Senin, 25 Juni 2018

Bolaang Uki dan Orang Bolango (2)






                    Oleh: Adrianus Kojongian










Raja Badiaman atau dikenal kemudian sebagai Budiman, adalah raja terakhir Bolango-Bangka, tapi juga sebagai raja pertama Bolango Uki atau kemudian lebih terkenal sebagai Bolaang Uki. Nama lengkapnya, seperti tercatat pada arsip-arsip lama adalah Mohamad Alijudini (Alijoedini) Iskander Gobel Badiaman. Menurut almanak resmi Hindia Belanda, ia naik tahta sejak tanggal 17 Desember 1837.

Raja Iskander Gobel Badiaman memerintah Bolaang Uki sangat lama, yakni tempo 30 tahun.

Masa pemerintahannya, penduduk kerajaan Bolaang Uki tahun 1850-an, dicatat Dr.Buddingh, sebanyak 40 tjatja (rumah tangga). Tahun 1852 terdiri 450 jiwa.Tahun 1862 818 jiwa. Tahun 1866, menurut Wilken dan Schwarz sebanyak 250 sampai 300 jiwa, dengan sekitar 50 sampai 60 rumah tangga. Kemudian, tahun 1868 antara 300 sampai 400 jiwa. Semua penduduk beragama Islam.

Ketika itu, mata pencaharian utama penduduk adalah menangkap ikan dan bertani, sementara di masa silam banyak menggali emas. Ibukota Uki yang kelak terdiri Uki Pantai dan Uki Labuhan, berada di pantai utara yang berawa. Sementara Molibagu, pemukiman besar Bolango lain berada di pantai selatan, dipimpin oleh seorang Penghulu (Kepala Distrik) dan beberapa kepala bawahan.

Para mantri (rijksgrooten) Bolaang Uki dengan gelar jogugu, kapitein laut, marsaole, walaapulu, hukum dan kimalaha, berjumlah besar. Mereka termasuk bagian dari kaum bangsawan. Sebagian mereka yang berkedudukan paling penting dipilih oleh negeri, yaitu oleh para pemimpin dan ditunjuk oleh raja. Hanya satu dari jogugu dan satu dari kapitein laut yang menerima pengangkatan mereka dari Residen Manado atas permintaan raja. Tanpa mantrinya, raja tidak dapat mengambil keputusan dalam hal-hal yang penting.

Raja Iskander Gobel Badiaman terkenal karena meneken perjanjian 1 November 1856 terdiri 21 pasal (artikel) dengan Residen Manado Albert Jacques Frederic Jansen di Manado. Perjanjian yang diratifikasi Gubernur Jenderal Hindia-Belanda Chs.F.Pahud 18 April 1857.

Perjanjian tersebut menetapkan kerajaannya sebagai ‘milik’ Belanda. Raja Belanda dan pemerintah Hindia-Belanda diakui menjadi kepala dan tuan (opperheer), termasuk hak eksklusif untuk memberhentikan dan menunjuk pengganti raja. 



Para mantrinya yang ikut meneken perjanjian (sesuai tulisan dalam naskah berbahasa Belanda) adalah Jogugu Idmsi, Kapitan Laut Gibu, Walaapulu Mansula, Majoor Sanggibula dan Kimalaha Wahabu.

Penduduk Bolaang Uki, dengan kontrak tersebut mulai membayar pajak rumah tangga yang disebut hacil atau uang kepala. Besarnya 5 gulden per kepala per tahunnya, yang dapat diganti emas, tripang, karet, katun atau koffo. Dengan 50 kepala keluarga yang ada di tahun 1856, Bolaang Uki mesti menyetor 250 gulden kepada pemerintah kolonial.

Sepersepuluh bagian dari total pendapatan pajak menjadi insentif raja dan mantri. Untuk raja sebesar 5/20, jogugu 3/20, kapitein laut 3/20, marsaole 3/20; dan walaapulu 2/20, sama untuk jatah hukum dan kimalaha. Termasuk yang menerima persentase hacil adalah Penghulu Molibagu dan kepala bawahannya.

Selain upah dari persentase hacil, raja dan mantri pun memperoleh bagian dari kulak of bobo, kupang dapur dan dari pungutan barang yang diekspor.

