Oleh: Adrianus Kojongian
Raja Badiaman atau
dikenal kemudian sebagai Budiman, adalah raja terakhir Bolango-Bangka, tapi
juga sebagai raja pertama Bolango Uki atau kemudian lebih terkenal sebagai Bolaang
Uki. Nama lengkapnya, seperti tercatat pada arsip-arsip lama adalah Mohamad Alijudini (Alijoedini) Iskander
Gobel Badiaman. Menurut almanak resmi Hindia Belanda, ia naik tahta sejak tanggal
17 Desember 1837.
Raja Iskander Gobel Badiaman memerintah Bolaang Uki sangat
lama, yakni tempo 30 tahun.
Masa pemerintahannya, penduduk kerajaan Bolaang Uki tahun
1850-an, dicatat Dr.Buddingh, sebanyak 40 tjatja
(rumah tangga). Tahun 1852 terdiri 450 jiwa.Tahun 1862 818 jiwa. Tahun 1866,
menurut Wilken dan Schwarz sebanyak 250 sampai 300 jiwa, dengan sekitar 50
sampai 60 rumah tangga. Kemudian, tahun 1868 antara 300 sampai 400 jiwa. Semua
penduduk beragama Islam.
Ketika itu, mata pencaharian utama penduduk adalah
menangkap ikan dan bertani, sementara di masa silam banyak menggali emas. Ibukota
Uki yang kelak terdiri Uki Pantai dan Uki Labuhan, berada di pantai utara yang
berawa. Sementara Molibagu, pemukiman besar Bolango lain berada di pantai
selatan, dipimpin oleh seorang Penghulu (Kepala Distrik) dan beberapa kepala
bawahan.
Para mantri (rijksgrooten)
Bolaang Uki dengan gelar jogugu, kapitein laut, marsaole, walaapulu, hukum dan kimalaha,
berjumlah besar. Mereka termasuk bagian dari kaum bangsawan. Sebagian mereka
yang berkedudukan paling penting dipilih oleh negeri, yaitu oleh para pemimpin
dan ditunjuk oleh raja. Hanya satu dari jogugu dan satu dari kapitein laut yang
menerima pengangkatan mereka dari Residen Manado atas permintaan raja. Tanpa
mantrinya, raja tidak dapat mengambil keputusan dalam hal-hal yang penting.
Raja Iskander Gobel
Badiaman terkenal karena meneken perjanjian 1 November 1856 terdiri 21 pasal (artikel)
dengan Residen Manado Albert Jacques Frederic Jansen di Manado. Perjanjian yang
diratifikasi Gubernur Jenderal Hindia-Belanda Chs.F.Pahud 18 April 1857.
Perjanjian tersebut
menetapkan kerajaannya sebagai ‘milik’ Belanda. Raja Belanda dan pemerintah
Hindia-Belanda diakui menjadi kepala dan tuan (opperheer), termasuk hak eksklusif untuk memberhentikan dan
menunjuk pengganti raja.
Para mantrinya yang
ikut meneken perjanjian (sesuai tulisan dalam naskah berbahasa Belanda) adalah
Jogugu Idmsi, Kapitan Laut Gibu, Walaapulu Mansula, Majoor Sanggibula dan
Kimalaha Wahabu.
Penduduk Bolaang Uki,
dengan kontrak tersebut mulai membayar pajak rumah tangga yang disebut hacil atau uang kepala. Besarnya 5
gulden per kepala per tahunnya, yang dapat diganti emas, tripang, karet, katun
atau koffo. Dengan 50 kepala keluarga yang ada di tahun 1856, Bolaang Uki mesti
menyetor 250 gulden kepada pemerintah kolonial.
Sepersepuluh bagian
dari total pendapatan pajak menjadi insentif raja dan mantri. Untuk raja sebesar
5/20, jogugu 3/20, kapitein laut 3/20, marsaole 3/20; dan walaapulu 2/20, sama
untuk jatah hukum dan kimalaha. Termasuk yang menerima persentase hacil adalah
Penghulu Molibagu dan kepala bawahannya.
Selain upah dari persentase hacil, raja dan mantri pun
memperoleh bagian dari kulak of bobo,
kupang dapur dan dari pungutan barang
yang diekspor.
