengkeramatkannya.


Semestinya pembongkaran pekuburan Wawali itu tidak terjadi, karena rumah Kontrolir yang ada masih sangat layak. Apalagi, lokasinya telah ditentukan sebelumnya oleh Residen Jhr.J.C.D.W.A van der Wijck dan Kontrolir Willem Beijerinck di tahun 1885 sebagai salah satu tempat yang baik di Ratahan.

Mantan Majoor Sonder A.L.Wawo-Roentoe. *)

Pelaksanaan Herendienst serta reformasi pajak yang tidak populer yang dijalankan Residen Stakman telah membangkitkan keberanian Kepala Distrik Sonder Majoor Albert Lasut Wawo-Roentoe. Ia bermohon kepada Gubernur Jenderal Hindia-Belanda di Batavia untuk menyelidiki dan meninjau kebijakan tersebut. Permohonan Majoor Wawo-Roentoe lewat suratnya per tanggal  28 Desember 1891 mendapat tanggapan Gubernur-Jenderal. Dengan keputusan tanggal 8 Februari 1892, Willem Otto Gallois, anggota Raad van Nederlandsch-Indie ditunjuk sebagai Komisaris Pemerintah (Gouvernementscommissaris) untuk melakukan penyelidikan di Minahasa.


W.O.Gallois yang didampingi Kontrolir Binnenlandsch Bestuur Ch.E.P.Kerckhoff sebagai Sekretaris, melakukan inspeksi di Distrik-Distrik Minahasa. Ia memeriksa dengan mendengar langsung berbagai keluhan dari para kepala dan tokoh berpengaruh Minahasa.


Namun, ketika Gallois dan Kerckhoff datang ke Ratahan tanggal 16 April 1892, Kontrolir menghalang-halangi dan menakuti siapa pun yang hendak mengajukan keberatan. Tindakannya sangat leluasa, karena Gallois dan Kerkhoff selama di Ratahan menginap di rumah Kontrolir.


Di Afdeeling Belang ada cukup banyak orang hendak mengajukan keberatan mereka. Tapi, orang-orang takut, karena perintah Kontrolir bahwa siapa saja yang keberatan pada Komisaris Pemerintah, pertama kali keberatannya harus diberikan pada Kontrolir. Pokoknya semua keberatan itu, dari siapa pun, harus meminta izin dulu darinya. Rasa takut para pengadu pun karena Komisaris dan Sekretaris selama misi lima harinya di Afdeeling Belang, justru tinggal di rumah Kontrolir di Ratahan.


Kalau ada pun pengadu diterima, Kontrolir pun dibiarkan menginterogasi mereka di hadapan Komisaris Gallois dan Sekretaris Kerckhoff.


Sebanyak 31 pelapor dari Wongkai, negeri bekas Distrik Ratahan, hanya diterima Kontrolir, karena Gallois dan Kerckhoff sementara tidur.  Kontrolir menjadi sangat marah, dan mengambil dokumen yang hendak diserahkan para pengadu. Lalu, tindakannya sangat drastis. Di depan mata mereka, ia merobek-robek surat yang hendak diberikan itu.


Hukum Besar Tonsawang Semuel Momuat yang sebelumnya selalu dekat dengan Kontrolir dan Residen, ikut tergerak hati. Ia mengajukan keberatan atas proses yang dilakukan Kontrolir. Namun, peringatan Momuat bukannya diterima. Residen malah memarahinya.


Kemarahan dari Kontrolir Belang tidak pandang bulu. Tiga tokoh terkemuka Pasan-Ratahan-Ponosakan, yakni Elias (ditulis Hias) Sahelangi, mantan Pakhuismeester Tombatu, Herling Sahelangi, mantan Hukum Tua Pangudan (sekarang Pangu), serta Arnold Ompie (ditulis Ompe), yang mantan Hukum Besar Ratahan, dimarahi Kontrolir. Kemarahan Kontrolir paling utama kepada Elias Sahelangi. Ia sangat murka, karena ketiga tokoh tersebut telah pergi ke Manado untuk menyampaikan keberatannya.

