Sabtu, 15 Maret 2014

Kontrolir Witteveen dan Hukum Besar Sahelangi

         

 

 

                                      Oleh: Adrianus Kojongian

 

 

 


Heboh dan ribut-ribut di Ratahan oleh ulah maniso Kontrolir X, ternyata tidak tertahankan  lagi. Belum lama memimpin Afdeeling Belang itu, ia dimutasi oleh Residen Manado M.C.E.Stakman. Penggantinya adalah J.N.Witteveen, teman Kontrolir X. Tidak heran, suasana pemerintahan di Afdeeling Belang yang mencakup Distrik Pasan-Ratahan-Ponosakan serta Distrik Tonsawang tidak membaik, justru semakin ‘panas’.


Kontrolir yang masih berusia muda tersebut ternyata sangat angkuh, dan pemarah. Ia tidak memahami adat-istiadat serta tradisi penduduk daerah yang dipimpinnya. Begitu pun ia tidak menghargai pendapat dan masukan dari pejabat pribumi Minahasa yang sangat berpengalaman.


Gaya tidak berbudaya dan hantam kromonya, kentara sekali ketika ia memarahi dan mempermalukan Hukum Besar Estephanus Sahelangi di depan banyak orang. Bagi warganya, Estephanus adalah pemimpin besar yang sangat dihormati dan ketonaasannya dijunjung tinggi.


Maka, ketika Sahelangi dipermalukan pejabat Belanda yang masih berusia muda belia -- bisa jadi seumuran anaknya, kehormatannya seperti diinjak-injak, karena ia diperlakukan layaknya hamba sahaya.


‘’Ia sudah malukan saya. Sebagai juga ia adalah bercakap dengan seorang kuli. Semuanya itu di hadapan banyak orang, sehingga menghilangkan segala kuasa yang saya terima dari Kandjeng Gubernemen, serta tiadakan segala kehormatan,’’ tulis Estephanus Sahelangi kelak.


Estephanus Sahelangi adalah keturunan dari para penguasa Distrik Pasan-Ratahan, dari garis ibunya. Kakeknya adalah Komaling Maringka, mantan Hukum Besar Ratahan. Pamannya adalah Daniel Maringka, bekas Hukum Besar Ratahan lalu sebagai Hukum Besar Pasan-Ratahan. Paman lainnya adalah  Hukum Kedua Lolati Jacob Rambi, ayah dari Manuel Rambi.


Ia memulai karir di pemerintahan setempat, dengan menjadi Hukum Tua Lowu, negeri bekas Distrik Ratahan. Kemudian awal bulan Mei 1876 diangkat menjadi Kepala Distrik Pertama Pasan-Ratahan, dengan mengganti Arnold Ompie, seperti dimuat De Locomotief Rabu tanggal 10 Mei 1876.


Lalu 5 tahun berikutnya dibenum sebagai Kepala Distrik Pasan-Ratahan-Ponosakan, setelah Distrik Ponosakan digabung dengan pemberian pensiun kepada kepalanya Majoor Amboen Sineke.


Pembeslitan status Inlandsch Bestuur sebagai Kepala Distrik Pertama Pasan-Ratahan-Ponosakan, dimuat resmi dalam corong pemerintah kolonial masa itu Java Courant, serta disebar berbagai media yang terbit baik di Hindia-Belanda mau pun di Negeri Belanda. Antaranya yang memuat pengangkatan Estephanus Sahelangi adalah koran Nieuwe Amsterdamsche Courant Algemeen Handelsblad Nomor 15516, terbitan hari Kamis tanggal 26 Februari 1880 di bawah ini.



Pekerjaan Herendienst tetap mendera rakyat di masa kekuasaan Kontrolir Witteveen ini. Kerja rodi yang mengantar rakyat menderita kelaparan, karena tidak memiliki waktu cukup untuk menanam padi sebagai bahan pokok utama. Penderitaan mereka itu telah berlangsung sejak Marinus Cornelis Emanuel Stakman memimpin Keresidenan Manado 22 Februari 1889, dengan menggantikan Jonkheer Johannes Cornelis Diederikus Wilhelmus Adrianus van der Wijck, yang cukup lunak.


Kontrolir Witteveen baru beberapa bulan bekerja di Afdeeling Belang telah membuat sakit hati penduduk Wawali, negeri bekas Distrik Pasan yang saat itu telah masuk stad Ratahan. Ia menyuruh bongkar dan pindahkan pekuburan warga. Pasalnya, jalan menuju pemakaman Wawali berada di sepanjang halaman dimana rumah baru Kontrolir akan dibangun. Penduduk bekerja Herendienst membersihkan lalu menggali untuk fondasi rumah baru Kontrolir itu.


Orang-orang Wawali hanya dapat melihat dengan sedih kubur kerabat dekat mereka dibongkar. Siapa pun pasti akan gundah-gulana, terpukul dan marah melihat tulang-tulang orang yang mereka cintai digali, diperlakukan tidak hormat sampai hancur, kemudian dibuang ke sebuah lubang yang dibuat untuk tujuan itu. Sudah, menjadi tradisi umum sejak dulu kala dari masyarakat Minahasa, adalah mereka sangat menghormati leluhur dan orang meninggal, bahkan banyak mengkeramatkannya.