BERHENTI
Sebuah peristiwa menghebohkan terjadi bulan Februari 1864. Ketika Raja Iskander Gobel Badiaman sedang berkunjung kepada Residen di Manado, dan pemerintahan sehari-hari dijalankan oleh Jogugu, terjadi pembajakan kapal layar jenis junk yang berawak orang Cina dan baru pulang dari Jepang. Kapal tersebut dibakar dan awak kapal terbunuh.

Karena kejadiannya berlangsung di Pulau Tiga yang berada dalam wilayah kekuasaan kerajaan Bolaang Uki, Jogugu yang menjalankan pemerintahan sementara, dianggap bertanggungjawab. Ia dibawa ke Manado dan dijatuhi hukuman kerja paksa. Padahal, sang Jogugu, seperti kepada Wilken dan Schwarz, mengakui dirinya tidak mengetahui kejadian tersebut (baca Tiga Raja Bolaang dan Bajak Laut).

Setelah peristiwa itu, atas permintaan sendiri, Raja Iskander Gobel Badiaman mengundurkan diri tahun 1867. Dicatatkan dalam dokumen resmi, ia telah sangat tua serta kelelahan.

Padahal, ketika ditemui Wilken dan Schwarz di Uki tahun 1866 usianya ditaksir baru sekitar 60 tahun, meski kelihatan lelah. Kepada kedua pendeta itu, Raja Iskander Gobel Badiaman meminta bantuan, sebab ia ingin menyusun surat untuk Residen Manado dimana ia mengajukan pengunduran dirinya. Tidak lama kemudian, sebelum pelantikan penggantinya secara resmi, ia meninggal dunia.

Memilih penggantinya, sempat timbul pertikaian. Maka para mantri Bolaang Uki yang terdiri jogugu, kapitein laut, marsaole dan hukum yang membentuk rijksraad (dewan atau majelis kerajaan yang berhak memilih raja), mengundang Residen untuk menyelesaikannya.

Setelah musyawarah, terpilih kemenakan Raja Iskander Gobel Badiaman bernama Iskander Ali yang memimpin kerajaan Bolaang Uki sejak 30 Desember 1867.

Wilken dan Schwarz mengomentari, kalau alih kekuasaan ketika itu berdasar pilihan rijksraad. Tidak secara otomatis kedudukan dan martabat raja turun dari ayah ke anak laki-laki. Meski raja lama memiliki putra, yang bahkan saudara laki-laki Ali van Gobel masih lebih tua darinya.

Raja Iskander Ali van Gobel resmi dinobatkan di Manado oleh Residen Frederik Justus Herbert van Deinse tanggal 30 April 1868 dengan meneken acte van bevestiging. Ia memperoleh pengukuhan dengan beslit Gubernur Jenderal Hindia-Belanda P.Mijer 19 Maret 1869.



Nama resmi yang dipakainya adalah Mohamad Alijoedini Iskander Ali van Gobel (masih dicatat sebagai Goebal atau Gubal, tapi pertamakali memakai van pada namanya).

Seperti pamannya, Raja Iskander Ali van Gobel minta berhenti pada awal November 1874. Ia telah memerintah Bolaang Uki hampir 7 tahun lamanya.

PINJAMAN
Pengganti Raja Iskander Ali van Gobel adalah Willem van Gobel. Awalnya Willem van Gobel masih bertindak sebagai President Raja. Kemudian definitif raja dilantik tanggal 6 Maret 1875, serta dikukuhkan dengan beslit Gubernemen Hindia-Belanda 14 Mei 1875. Namanya dalam dokumen-dokumen dicatat pula sebagai Willem Abadie van Gobel atau juga Willem Abdoe van Gobel.

Raja Willem van Gobel meneken kontrak panjang (lange contract) 11 September 1895, berisi 34 pasal, dengan Residen Manado Eeltje Jelles Jelesma di Manado.

Kontrak tersebut makin menegas hegemoni kolonial Belanda atas kedaulatan Bolaang Uki. Karena landschap Bolaang Uki dinyatakan sebagai pinjaman kepada raja. Tujuh orang mantri Bolaang Uki meneken nama mereka di kontrak dengan tanda kruis (x) saja.

Pajak rumah tangga turun menjadi 2 gulden tiap tahun, yang dapat dibayar tunai, atau ditukar hasil seperti minyak, tripang, kopi dan lain-lain. Raja dan para mantri masih menerima bagian sama seperti kontrak 1867, yakni sepuluh persen pendapatan, seperti kontrak 1867.