DITOLAK GALLOIS 
Tidak terkecuali adalah Hukum Besar Pasan-Ratahan-Ponosakan Estephanus Sahelangi. Ia dicegah dengan segala cara untuk menghadap Gallois. Ia dipersulit, dan sangat susah untuk berbicara, karena Gallois dan Kerckhoff  selama 5 hari pemeriksaannya di Afdeeling Belang tinggal di rumah Kontrolir. Ketika Sahelangi akhirnya bertemu, merasa tidak leluasa menyampaikan keberatan secara lisan, ia mengatakan masih sementara membuat surat keberatannya. Kepada Komisaris Gallois, ia meminta izin untuk nanti menyerahkannya secara langsung kepada Gallois di Manado. Komisaris Gallois setuju.


Ketika surat keberatannya telah siap, Hukum Besar Sahelangi tanggal 29 April 1892 menyurat Kontrolir meminta izin untuk berangkat ke Manado. Kontrolir menanyakan siapa nanti mewakili Sahelangi, dan ditunjuknya Hukum Tua Tousuraya. Esok paginya, Kontrolir memanggil Hukum Tua Tousuraya, dan bersama pergi memeriksa pekerjaan.


Hal itu menjadi pertanda Kontrolir setuju dengan perjalanannya ke Manado. Namun, karena Komisaris sementara berada di Airmadidi, ia menemui Residen Stakman, dan menyampaikan sebuah surat memohon Residen memeriksa perkaranya dengan Kontrolir Witteveen dan memberinya keadilan.


Sahelangi kemudian mencoba menemui Komisaris Gallois. Namun, Gallois tidak mau menerimanya. Sekretaris Kerckoff menjawab dengan surat bahwa ia tidak diterima karena tidak mendapat izin dari Kontrolir atau pun Residen. Padahal, Residen Stakman pun sudah diberitahu maksud kedatangannya ke Manado (baca selengkapnya surat keberatan Sahelangi).

PUBLIKASI PETISI SAHELANGI 
Sekembali ke Ratahan, Hukum Besar Sahelangi membuat surat langsung kepada Gubernur Jenderal bertanggal 12 Mei 1892, memohon keadilan. Isi suratnya sebenarnya sederhana. Pertama, keberatan terhadap pekerjaan Herendienst yang menyusahkan rakyatnya. Kedua, meminta keadilan atas perkaranya dengan Kontrolir Witteveen. Ketiga, berupa petisi agar Pasan-Ratahan-Ponosakan dipimpin oleh Kepala Distrik yang bergelar Majoor dengan tongkat emas.


Surat keberatan dan petisi Sahelangi ini tidak diketahui apakah masuk atau dimasukkan dalam memori yang diterima Komisaris Pemerintah Gallois. Ini, mengingat Gallois tidak mau menerimanya ketika berada di Manado, atau dengan meneliti isi surat Sahelangi yang akan mengirimnya langsung ke Gubernur Jenderal.


Gallois sendiri menerima berbagai dokumen sebagai lampiran raportnya. Dicatatnya memori dari Oud Majoor Sonder, Majoor Tombariri, Hukum Besar Kakaskasen, Majoor Tondano-Touliang, Oud Majoor Langowan, Majoor Kakas, Majoor Tonsea, Hukum Besar Maumbi, mantan Hoofddjaksa Manado A.B.Kalenkongan, istri Oud Majoor Tondano-Toulimambot, Hukum Besar Ratahan (dengan catatan kaki alasan penolakannya menerima Sahelangi), dan Hukum Besar Bantik.

Apakah, meski Gallois tidak menerima Sahelangi, tapi berkas laporannya diterimanya kemudian? Ataukah, surat keberatan dan petisinya diterima Batavia secara tersendiri, atau lalu disatukan?

Surat Sahelangi kepada Gubernur Jenderal bersama 2 (dari 4) salinannya, kemudian dimuat surat kabar Soerabaiasch-Handelsblad, hari Sabtu tanggal 9 Juli 1892. Dalam pengantarnya, disebut sebagai dokumen mengenai penelitian pemerintah di Minahasa.

 


Komisaris Gallois dalam raportnya yang juga dimuat berbagai media, seperti Locomotief, Bataviaasch Nieuwsblad dan Java Bode mengaku ia hendak ditemui Sahelangi (ditulisnya Kepala Ratahan), tapi, ‘’Seperti diberitahukan kepada saya, kepala ini tanpa izin Residen dan Kontrolir meninggalkan tempat tugasnya dimana Hakim Landraad ingin bertemu dengannya… Saya menolak untuk berbicara dengannya,’’ tulis Gallois yang kemudian memperoleh promosi menjadi Vice President Raad van Nederlandsch-Indie di tanggal 5 Juli 1895. ***


 *). Koleksi foto KITLV. 