Semestinya pembongkaran pekuburan Wawali itu tidak terjadi, karena rumah Kontrolir yang ada masih sangat layak. Apalagi, lokasinya telah ditentukan sebelumnya oleh Residen Jhr.J.C.D.W.A van der Wijck dan Kontrolir Willem Beijerinck di tahun 1885 sebagai salah satu tempat yang baik di Ratahan.

Mantan Majoor Sonder A.L.Wawo-Roentoe. *)

Pelaksanaan Herendienst serta reformasi pajak yang tidak populer yang dijalankan Residen Stakman telah membangkitkan keberanian Kepala Distrik Sonder Majoor Albert Lasut Wawo-Roentoe. Ia bermohon kepada Gubernur Jenderal Hindia-Belanda di Batavia untuk menyelidiki dan meninjau kebijakan tersebut. Permohonan Majoor Wawo-Roentoe lewat suratnya per tanggal  28 Desember 1891 mendapat tanggapan Gubernur-Jenderal. Dengan keputusan tanggal 8 Februari 1892, Willem Otto Gallois, anggota Raad van Nederlandsch-Indie ditunjuk sebagai Komisaris Pemerintah (Gouvernementscommissaris) untuk melakukan penyelidikan di Minahasa.


W.O.Gallois yang didampingi Kontrolir Binnenlandsch Bestuur Ch.E.P.Kerckhoff sebagai Sekretaris, melakukan inspeksi di Distrik-Distrik Minahasa. Ia memeriksa dengan mendengar langsung berbagai keluhan dari para kepala dan tokoh berpengaruh Minahasa.


Namun, ketika Gallois dan Kerckhoff datang ke Ratahan tanggal 16 April 1892, Kontrolir menghalang-halangi dan menakuti siapa pun yang hendak mengajukan keberatan. Tindakannya sangat leluasa, karena Gallois dan Kerkhoff selama di Ratahan menginap di rumah Kontrolir.


Di Afdeeling Belang ada cukup banyak orang hendak mengajukan keberatan mereka. Tapi, orang-orang takut, karena perintah Kontrolir bahwa siapa saja yang keberatan pada Komisaris Pemerintah, pertama kali keberatannya harus diberikan pada Kontrolir. Pokoknya semua keberatan itu, dari siapa pun, harus meminta izin dulu darinya. Rasa takut para pengadu pun karena Komisaris dan Sekretaris selama misi lima harinya di Afdeeling Belang, justru tinggal di rumah Kontrolir di Ratahan.


Kalau ada pun pengadu diterima, Kontrolir pun dibiarkan menginterogasi mereka di hadapan Komisaris Gallois dan Sekretaris Kerckhoff.


Sebanyak 31 pelapor dari Wongkai, negeri bekas Distrik Ratahan, hanya diterima Kontrolir, karena Gallois dan Kerckhoff sementara tidur.  Kontrolir menjadi sangat marah, dan mengambil dokumen yang hendak diserahkan para pengadu. Lalu, tindakannya sangat drastis. Di depan mata mereka, ia merobek-robek surat yang hendak diberikan itu.


Hukum Besar Tonsawang Semuel Momuat yang sebelumnya selalu dekat dengan Kontrolir dan Residen, ikut tergerak hati. Ia mengajukan keberatan atas proses yang dilakukan Kontrolir. Namun, peringatan Momuat bukannya diterima. Residen malah memarahinya.


Kemarahan dari Kontrolir Belang tidak pandang bulu. Tiga tokoh terkemuka Pasan-Ratahan-Ponosakan, yakni Elias (ditulis Hias) Sahelangi, mantan Pakhuismeester Tombatu, Herling Sahelangi, mantan Hukum Tua Pangudan (sekarang Pangu), serta Arnold Ompie (ditulis Ompe), yang mantan Hukum Besar Ratahan, dimarahi Kontrolir. Kemarahan Kontrolir paling utama kepada Elias Sahelangi. Ia sangat murka, karena ketiga tokoh tersebut telah pergi ke Manado untuk menyampaikan keberatannya.

DITOLAK GALLOIS 
Tidak terkecuali adalah Hukum Besar Pasan-Ratahan-Ponosakan Estephanus Sahelangi. Ia dicegah dengan segala cara untuk menghadap Gallois. Ia dipersulit, dan sangat susah untuk berbicara, karena Gallois dan Kerckhoff  selama 5 hari pemeriksaannya di Afdeeling Belang tinggal di rumah Kontrolir. Ketika Sahelangi akhirnya bertemu, merasa tidak leluasa menyampaikan keberatan secara lisan, ia mengatakan masih sementara membuat surat keberatannya. Kepada Komisaris Gallois, ia meminta izin untuk nanti menyerahkannya secara langsung kepada Gallois di Manado. Komisaris Gallois setuju.