BERHENTI
Sebuah peristiwa
menghebohkan terjadi bulan Februari 1864. Ketika Raja Iskander Gobel Badiaman sedang
berkunjung kepada Residen di Manado, dan pemerintahan sehari-hari dijalankan oleh
Jogugu, terjadi pembajakan kapal layar jenis junk yang berawak orang Cina dan
baru pulang dari Jepang. Kapal tersebut dibakar dan awak kapal terbunuh.
Karena kejadiannya berlangsung
di Pulau Tiga yang berada dalam wilayah kekuasaan kerajaan Bolaang Uki, Jogugu yang
menjalankan pemerintahan sementara, dianggap bertanggungjawab. Ia dibawa ke
Manado dan dijatuhi hukuman kerja paksa. Padahal, sang Jogugu, seperti kepada
Wilken dan Schwarz, mengakui dirinya tidak mengetahui kejadian tersebut (baca
Tiga Raja Bolaang dan Bajak Laut).
Setelah peristiwa itu, atas permintaan sendiri, Raja
Iskander Gobel Badiaman mengundurkan diri tahun 1867. Dicatatkan dalam dokumen
resmi, ia telah sangat tua serta kelelahan.
Padahal, ketika ditemui Wilken dan Schwarz di Uki tahun
1866 usianya ditaksir baru sekitar 60 tahun, meski kelihatan lelah. Kepada
kedua pendeta itu, Raja Iskander Gobel Badiaman meminta bantuan, sebab ia ingin
menyusun surat untuk Residen Manado dimana ia mengajukan pengunduran dirinya.
Tidak lama kemudian, sebelum pelantikan penggantinya secara resmi, ia meninggal
dunia.
Memilih penggantinya, sempat timbul pertikaian. Maka para
mantri Bolaang Uki yang terdiri jogugu, kapitein laut, marsaole dan hukum yang
membentuk rijksraad (dewan atau
majelis kerajaan yang berhak memilih raja), mengundang Residen untuk
menyelesaikannya.
Setelah musyawarah, terpilih kemenakan Raja Iskander
Gobel Badiaman bernama Iskander Ali yang memimpin kerajaan Bolaang Uki sejak 30
Desember 1867.
Wilken dan Schwarz mengomentari, kalau alih kekuasaan ketika
itu berdasar pilihan rijksraad. Tidak secara otomatis kedudukan dan martabat
raja turun dari ayah ke anak laki-laki. Meski raja lama memiliki putra, yang
bahkan saudara laki-laki Ali van Gobel masih lebih tua darinya.
Raja Iskander Ali van Gobel resmi dinobatkan di Manado
oleh Residen Frederik Justus Herbert van Deinse tanggal 30 April 1868 dengan
meneken acte van bevestiging. Ia
memperoleh pengukuhan dengan beslit Gubernur Jenderal Hindia-Belanda P.Mijer 19
Maret 1869.
Nama resmi yang dipakainya adalah Mohamad Alijoedini
Iskander Ali van Gobel (masih dicatat sebagai Goebal atau Gubal, tapi pertamakali memakai van pada namanya).
Seperti pamannya, Raja Iskander Ali van Gobel minta
berhenti pada awal November 1874. Ia telah memerintah Bolaang Uki hampir 7
tahun lamanya.
PINJAMAN
Pengganti Raja Iskander Ali van Gobel adalah Willem van
Gobel. Awalnya Willem van Gobel masih bertindak sebagai President Raja. Kemudian
definitif raja dilantik tanggal 6 Maret 1875, serta dikukuhkan dengan beslit Gubernemen
Hindia-Belanda 14 Mei 1875. Namanya dalam dokumen-dokumen dicatat pula sebagai
Willem Abadie van Gobel atau juga Willem Abdoe van Gobel.
Raja Willem van Gobel meneken kontrak panjang (lange contract) 11 September 1895, berisi
34 pasal, dengan Residen Manado Eeltje Jelles Jelesma di Manado.
Kontrak tersebut makin menegas hegemoni kolonial Belanda
atas kedaulatan Bolaang Uki. Karena landschap Bolaang Uki dinyatakan sebagai
pinjaman kepada raja. Tujuh orang mantri Bolaang Uki meneken nama mereka di kontrak
dengan tanda kruis (x) saja.
Pajak rumah tangga turun menjadi 2 gulden tiap tahun, yang
dapat dibayar tunai, atau ditukar hasil seperti minyak, tripang, kopi dan
lain-lain. Raja dan para mantri masih menerima bagian sama seperti kontrak
1867, yakni sepuluh persen pendapatan, seperti kontrak 1867.