SUMBER BACAAN:
-Koninklijke Bibliotheek-Delpher Kranten (Soerabaiasch-Handelsblad nomor 156 Sabtu 9 Juli 1892; De Locomotief nomor 209, Senin 1 September 1884, nomor 189 Selasa 16 Agustus 1892, nomor 40 Kamis 16 Februari 1893; Bataviaasch Handelsblad nomor 261 Rabu 11 November 1891, nomor 206 Selasa 9 Agustus 1892; Java Bode nomor 21 Jumat 25 Januari 1895, nomor 174 Sabtu 30 Juli 1892; Nieuwe Amsterdamsche Courant Algemeen Handelsblad, 26 Februari 1880, nomor 19863 Jumat 12 Agustus 1892).
-Adrianus Kojongian, Jelajah Sejarah Manado (Residen Manado 2, Tentang Residen Manado, Para Kepala Ratahan dan Tentang Kepala Minahasa).
 


Kamis, 13 Maret 2014

Tuan Kontrolir X van Ratahan

             

 

 

 

 

                                                   Oleh: Adrianus Kojongian

 

 

 

 

 

 

Wanita Manado tahun 1821.*).



Perilaku para pejabat kolonial Belanda di tanah jajahan aneka rupa. Ada yang baik, namun banyak pula yang jahat, sewenang-wenang dan sok kuasa. Di Tanah Minahasa, ada banyak pula pejabat demikian, seperti dipraktekkan Kontrolir Belang yang berkedudukan di Ratahan, kini ibukota Kabupaten Minahasa Tenggara.

Kontrolir sendiri berasal dari kata Controleur, adalah posisi pejabat kolonial yang bertugas mengontrol, mengawasi dan memimpin sebuah Afdeeling.  Di Minahasa masa lalu, wilayah kekuasaan sebuah afdeeling terdiri beberapa Distrik. Afdeeling Belang saat peristiwa ini terjadi, tinggal mencakup dua distrik. Masing-masing: Distrik Tonsawang beribukotakan Tombatu, serta bekas tiga distrik yang digabungkan satu, yakni Distrik Pasan-Ratahan dan Ponosakan, beribukotakan Ratahan.

Kisah sang Kontrolir yang sekedar disamarkan dengan nama Tuan Kontrolir X ini, terjadi di penghujung abad ke-19, di masa berkuasanya Residen Manado Marinus Cornelis Emanuel Stakman, yang dibeslit tanggal 22 Februari 1889.

Pelaksanaan praktek Herendienst (kerja rodi) yang ekstra keras di masa pemerintahan Residen Stakman sangat dikecam oleh para pejabat pribumi Minahasa, karena begitu menyengsarakan penduduk. Kecaman mana muncul pula dari kalangan orang Belanda sendiri, sampai ribut di berbagai media. Buntutnya, pemerintah tinggi di Batavia mengirim Komisaris W.O.Gallois untuk mengusut, dan berpuncak dengan mundurnya Residen M.C.E.Stakman, serta pengangkatan Eeltje Jelles Jellesma sebagai Residen Manado yang baru pada tanggal  29 September 1892.

Kisah ini sendiri disadur dari tulisan yang dimuat pada suratkabar De Locomotief, nieuws-, handels-en advertentieblad, terbitan Semarang hari Kamis tanggal 16 Februari 1893 nomor 40. Penulisnya tidak dicatat namanya, bisa jadi Hulpprediker N.Rinnooy yang bertugas di Ratahan selang 1887-1895, atau koresponden dan atau redaktur De Locomotief sendiri, bahkan pendeta sebelumnya Jan Nanes Wiersma (1862-1881). Pendeta Wiersma sangat banyak menulis tentang Ratahan dan selalu membela kepentingan penduduk di Afdeeling Belang dari kesewenangan penguasa Belanda dan pribumi. Yang pasti, tulisan di koran ini serangkaian dengan keberatan serta petisi dari Hukum Besar Pasan-Ratahan-Ponosakan Estephanus Sahelangi kepada Gubernur Jenderal Hindia-Belanda yang dokumennya kemudian dimuat sebagai hasil penelitian pemerintah Hindia-Belanda di Soerabaiaish-Handelsblad hari Sabtu 9 Juli 1892, edisi nomor 156.