Tapi, kemudian pasal kontrak diperbaiki. Pajak rumah tangga menjadi 2,50 gulden. Beban pajak untuk Uki sebesar 250 gulden dan penduduk Molibagu  di selatan 150 gulden. Dari total 400 gulden, raja dan mantri memperoleh bagian 150 gulden.

Raja Wilem van Gobel masih meneken perjanjian tambahan dengan Residen Jelesma 26 Juli 1897, 19 September 1897 dan terakhir kontrak baru 25 Mei 1901. Masing-masing berkait pertambangan, hak (Belanda) memungut bea impor dan ekspor, dengan kompensasi 100 gulden per tahun, serta pengaturan pelabuhan (Uki Labuhan dan Molibagu), dikompensasi 40 gulden/tahun.

Sebagai enclave di tanah Bolaang-Mongondow, tapal batas menjadi masalah utama di masa Raja Willem van Gobel. Baik Uki di pantai utara mau pun Molibagu di pantai selatan. Dalam lampiran kontrak, disebut ia mesti menyerahkan lewat kesepakatan dengan Raja Bolaang-Mongondow, tanah yang terletak di pantai utara antara Sungai Lonni dan Teluk Uki, serta di pantai selatan antara Sungai Tojobuan dan Tolondan, dengan alasan telah ditinggalkan dan akan digunakan Bolaang-Mongondow.

Bolaang Uki di pantai selatan terletak antara perbatasan timur Gorontalo (Kuwala Taludaa, Tanjung Putigada) dan Tanjung Pinolosian, belum jelas pula tanda-tanda batasnya, termasuk sipat timur dengan Bolaang-Mongondow di Pinolosian.

Demikian pun masalah dengan bekas Negeri Lama (Totokia) yang ditinggalkan orang Bolango sebelum menetap di Gorontalo. Klaim Bolango ditolak Bolaang-Mongondow. Orang Bolango yang mencoba menetap di daerah itu tahun sebelumnya telah diusir.

Ketika itu wilayah pesisir barat Molibagu, meski jarang, telah ditempati oleh warga kedua kerajaan.

Setelah memerintah lama, karena usia tua dan sakit-sakitan, Raja Willem Abadie van Gobel mengundurkan diri. Pengundurannya disetujui pemerintah kolonial dengan beslit gubernemen Hindia-Belanda 28 November 1901 nomor 25.

RAJA HASSAN VAN GOBEL
Pengganti Raja Willem van Gobel adalah putra sulungnya, yakni Hassan van Gobel, sebagai pejabat (President Raja) sejak tanggal turunnya beslit tersebut.

Hassan van Gobel kelahiran tahun 1874, dengan nama lengkap Mohammad Kaharuddin Hassan van Gobel baru dilantik di Bolaang Uki (nama negeri Uki di pantai utara ketika itu) sebagai Raja Bolaang Uki tanggal 23 Juni 1903, dengan gelaran Paduka Raja. Ia meneken akte van verband dan bevestiging di depan Kontrolir Onderafdeeling de landschappen gelegen tusschen de Minahasa en de afdeeling Gorontalo, Anton Christiaan Veenhuijzen yang mewakili Residen Manado S.J.M.van Geuns.



Sejak tahun 1901 landschap-landschap di wilayah Bolaang-Mongondow berada di bawah kontrol kepala onderafdeeling berkedudukan di Poopo. Onderafdeeling mana menggantikan bekas Onderafdeeling Noordkust van Celebes yang masih berkedudukan di Kwandang hingga pendirian terpisahnya. Tapi, tidak lama, tahun 1903 juga onderafdeeling tersebut ganti nama Onderafdeeling Bolaang-Mongondow berkedudukan di Kota Baru.

Raja Hassan van Gobel memperoleh pengukuhan dari Gubernur Jenderal Hindia-Belanda W.Rooseboom dengan beslit 27 Oktober 1903 nomor 4.

Kemudian Raja Hassan van Gobel meneken tambahan kontrak 17 Maret 1907 dengan Kontrolir Bolaang-Mongondow Abraham Coomans di Molibagu, menyangkut tapal batas kerajaan; serta korte verklaring (pernyataan singkat) uniform model 3 Oktober 1912.