Tapi, kemudian pasal kontrak diperbaiki. Pajak rumah
tangga menjadi 2,50 gulden. Beban pajak untuk Uki sebesar 250 gulden dan penduduk
Molibagu di selatan 150 gulden. Dari
total 400 gulden, raja dan mantri memperoleh bagian 150 gulden.
Raja Wilem van Gobel masih meneken perjanjian tambahan
dengan Residen Jelesma 26 Juli 1897, 19 September 1897 dan terakhir kontrak baru
25 Mei 1901. Masing-masing berkait pertambangan, hak (Belanda) memungut bea impor
dan ekspor, dengan kompensasi 100 gulden per tahun, serta pengaturan pelabuhan (Uki
Labuhan dan Molibagu), dikompensasi 40 gulden/tahun.
Sebagai enclave di tanah Bolaang-Mongondow, tapal batas
menjadi masalah utama di masa Raja Willem van Gobel. Baik Uki di pantai utara
mau pun Molibagu di pantai selatan. Dalam lampiran kontrak, disebut ia mesti
menyerahkan lewat kesepakatan dengan Raja Bolaang-Mongondow, tanah yang
terletak di pantai utara antara Sungai Lonni dan Teluk Uki, serta di pantai
selatan antara Sungai Tojobuan dan Tolondan, dengan alasan telah ditinggalkan
dan akan digunakan Bolaang-Mongondow.
Bolaang Uki di pantai selatan terletak antara perbatasan
timur Gorontalo (Kuwala Taludaa, Tanjung Putigada) dan Tanjung Pinolosian,
belum jelas pula tanda-tanda batasnya, termasuk sipat timur dengan
Bolaang-Mongondow di Pinolosian.
Demikian pun masalah dengan bekas Negeri Lama (Totokia) yang ditinggalkan orang Bolango
sebelum menetap di Gorontalo. Klaim Bolango ditolak Bolaang-Mongondow. Orang Bolango
yang mencoba menetap di daerah itu tahun sebelumnya telah diusir.
Ketika itu wilayah pesisir barat Molibagu, meski jarang,
telah ditempati oleh warga kedua kerajaan.
Setelah memerintah lama, karena usia tua dan
sakit-sakitan, Raja Willem Abadie van Gobel mengundurkan diri. Pengundurannya
disetujui pemerintah kolonial dengan beslit gubernemen Hindia-Belanda 28
November 1901 nomor 25.
RAJA HASSAN VAN GOBEL
Pengganti Raja Willem van Gobel adalah putra sulungnya,
yakni Hassan van Gobel, sebagai pejabat (President Raja) sejak tanggal turunnya
beslit tersebut.
Hassan van Gobel kelahiran tahun 1874, dengan nama
lengkap Mohammad
Kaharuddin Hassan van Gobel baru dilantik di Bolaang Uki (nama negeri Uki di
pantai utara ketika itu) sebagai Raja Bolaang Uki tanggal 23 Juni 1903, dengan gelaran
Paduka Raja. Ia meneken akte van verband dan bevestiging di depan Kontrolir Onderafdeeling
de landschappen gelegen tusschen de
Minahasa en de afdeeling Gorontalo, Anton Christiaan Veenhuijzen yang
mewakili Residen Manado S.J.M.van Geuns.
Sejak tahun 1901 landschap-landschap
di wilayah Bolaang-Mongondow berada di bawah kontrol kepala onderafdeeling
berkedudukan di Poopo. Onderafdeeling mana menggantikan bekas Onderafdeeling
Noordkust van Celebes yang masih berkedudukan di Kwandang hingga pendirian
terpisahnya. Tapi, tidak lama, tahun 1903 juga onderafdeeling tersebut ganti
nama Onderafdeeling Bolaang-Mongondow berkedudukan di Kota Baru.
Raja Hassan van Gobel
memperoleh pengukuhan dari Gubernur Jenderal Hindia-Belanda W.Rooseboom dengan
beslit 27 Oktober 1903 nomor 4.
Kemudian Raja Hassan van Gobel meneken tambahan kontrak
17 Maret 1907 dengan Kontrolir Bolaang-Mongondow Abraham Coomans di Molibagu, menyangkut
tapal batas kerajaan; serta korte verklaring
(pernyataan singkat) uniform model 3
Oktober 1912.
