Oleh:
Adrianus Kojongian
Albertina Kandou, putri Elias dengan muridnya. *) |
Guru
Minahasa tempo dulu selalu hebat, terkenal perannya karena melahirkan banyak
para cerdik-cendekia dan tokoh-tokoh yang kemudian mengharumkan Minahasa. Tidak
itu saja, sampai akhir masa penjajahan Belanda, para guru Minahasa seakan
merambah di mana-mana penjuru Indonesia, membaktikan ilmu pengetahuan dan
hidupnya untuk memajukan pendidikan Indonesia.
Elias
Kandou asal Tonsea Lama, desa di Tondano Utara, dulu masuk Airmadidi dan
di masanya masih sebagai negeri Distrik Tonsea; adalah salah seorang pionir guru asal
Minahasa yang berkiprah di luar Tanah Minahasa.
Elias
Kandou lahir tahun 1853 di Tonsea Lama. Ia mengikuti pendidikan guru di Kweekschool voor Inlandsche Onderwijzers Tondano yang dipimpin
oleh Leendert Gerardus van der Hoek serta wakilnya Lambertus Mangindaan. Tahun
1873, ia berhasil menamatkan sekolahnya. Begitu lulus dari sekolah
pendidikan guru pribumi tersebut, ia langsung diangkat sebagai guru di Openbare
Inlandsche School Airmadidi.
BELAJAR DI BELANDA
Hampir
lima tahun mengajar di Airmadidi, awal tahun 1878 ia berhasil terpilih untuk mengikuti
pendidikan guru lebih tinggi di Negeri Belanda. Elias Kandou terpilih mewakili
Minahasa bersama teman sekelasnya di Kweekschool Tondano Jozias Ratulangi. Saat
itu pun, terhitung bulan Mei ia memperoleh promosi sebagai guru Inlandsch klas
satu. Promosi diterimanya ketika ia bersama Jozias Ratulangi tengah berada di atas
kapal uap Prins van Oranje yang berlayar dari Batavia ke Amsterdam (baca: Hebatnya Keluarga Ratulangi).
Bersama
wakil dari Jawa asal Muntilan, Raden Kamil, Elias Kandou dan Jozias Ratulangi
mengharumkan Indonesia ketika berhasil lulus dari Rijkskweekschool di Haarlem Belanda 21 September 1880, dengan
meraih acte-examens voor Hulponderwijzers.
Sebab, dari 16 peserta ujian, enam orang gagal, justru wakil dari tanah
jajahan, lulus dengan cemerlang.
Tiba
kembali 1881, Elias Kandou ditempatkan mengajar di sekolah dimana ia belajar
pertama, Kweekschool Tondano, sedangkan Jozias Ratulangi di School voor
Zonen
van Inlandsche Hoofden, juga di Tondano. Elias Kandou dipromosi jadi Onderwijzer (guru) klas
tiga. Bulan Maret 1882 ia menggantikan posisi mengajar Lambertus Mangindaan
yang berhenti di Kweeskchool (baca pula: Lambertus Mangindaan, Guru Pertama Lulusan Belanda).
Terhitung
tanggal 1 Mei 1885 Elias Kandou dimutasi. Ia diangkat sebagai guru di Kweekschool
voor Inlandsche Onderwijzer ketika masih milik Nederlandsch Zending-Genootschap
di Ambon Maluku. Di sekolah ini ia bertemu Kawanua lain, yakni Paulus Najoan
yang menjadi guru handteekenen dan
terkenal sebagai pelukis yang mengajar di sekolah itu sejak Oktober 1885 (baca: Pelukis Paulus Najoan dan Frederik Kasenda).
Guru
Elias Kandou sejak 21 Maret 1886 menjadi Inlandsch Hulponderwijzer rang kesatu,
termasuk sebagai orang ketiga di sekolah tergolong sangat bergengsi ketika itu.
Kedudukannya dibawah Hoofdonderwijzer F.E.Luitjes dan guru H.W.Bosman lalu
pengganti-penggantinya G.Valk, D.Vooren dan kemudian A.Ch.Cramer.
Awal
bulan Oktober 1900, Elias Kandou diangkat sebagai Adjunct Inspecteur Inlandsch
Onderwijs wilayah lima (vijfde
afdeeling) yang
berkedudukan di Tondano, sebagai wakil dari Inspektur D.Vooren yang
berkedudukan di Ambon. Tugasnya adalah menginspeksi sekolah-sekolah pribumi
terutama yang ada di Keresidenan Manado. Jabatan yang biasanya hanya dipegang oleh
guru senior bangsa Belanda. Ia menjadi perintis orang Indonesia dalam kedudukan demikian.
Teman sekolahnya di Belanda Raden Kamil baru menyusul diangkat dalam jabatan
adjunct inspecteur wilayah dua di Semarang Februari 1901.
Tidak
lama, karena terhitung 8 Juli 1901 Elias Kandou pindah dari Kweekschool Ambon
menjadi guru di Openbare 5e Lagere School voor Europeanen di Batavia yang
bergengsi. Kemudian sejak Januari 1902 ia menjadi Hulponderwijzer di bagian
persiapan dari School tot Opleiding voor
Inlandsche Geneeskundigen di Weltevreden.
Bulan
Desember 1902 guru Elias Kandou kembali mengajar di Kweekschool Ambon. Ia
kemudian meninggal dunia di Surabaya tanggal 11 Oktober 1905.
KELUARGA
Elias
Kandou kawin tahun 1885 dengan Clara Amelia Supit (meninggal di Amsterdam April 1919). Anak mereka rata-rata menjadi
terkenal. Putrinya Albertina Johanna Helena Kandou lulus dari Gymnasium Willem
III Batavia menjadi wanita pertama di Indonesia asal Minahasa yang tanggal 10
Juni 1916 berhasil lulus dan meraih acte-examens Lager Onderwijzers (LO) di Amsterdam
Belanda. Ia pernah mengajar di Sekolah Klas 2 Manado, Europeesche Lagere School Bandung dan Hollandsch Chineesche School
Kediri.
Foto lain Albertina Kandou. *) |
Putranya bernama Apelles Tobias Thomas Kandou adalah
orang Minahasa pertama yang masuk dan lulus dari Sekolah Pelayaran di Batavia
setelah menamatkan Hoogere Burgerschool (HBS)
Batavia 1898. Ia sempat jadi kelasi di kapal samudera, kemudian peroleh ijazah Grote Vaart Diploma untuk pelayaran
samudera sebagai orang Indonesia pertama yang dapat ijazah demikian. Bekerja
sampai pensiun sebagai kapten kapal-kapal milik KPM selang 1920-1930.
Salah seorang cucu Elias Kandou, yakni Thomas Wijnand Elias
Kandou (1930-1991), putra Apelles, menjadi perwira menengah angkatan laut (Koninklijk Marine) kerajaan Belanda,
terakhir berpangkat Kapitein ter zee
vlieger, pernah menjadi Komandan Skuadron 320 di Valkenburg Belanda
yang terkenal.
***
*).Foto koleksi NMVW-Tropen Museum.
BAHAN OLAHAN
Delpher Kranten
Ensiklopedia Tou Manado
Regeeringsalmanak voor Nederlandsch-Indie.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.