Di masa itu, penduduk Pasan-Ratahan-Ponosakan sangat menderita. Pekerjaan Herendienst membebani kaum pria yang harus membuat, memelihara dan dan juga memperbaiki jalan, jembatan dan segala macam pekerjaan demi kepentingan umum. Padahal,  jalan-jalan di Afdeeling Belang  sangat sulit, sempit dan berliku-liku karena medannya yang berbukit-bukit dan tidak rata. Penulis menggambarkan kondisi jalan saat itu. Ruas jalan dari Ratahan ke Bentenan menurun sampai 1.000 kaki. Lalu jalan dari Ratahan ke Langowan yang hanya 6 paal, tapi mendaki setinggi 1.200 kaki. Jalan tersebut telah dibuat dengan banyak sekali usaha pada tahun 1874, masa Kontrolir George Alexander Wilken.

Sekarang, di tahun 1891.

Selang bulan Januari sampai Mei, selama enam hari penuh, sebanyak 60 orang bekerja Herendienst tanpa henti. Akibat yang ditimbulkan, tak ada makanan, sebab kebun terlantarkan. Kalau pun ada padi yang belum dipetik, bulirnya telah habis dimakan tikus, karena penduduk tidak memiliki waktu untuk menyiangi kebunnya lagi. Kalau pun ada penduduk yang berhasil memetik, hasilnya terlalu sedikit. Penduduk Kampung Lisung, yang berada pada jalan ke pantai di sebelah timur, bahkan tidak mendapatkan apa-apa sama sekali. Tragisnya, bahkan tidak ada benih padi untuk ditanam tahun berikutnya.

Lama-kelamaan penduduk merasa keberatan untuk pergi bekerja Herendienst, karena mereka harus mencari makanan untuk kebutuhan keluarga. Buat menangkal rasa lapar, mereka terpaksa memakan sagu, atau bahkan melahap buah-buahan.

Beratnya pekerjaan Herendienst, serta ancaman kelaparan yang dialami penduduknya, tidak tertahankan lagi. Estephanus Sahelangi, yang telah memimpin Pasan-Ratahan-Ponosakan selama lebih sebelas tahun sebagai Hukum Besar sangat prihatin dengan kondisi rakyatnya. Di bulan Mei 1891 ia pergi ke Manado yang terletak sejauh 40 paal dari Ratahan,  untuk menyampaikan langsung keluh-kesah dan keberatan kepada Tuan Bangsawan Residen.

Residen M.C.E.Stakman kemudian berkunjung ke Ratahan. Ia  menyatakan aturan baru Herendienst dihentikan, dan aturan lama berlaku kembali. Untuk mengatasi kelaparan, mantan Asisten-Residen di Tapanuli Sumatera Utara ini memaksa penduduk untuk menanam jagung. Penduduk melaksanakan perintahnya dengan menanam jagung secara besar-besaran. Tapi, hasilnya sia-sia, karena masa itu sementara berlangsung musim panas yang panjang. Penduduk semakin menderita. Beras sama sekali tidak ada di daerah itu.

Simalakamanya, ketika kemudian penduduk bisa menuai jagung bulan Maret 1892, pekerjaan tersebut justru mengorbankan waktu panen padi di bulan Juni 1892.

Lalu, dikisahkan tentang Tuan Kontrolir X. Ketika bertugas memimpin Afdeeling Belang berkedudukan di Ratahan, Tuan Kontrolir X masih berstatus bujangan, tidak beristri. Ia digambarkan tidak berperangai seperti orang Kristen yang baik, bahkan tidak sama sekali seperti laiknya seorang Hollanders.

Setelah satu bulan di Ratahan, Tuan Kontrolir X pergi ke Tombatu. Di ibukota Distrik Tonsawang ini ia tinggal selama beberapa waktu. Ketika ia kembali dari Tombatu ke Ratahan, di jalan antara negeri Mundung dan Kuyanga, masih di Distrik Tonsawang, ia bertemu dengan seorang gadis bernama Bondy. Gadis tersebut belum genap berusia duapuluh tahun.  Tuan Kontrolir X dan Petrus Momuat, putra Hukum Besar Tonsawang Semuel Momuat mengejarnya, lalu membawanya ke Mundung.  