Batas-batas Bolaang Uki yang disahkan Gubernur Jenderal J.B.van Heutsz 12 September 1907 menyebut di utara daerah aliran sungai (batas air) antara pantai utara dan selatan. Timur di daerah aliran sungai sekunder yang berdekatan dengan Gunung Sogoeo dari daerah aliran sungai utama di perbatasan utara atas pegunungan Tapa, Tolondad dan Panang memanjang ke arah selatan ke Tanjung Labotta. Sebelah selatan berbatas dengan Teluk Tomini, dan sebelah barat Sungai Taludaa dari hulunya ke pemisahan air utama antara pantai utara dan selatan ke laut, serta sepanjang Sungai Topi (perbatasan dengan Gorontalo).

Beslit Gubernemen 1 Maret 1913 nomor 9 memperjelas batas di sebelah barat sebagai bagian belakang pegunungan Hunajokiki dari Tanjung Hunajouki ke hulu Sungai Taludaa di pemisahan air utama pegunungan.

Ibukota Bolaang Uki sendiri telah dipindahkan dari (Bolaang) Uki di pantai utara ke Molibagu (sekarang ibukota Kabupaten Bolaang-Mongondow Selatan) di pantai selatan. Di Molibagu, dibangun sebuah Sekolah Rakyat (Volkschool), dengan 55 siswa di tahun 1916.

Raja Hassan van Gobel kemudian memperoleh gaji bulanan sebesar 160 gulden (dikorting 17 persen). Ia pun menerima tunjangan serta ongkos perjalanan dan akomodasi yang diambil dari kas onderafdeeling. Juga tetap menerima bagian dari kulak of bobo, kupang dapur.

Sejak tahun 1927 Raja Hassan van Gobel dibantu putra tertuanya, bernama Eduard van Gobel dalam kedudukan sebagai Raja Muda.

Tahun 1916 penduduk Landschap Bolaang Uki sebanyak 3.541 jiwa, semuanya Islam. Tahun 1932 jumlah penduduk adalah 4.474 jiwa, terdiri 4.449 pribumi, 13 Cina, 7 orang timur asing (vreemde oosterlingen) dan lainnya, serta 5 Eropa dan yang berasimilasi dengannya.

Raja Hassan van Gobel yang bergelar Ta Loo Piduduta Lipu meninggal 24 April 1941. Putra keduanya Arie Bansye Hassan van Gobel menggantikan, hingga kerajaan Bolaang Uki dihapus 11 Juni 1950.

Sekarang ini, nama Bolaang Uki masih dilestarikan pada sebuah kecamatan di pantai selatan, termasuk Kabupaten Bolaang-Mongondow Selatan, beribukotakan Molibagu. Sementara bekas ibukotanya Uki, yang dulunya terdiri dua kampung yakni Uki Pantai dan Uki Labuhan, tinggal menyisakan Uki Labuhan, sekarang sebuah desa di Kecamatan Lolak Kabupaten Bolaang-Mongondow. ***



                     
Inilah Raja-raja Bolango dan Bolaang Uki



Kerajaan Bolango
      (versi Riedel)
Di Lembeh, Lombagin, Mongoladia dan di Tidupo


Raja Intu-Intu.
Raja Ago.
Raja Damo-poliih.
Raja Daepeagou.
Ratu Putri Polunie.


Kerajaan Bolango
                     (versi Riedel)
di Palanggua/Tapa.


Raja Hulango, 1670-.
Raja Tuluaia.
Raja Mohulaingo.
Raja Patuma.
Raja Tengio.
Raja Dangkato.
Raja Hubulo.
Raja Pulubulawa.
Raja Polinggula.



Kerajaan Bolango
         di Tapa
(versi missive Gubernur Jenderal)


Raja Palamatta, hingga 1692.
Raja Abraham Sangilatu, 1692-1726.
Raja Gobel, Hubulo, Kitjil Gobolo (Kitjili Goubouko), sejak 1726, dilantik di Ternate 30 April 1731.



Kerajaan Bolango
         di Tapa
(setelah perpindahan sebagian  Bolango ke Bangka)


Raja Matoka.
Raja Napu.
Raja Tuwako.
Raja Sunge.
Raja Katili.
Raja Habi (Mohamad Kaitjil Iskander Baren Duaulu), hingga 1855.
Raja Usmani (Usman), 1855-1856.
Raja Humonggilu 1856-1857.
Raja Tilahunga, 27 April 1857-1862.