Batas-batas Bolaang Uki yang disahkan Gubernur Jenderal J.B.van Heutsz 12 September 1907 menyebut di utara daerah aliran sungai (batas air) antara pantai utara dan selatan. Timur di daerah aliran sungai sekunder yang berdekatan dengan Gunung Sogoeo dari daerah aliran sungai utama di perbatasan utara atas pegunungan Tapa, Tolondad dan Panang memanjang ke arah selatan ke Tanjung Labotta. Sebelah selatan berbatas dengan Teluk Tomini, dan sebelah barat Sungai Taludaa dari hulunya ke pemisahan air utama antara pantai utara dan selatan ke laut, serta sepanjang Sungai Topi (perbatasan dengan Gorontalo).
Beslit Gubernemen 1 Maret 1913 nomor 9 memperjelas batas di sebelah barat sebagai bagian belakang pegunungan Hunajokiki dari Tanjung Hunajouki ke hulu Sungai Taludaa di pemisahan air utama pegunungan.
Ibukota Bolaang Uki sendiri telah dipindahkan dari (Bolaang)
Uki di pantai utara ke Molibagu (sekarang ibukota Kabupaten Bolaang-Mongondow Selatan)
di pantai selatan. Di Molibagu, dibangun sebuah Sekolah Rakyat (Volkschool), dengan 55 siswa di tahun
1916.
Raja Hassan van Gobel kemudian memperoleh gaji bulanan
sebesar 160 gulden (dikorting 17 persen). Ia pun menerima tunjangan serta ongkos
perjalanan dan akomodasi yang diambil dari kas onderafdeeling. Juga tetap
menerima bagian dari kulak of bobo, kupang dapur.
Sejak tahun 1927 Raja Hassan van Gobel dibantu putra
tertuanya, bernama Eduard van Gobel dalam kedudukan sebagai Raja Muda.
Tahun 1916 penduduk Landschap Bolaang Uki sebanyak 3.541 jiwa,
semuanya Islam. Tahun 1932 jumlah penduduk adalah 4.474 jiwa, terdiri 4.449
pribumi, 13 Cina, 7 orang timur asing (vreemde
oosterlingen) dan lainnya, serta 5 Eropa dan yang berasimilasi dengannya.
Raja Hassan van Gobel yang bergelar Ta Loo Piduduta Lipu meninggal
24 April 1941. Putra keduanya Arie Bansye Hassan van Gobel menggantikan, hingga
kerajaan Bolaang Uki dihapus 11 Juni 1950.
Sekarang ini, nama Bolaang Uki masih dilestarikan pada
sebuah kecamatan di pantai selatan, termasuk Kabupaten Bolaang-Mongondow
Selatan, beribukotakan Molibagu. Sementara bekas ibukotanya Uki, yang dulunya
terdiri dua kampung yakni Uki Pantai dan Uki Labuhan, tinggal menyisakan Uki
Labuhan, sekarang sebuah desa di Kecamatan Lolak Kabupaten Bolaang-Mongondow. ***
Inilah Raja-raja Bolango
dan Bolaang Uki
Kerajaan Bolango
(versi
Riedel)
Di Lembeh, Lombagin, Mongoladia dan di Tidupo
Raja Intu-Intu.
Raja Ago.
Raja Damo-poliih.
Raja Daepeagou.
Ratu
Putri Polunie.
Kerajaan Bolango
(versi Riedel)
di
Palanggua/Tapa.
Raja Hulango, 1670-.
Raja Tuluaia.
Raja Mohulaingo.
Raja Patuma.
Raja Tengio.
Raja Dangkato.
Raja Hubulo.
Raja Pulubulawa.
Raja Polinggula.
Kerajaan Bolango
di Tapa
(versi missive Gubernur Jenderal)
Raja Palamatta, hingga 1692.
Raja Abraham Sangilatu, 1692-1726.
Raja Gobel, Hubulo, Kitjil Gobolo (Kitjili Goubouko), sejak 1726,
dilantik di Ternate 30 April
1731.
Kerajaan Bolango
di Tapa
(setelah perpindahan sebagian Bolango ke Bangka)
Raja Matoka.
Raja Napu.
Raja Tuwako.
Raja Sunge.
Raja Katili.
Raja
Habi (Mohamad Kaitjil Iskander Baren Duaulu), hingga 1855.
Raja Usmani (Usman),
1855-1856.
Raja
Humonggilu 1856-1857.
Raja Tilahunga, 27
April 1857-1862.