Ketika surat keberatannya telah siap, Hukum Besar Sahelangi tanggal 29 April 1892 menyurat Kontrolir meminta izin untuk berangkat ke Manado. Kontrolir menanyakan siapa nanti mewakili Sahelangi, dan ditunjuknya Hukum Tua Tousuraya. Esok paginya, Kontrolir memanggil Hukum Tua Tousuraya, dan bersama pergi memeriksa pekerjaan.


Hal itu menjadi pertanda Kontrolir setuju dengan perjalanannya ke Manado. Namun, karena Komisaris sementara berada di Airmadidi, ia menemui Residen Stakman, dan menyampaikan sebuah surat memohon Residen memeriksa perkaranya dengan Kontrolir Witteveen dan memberinya keadilan.


Sahelangi kemudian mencoba menemui Komisaris Gallois. Namun, Gallois tidak mau menerimanya. Sekretaris Kerckoff menjawab dengan surat bahwa ia tidak diterima karena tidak mendapat izin dari Kontrolir atau pun Residen. Padahal, Residen Stakman pun sudah diberitahu maksud kedatangannya ke Manado (baca selengkapnya surat keberatan Sahelangi).

PUBLIKASI PETISI SAHELANGI 
Sekembali ke Ratahan, Hukum Besar Sahelangi membuat surat langsung kepada Gubernur Jenderal bertanggal 12 Mei 1892, memohon keadilan. Isi suratnya sebenarnya sederhana. Pertama, keberatan terhadap pekerjaan Herendienst yang menyusahkan rakyatnya. Kedua, meminta keadilan atas perkaranya dengan Kontrolir Witteveen. Ketiga, berupa petisi agar Pasan-Ratahan-Ponosakan dipimpin oleh Kepala Distrik yang bergelar Majoor dengan tongkat emas.


Surat keberatan dan petisi Sahelangi ini tidak diketahui apakah masuk atau dimasukkan dalam memori yang diterima Komisaris Pemerintah Gallois. Ini, mengingat Gallois tidak mau menerimanya ketika berada di Manado, atau dengan meneliti isi surat Sahelangi yang akan mengirimnya langsung ke Gubernur Jenderal.


Gallois sendiri menerima berbagai dokumen sebagai lampiran raportnya. Dicatatnya memori dari Oud Majoor Sonder, Majoor Tombariri, Hukum Besar Kakaskasen, Majoor Tondano-Touliang, Oud Majoor Langowan, Majoor Kakas, Majoor Tonsea, Hukum Besar Maumbi, mantan Hoofddjaksa Manado A.B.Kalenkongan, istri Oud Majoor Tondano-Toulimambot, Hukum Besar Ratahan (dengan catatan kaki alasan penolakannya menerima Sahelangi), dan Hukum Besar Bantik.

Apakah, meski Gallois tidak menerima Sahelangi, tapi berkas laporannya diterimanya kemudian? Ataukah, surat keberatan dan petisinya diterima Batavia secara tersendiri, atau lalu disatukan?

Surat Sahelangi kepada Gubernur Jenderal bersama 2 (dari 4) salinannya, kemudian dimuat surat kabar Soerabaiasch-Handelsblad, hari Sabtu tanggal 9 Juli 1892. Dalam pengantarnya, disebut sebagai dokumen mengenai penelitian pemerintah di Minahasa.

 


Komisaris Gallois dalam raportnya yang juga dimuat berbagai media, seperti Locomotief, Bataviaasch Nieuwsblad dan Java Bode mengaku ia hendak ditemui Sahelangi (ditulisnya Kepala Ratahan), tapi, ‘’Seperti diberitahukan kepada saya, kepala ini tanpa izin Residen dan Kontrolir meninggalkan tempat tugasnya dimana Hakim Landraad ingin bertemu dengannya… Saya menolak untuk berbicara dengannya,’’ tulis Gallois yang kemudian memperoleh promosi menjadi Vice President Raad van Nederlandsch-Indie di tanggal 5 Juli 1895. ***


 *). Koleksi foto KITLV. 


SUMBER BACAAN:
-Koninklijke Bibliotheek-Delpher Kranten (Soerabaiasch-Handelsblad nomor 156 Sabtu 9 Juli 1892; De Locomotief nomor 209, Senin 1 September 1884, nomor 189 Selasa 16 Agustus 1892, nomor 40 Kamis 16 Februari 1893; Bataviaasch Handelsblad nomor 261 Rabu 11 November 1891, nomor 206 Selasa 9 Agustus 1892; Java Bode nomor 21 Jumat 25 Januari 1895, nomor 174 Sabtu 30 Juli 1892; Nieuwe Amsterdamsche Courant Algemeen Handelsblad, 26 Februari 1880, nomor 19863 Jumat 12 Agustus 1892).
-Adrianus Kojongian, Jelajah Sejarah Manado (Residen Manado 2, Tentang Residen Manado, Para Kepala Ratahan dan Tentang Kepala Minahasa).
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.