 Kerajaan Bolango-Bangka atau Bolaang-Bangka
     (versi Wilken dan Schwarz)
               di Bangka.


Raja Matoka, sejak 1802 atau 1803.
Raja Bagole.
Raja Napu.
Raja Tuwako.
Raja Unomongo, hingga 1837.
Raja Badiaman (Mohamad Alijudini Iskander Gobel Badiaman), sejak 17 Desember 1837.



Kerajaan Bolaang Uki
     Di Uki lalu Molibagu.


Raja Mohamad Alijudini Iskander Gobel Badiaman, 17 Desember 1837-3 Desember 1867.
Raja Mohamad Alijudini Iskander Ali van Gobel, 30 Desember 1867/ 30 April 1868-November 1874.
President Raja Willem Abadie van Gobel, November 1874-6 Maret 1875.
Raja Willem Abadie van Gobel, 6 Maret 1875-28 November 1901.
President Raja Hassan van Gobel, 28 November 1901-23 Juni 1903.
Raja Hassan van Gobel, 23 Juni 1903-24 April 1941.
Raja Muda Eduard van Gobel sejak 1927.
Raja Muda Arie Bansye Hassan van Gobel, 1941-11 Juni 1950.




*). Peta dan krop dari koleksi Staten Generaal Digitaal.



LITERATUR
Almanak van Nederlandsch-Indie, 1853,1855,1856,1857,1858,1859, 1861,1863,1867,1871,1872.1873,1879,1880,1884,1890,
1898,1903,1904,1907,1912. Dari Sammlungen der Staatsbibliothek zu Berlin.dan Google Boeken
Bleeker, P. Reis door de Minahassa en den Molukschen Archipel, eerste deel, Batavia, 1856.
Buddingh, Dr.S.A. Neerlands-Oost-Indie, Rotterdam, 1860.
Generale Missiven van Gouverneurs-Generaal en Raden aan Heren XVII, deel XIII 1756-1761. Resources.huygens.knaw.nl.
Haga, Dr.B.J. De Lima-pahalaa (Gorontalo) volksordening, adatrecht en bestuuurspolitiek, Tijdschrift voor Indische Taal-,Land-en Volkenkunde, deel LXXI, 1931.
Heeres, Mr.J.E. dan Dr.F.W.Stapel, Corpus Diplomaticum Neerlando-Indicum, tweede deel (1650-1675), Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlandsche-Indie, deel 87, ‘s-Gravenhage, Martinus Nijhoff, 1931 dan vijfde deel (1726-1752), deel 96, 1938.
Hollander, Dr.J.J. Aardrijksbeschrijving van Nederlandsch Oost-Indie, Amsterdam, 1868.
Overeenkomsten met Islandsche Vorsten in den Oost-Indischen Archipel, Staten Generaal Digitaal.
Riedel, J.G.F. De Landschappen Holontalo, Limoeto, Bone, Boalemo en Kattinggola, of Andagile, dalam Tijdschrift voor Indische Taal-,Land-,en Volkenkunde, deel XIX, 1870.
--De volksoverleveringen betreffende de voormalige gedaante van Noord-Selebes en den oorsprong zijner bewoners, dalam Tijdschrift voor Nederlandsch-Indie, derde serie 5de jaargang, 1871.
-- Het Oppergezag der Vorsten van Bolaang over de Minahasa (Bijdrage tot de Kennis der oude Geschiedenis Noord-Selebes), dalam Tijdschrift voor Indische Taal-,Land-en Volkenkunde, deel XVII, 1869.
Rosenberg, C.B.H.von. Reistogten in de Afdeeling Gorontalo, Amsterdam, 1865.
Stibbe, D.G. dan Mr.Dr.F.J.W.H.Sandbergen, Encyclopaedie van Nederlandsch-Indie, achtste deel, ‘s-Gravenhage, Martinus Nijhoff, 1939.
Tanap Ternate.
van der Chijs, Mr. J.A. Inventaris van ‘s Lands Archief te Batavia (1602-1816), Batavia, 1882.
Valentyn, Francois, Oud en Nieuw Oost-Indien, Dordrecht-Amsterdam, 1726. 
Wilken, N.P.dan J.A.Schwarz, Verhaal eener reis naar Bolaang-Mongondow, dalam Mededeelingen van wege het Nederlandsche Zendelinggenootschap, elfde jaargang, 1867.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.