Sang gadis tentu saja tidak berani melawan tuan besar yang berkuasa. Ibu Bondy segera ditemui, dan kepadanya dikatakan bahwa Tuan Kontrolir ingin membawa anak gadisnya pergi ke Ratahan, dijadikan sebagai nyai.  Seperti sang anak, ibunya pun tidak berani menolak, apalagi mengetahui tuan besar yang menginginkan anaknya itu adalah Kontrolir, wakil Tuan Bangsawan Residen. Kepadanya, Tuan Kontrolir X memberi uang sebesar 40 gulden, sebagai harga pembelian Bondy.

Maka, sejak itu Bondy tinggal di Ratahan, menjadi simpanan Tuan Kontrolir X.

Ternyata, meski Tuan Kontrolir X telah memiliki selir, ia tidak puas. Ia menyuruh Opas bernama Adrianus Kawenas untuk mencari tambahan beberapa gadis lagi. Bujukannya adalah mereka akan dijadikan sebagai anak asuh. Kawenas berhasil membujuk dua anak gadis dari negeri Mundung, yakni Betje Kawenas dan Lina Borang. Lina adalah putri dari Jehieskiel Borang, Kweekeling (guru bantu yang belum lulus ujian guru) yang bekerja di Sekolah Gubernemen Mundung, negeri masuk Distrik Tonsawang.

Anak gadis lainnya yang berhasil dibujuk bernama Neeltje Kountur, berasal dari negeri Molompar, eks Distrik Ratahan.

Ternyata, mereka pergi ke rumah tinggal Kontrolir X di Ratahan, tanpa sepengetahuan orangtuanya.  Begitu juga dengan saudara Neeltje, yakni Salmon Kountur. Ia kaget mengetahui adiknya tinggal di rumah Kontrolir. Salmon ingin adiknya kembali ke rumah. Ia tidak dapat membayangkan Neeltje akan hidup dengan Tuan Kontrolir yang diketahui tidak memiliki istri.

Namun, ketika Salmon menemui Kontrolir, meminta adiknya dipulangkan, ia tidak ditanggapi dengan baik. Tidak berputusasa, Salmon menemui J.Sahelangi, putra Estephanus Sahelangi, Hukum Besar Pasan-Ratahan-Ponosakan.  J.Sahelangi memiliki keberanian pergi kepada Kontrolir untuk meminta dan mengambil kembali Neeltje. Karena gadis itu masih familinya. Maka, mulai saat itu, hubungan Tuan Kontrolir X dengan sang Hukum Besar menjadi tidak baik.  

Tidak lama setelah kejadian itu, Lina Borang dan Betje Kawenas melarikan diri dari rumah Kontrolir dengan dibantu Bondy. Mereka tidak tahan lagi dengan perilaku Tuan Kontrolir X yang nakal dan sangat buruk. Sebab, gadis-gadis yang tinggal di rumahnya itu akhirnya mengetahui mereka bukannya hendak dijadikan anak asuh, tapi mau dijadikan sebagai selir. Seringkali Lina diajak bermain oleh Tuan Kontrolir X, lalu diciumi serta hendak ‘disakitinya’. Keduanya pun mengadukan semua tingkah dan perbuatan Tuan Kontrolir X pada Bondy yang tidak berani berbuat apa-apa, sebab sekedar nyai.

Ketika Lina dan Betje lari, kebetulan Tuan Kontrolir X tidak ada di rumah. Ia harus berdinas ke Bentenan, negeri bekas Distrik Ratahan di pantai timur. Begitu Tuan Kontrolir X kembali ke Ratahan, seperti biasa ia mencari kedua gadis itu karena ingin bermain bersama. Namun, Bondy memberitahukan kalau keduanya telah pulang ke rumah orangtuanya. 

Tentu saja Tuan Kontrolir X marah besar. Ia menyuruh Opas bernama Willem Poenoesingan mengejar dan menangkap keduanya dengan tuduhan telah mencuri uang sebanyak sepuluh gulden. Tapi, kedua gadis itu menyatakan mereka tidak mencuri uang tersebut. Uang tersebut, diberikan oleh Bondy sebagai pembayaran ketika mereka tinggal dan tentu saja bekerja di rumah Kontrolir.