Kerajaan Bolango-Bangka atau Bolaang-Bangka
(versi Wilken dan Schwarz)
di Bangka.
Raja Matoka, sejak 1802 atau 1803.
Raja Bagole.
Raja Napu.
Raja Tuwako.
Raja Unomongo, hingga 1837.
Raja Badiaman (Mohamad Alijudini Iskander
Gobel Badiaman), sejak 17 Desember 1837.
Kerajaan
Bolaang Uki
Di Uki lalu Molibagu.
Raja Mohamad Alijudini Iskander Gobel Badiaman,
17 Desember 1837-3 Desember 1867.
Raja Mohamad Alijudini Iskander Ali van
Gobel, 30 Desember 1867/ 30 April 1868-November 1874.
President Raja Willem Abadie van Gobel, November
1874-6 Maret 1875.
Raja Willem Abadie van Gobel, 6 Maret 1875-28
November 1901.
President Raja Hassan van Gobel, 28 November
1901-23 Juni 1903.
Raja Hassan van Gobel, 23 Juni 1903-24 April 1941.
Raja Muda Eduard van Gobel sejak 1927.
Raja Muda Arie Bansye Hassan van Gobel,
1941-11 Juni 1950.
*). Peta dan krop dari koleksi
Staten Generaal Digitaal.
LITERATUR
Almanak van Nederlandsch-Indie, 1853,1855,1856,1857,1858,1859,
1861,1863,1867,1871,1872.1873,1879,1880,1884,1890,
1898,1903,1904,1907,1912.
Dari Sammlungen der Staatsbibliothek zu Berlin.dan Google Boeken
Bleeker,
P. Reis door de Minahassa
en den Molukschen Archipel, eerste deel, Batavia, 1856.
Buddingh,
Dr.S.A. Neerlands-Oost-Indie,
Rotterdam, 1860.
Generale Missiven van Gouverneurs-Generaal en Raden aan Heren XVII, deel XIII 1756-1761. Resources.huygens.knaw.nl.
Haga, Dr.B.J. De Lima-pahalaa
(Gorontalo) volksordening, adatrecht en bestuuurspolitiek, Tijdschrift voor
Indische Taal-,Land-en Volkenkunde, deel LXXI, 1931.
Heeres, Mr.J.E. dan Dr.F.W.Stapel, Corpus Diplomaticum Neerlando-Indicum, tweede deel
(1650-1675), Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlandsche-Indie,
deel 87, ‘s-Gravenhage, Martinus
Nijhoff, 1931 dan vijfde deel
(1726-1752), deel 96, 1938.
Hollander, Dr.J.J. Aardrijksbeschrijving van Nederlandsch Oost-Indie, Amsterdam, 1868.
Overeenkomsten
met Islandsche Vorsten in den Oost-Indischen Archipel, Staten Generaal Digitaal.
Riedel, J.G.F. De Landschappen Holontalo, Limoeto, Bone, Boalemo en
Kattinggola, of Andagile, dalam Tijdschrift
voor Indische Taal-,Land-,en Volkenkunde, deel XIX, 1870.
--De volksoverleveringen betreffende de
voormalige gedaante van Noord-Selebes en den oorsprong zijner bewoners,
dalam Tijdschrift voor Nederlandsch-Indie, derde serie 5de jaargang, 1871.
-- Het
Oppergezag der Vorsten van Bolaang over de Minahasa (Bijdrage tot de Kennis der
oude Geschiedenis Noord-Selebes), dalam
Tijdschrift voor Indische Taal-,Land-en Volkenkunde, deel XVII, 1869.
Rosenberg,
C.B.H.von. Reistogten in de Afdeeling Gorontalo, Amsterdam, 1865.
Stibbe, D.G. dan Mr.Dr.F.J.W.H.Sandbergen, Encyclopaedie van Nederlandsch-Indie, achtste deel, ‘s-Gravenhage, Martinus Nijhoff, 1939.
Tanap
Ternate.
van der Chijs, Mr. J.A. Inventaris van ‘s Lands Archief te Batavia (1602-1816), Batavia, 1882.
Valentyn, Francois, Oud en Nieuw Oost-Indien, Dordrecht-Amsterdam,
1726.
Wilken,
N.P.dan J.A.Schwarz, Verhaal eener reis naar Bolaang-Mongondow, dalam Mededeelingen van wege het Nederlandsche
Zendelinggenootschap, elfde jaargang, 1867.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.