Tuan Kontrolir X tidak perduli, ia ingin mempidanakan kedua gadis muda tersebut. Maka, mereka kemudian diadili oleh hakim pengganti. Lina dan Betje dihukum selama satu bulan oleh pengadilan yang tidak adil dan berat sebelah, sementara Bondy tidak dipanggil untuk didengar kesaksiannya.

Kemudian ada kejadian lain, ada seorang gadis yang cantik bernama Barnetje, putri Dirk Lengkej dari Liwutung, negeri bekas Distrik Pasan. Tuan Kontrolir X telah lama mengagumi kecantikannya dan mengingininya.

Suatu hari, Barnetje membersihkan kebun sawah baru di dekat jembatan Mangewoe, yang terletak di jalan dari Liwutung ke Belang, negeri bekas Distrik Ponosakan.

Ketika ia membakar alang-alang, bertiup angin selatan yang kuat, sehingga jembatan Mangewoe terbakar. Hukum Besar Pasan-Ratahan Ponosakan membuat laporan kejadian peristiwa itu. Tetapi, ia dipanggil oleh Tuan Kontrolir X, diminta bertindak sebagai hakim, serta disuruh melakukan pemeriksaan yang teliti. Ketika Hukum Besar Estephanus Sahelangi memerika kembali, dia terkejut, jembatan tersebut telah diperbaiki oleh Dirk, meski bentuknya telah berubah dari sebelumnya.

Dirk mengaku telah memperbaiki jembatan Mangewoe dengan biaya sendiri. Padahal, Dirk diyakini telah menerima uang muka dari Tuan Kontrolir X, yang melihat peristiwa tidak disengaja itu sebagai peluang untuk memiliki Barnetje. Kecurigaan makin kuat, karena Barnetje  yang belum genap berusia 14 tahun kemudian diambil Tuan Kontrolir X, tinggal bersama dengan Bondy, sebagai nyai di rumahnya.

Kabar bahwa Tuan Kontrolir X hidup bersama dengan gadis di bawah umur sangat menghebohkan, dan akhirnya sampai ke telinga Residen M.C.E.Stakman di kota Manado. Ia segera datang ke Ratahan untuk memeriksanya, sekaligus memeriksa sebuah keberatan melawan Hukum Besar Ratahan yang telah diterimanya. Dari Ratahan, Residen kemudian  pergi ke Tombatu, dimana Dirk bersama putrinya Barnetje datang menghadap kepadanya.

Tanpa penyelidikan mendalam, Residen percaya saja kata-kata sang ayah, bahwa putrinya Barnetje telah berusia 16 tahun. Residen Stakman tidak mau bersusah-susah menyelidiki akte kelahiran Barnetje di register daftar kelahiran penduduk yang ada di Kantor Distrik, atau pun buku baptisan yang dipunyai Pendeta Ratahan.

Di Tombatu ini, datang pula Jehiskiel Borang, ayah Lina. Kepada Tuan Bangsawan Residen, ia menyampaikan keberatan. Pertama, ia menyatakan putrinya Lina, telah dihukum secara tidak adil, tanpa penyelidikan yang benar dan dihukum selama satu bulan bekerja paksa membuat jalan. Kedua, ia melaporkan Tuan Kontrolir X telah mempermalukan putrinya,  dan melakukan hal-hal kotor terhadapnya.

Tuan Bangsawan Residen bukannya menolong dan memberi keadilan untuk Jehiskiel dan putrinya. Justru, hari itu ia memecat Jehiskiel sebagai Kweekeling di Sekolah Gubernemen Mundung. Nasib sang guru bantu begitu mengenaskan, karena beberapa bulan kemudian Jehiskiel Borang secara resmi menerima beslit pemberhentiannya dari Directeur van Onderwijs, Eeerendienst en Nijverheid di Batavia. ***

SUMBER KISAH:
-De Locomotief, Nieuws-,Handels-en Advertentieblad, Semarang, No.40 Donderdag  16 Februari 1893. (Delpher Kranten).

LUKISAN:
Dari buku 'Reinwardt's Reis in den Indischen Archipel, in het jaar 1821', Ebook Google.