Oleh: Adrianus Kojongian
Heboh
dan ribut-ribut di Ratahan oleh ulah maniso Kontrolir X, ternyata tidak
tertahankan lagi. Belum lama memimpin
Afdeeling Belang itu, ia dimutasi oleh Residen Manado M.C.E.Stakman.
Penggantinya adalah J.N.Witteveen, teman Kontrolir X. Tidak heran, suasana
pemerintahan di Afdeeling Belang yang mencakup Distrik Pasan-Ratahan-Ponosakan
serta Distrik Tonsawang tidak membaik, justru semakin ‘panas’.
Heboh dan ribut-ribut di Ratahan oleh ulah maniso Kontrolir X, ternyata tidak tertahankan lagi. Belum lama memimpin Afdeeling Belang itu, ia dimutasi oleh Residen Manado M.C.E.Stakman. Penggantinya adalah J.N.Witteveen, teman Kontrolir X. Tidak heran, suasana pemerintahan di Afdeeling Belang yang mencakup Distrik Pasan-Ratahan-Ponosakan serta Distrik Tonsawang tidak membaik, justru semakin ‘panas’.
Kontrolir
yang masih berusia muda tersebut ternyata sangat angkuh, dan pemarah. Ia tidak
memahami adat-istiadat serta tradisi penduduk daerah yang dipimpinnya. Begitu
pun ia tidak menghargai pendapat dan masukan dari pejabat pribumi Minahasa yang
sangat berpengalaman.
Gaya
tidak berbudaya dan hantam kromonya, kentara sekali ketika ia memarahi dan
mempermalukan Hukum Besar Estephanus Sahelangi di depan banyak orang. Bagi
warganya, Estephanus adalah pemimpin besar yang sangat dihormati dan ketonaasannya
dijunjung tinggi.
Maka,
ketika Sahelangi dipermalukan pejabat Belanda yang masih berusia muda belia --
bisa jadi seumuran anaknya, kehormatannya seperti diinjak-injak, karena ia
diperlakukan layaknya hamba sahaya.
‘’Ia
sudah malukan saya. Sebagai juga ia adalah bercakap dengan seorang kuli. Semuanya
itu di hadapan banyak orang, sehingga menghilangkan segala kuasa yang saya
terima dari Kandjeng Gubernemen, serta tiadakan segala kehormatan,’’ tulis
Estephanus Sahelangi kelak.
Estephanus
Sahelangi adalah keturunan dari para penguasa Distrik Pasan-Ratahan, dari garis
ibunya. Kakeknya adalah Komaling Maringka, mantan Hukum Besar Ratahan. Pamannya
adalah Daniel Maringka, bekas Hukum Besar Ratahan lalu sebagai Hukum Besar Pasan-Ratahan.
Paman lainnya adalah Hukum Kedua Lolati
Jacob Rambi, ayah dari Manuel Rambi.
Ia
memulai karir di pemerintahan setempat, dengan menjadi Hukum Tua Lowu, negeri bekas Distrik Ratahan. Kemudian awal bulan Mei 1876 diangkat menjadi Kepala Distrik Pertama Pasan-Ratahan, dengan mengganti
Arnold Ompie, seperti dimuat De Locomotief Rabu tanggal 10 Mei 1876.
Lalu 5 tahun berikutnya dibenum sebagai Kepala Distrik Pasan-Ratahan-Ponosakan,
setelah Distrik Ponosakan digabung dengan pemberian pensiun kepada kepalanya
Majoor Amboen Sineke.
Lalu 5 tahun berikutnya dibenum sebagai Kepala Distrik Pasan-Ratahan-Ponosakan, setelah Distrik Ponosakan digabung dengan pemberian pensiun kepada kepalanya Majoor Amboen Sineke.
Pembeslitan
status Inlandsch Bestuur sebagai
Kepala Distrik Pertama Pasan-Ratahan-Ponosakan, dimuat resmi dalam corong
pemerintah kolonial masa itu Java Courant,
serta disebar berbagai media yang terbit baik di Hindia-Belanda mau pun di
Negeri Belanda. Antaranya yang memuat pengangkatan Estephanus Sahelangi adalah
koran Nieuwe Amsterdamsche Courant Algemeen
Handelsblad Nomor 15516, terbitan hari Kamis tanggal 26 Februari 1880 di
bawah ini.
Pekerjaan
Herendienst tetap mendera rakyat di masa kekuasaan Kontrolir Witteveen ini.
Kerja rodi yang mengantar rakyat menderita kelaparan, karena tidak memiliki
waktu cukup untuk menanam padi sebagai bahan pokok utama. Penderitaan mereka itu
telah berlangsung sejak Marinus Cornelis Emanuel Stakman memimpin Keresidenan
Manado 22 Februari 1889, dengan menggantikan Jonkheer Johannes Cornelis
Diederikus Wilhelmus Adrianus van der Wijck, yang cukup lunak.
Pekerjaan Herendienst tetap mendera rakyat di masa kekuasaan Kontrolir Witteveen ini. Kerja rodi yang mengantar rakyat menderita kelaparan, karena tidak memiliki waktu cukup untuk menanam padi sebagai bahan pokok utama. Penderitaan mereka itu telah berlangsung sejak Marinus Cornelis Emanuel Stakman memimpin Keresidenan Manado 22 Februari 1889, dengan menggantikan Jonkheer Johannes Cornelis Diederikus Wilhelmus Adrianus van der Wijck, yang cukup lunak.
Kontrolir
Witteveen baru beberapa bulan bekerja di Afdeeling Belang telah membuat sakit
hati penduduk Wawali, negeri bekas Distrik Pasan yang saat itu telah masuk stad Ratahan. Ia menyuruh bongkar dan
pindahkan pekuburan warga. Pasalnya, jalan menuju pemakaman Wawali berada di
sepanjang halaman dimana rumah baru Kontrolir akan dibangun. Penduduk bekerja
Herendienst membersihkan lalu menggali untuk fondasi rumah baru Kontrolir itu.
Orang-orang
Wawali hanya dapat melihat dengan sedih kubur kerabat dekat mereka dibongkar.
Siapa pun pasti akan gundah-gulana, terpukul dan marah melihat tulang-tulang
orang yang mereka cintai digali, diperlakukan tidak hormat sampai hancur, kemudian
dibuang ke sebuah lubang yang dibuat untuk tujuan itu. Sudah, menjadi tradisi
umum sejak dulu kala dari masyarakat Minahasa, adalah mereka sangat menghormati
leluhur dan orang meninggal, bahkan banyak mengkeramatkannya.
Semestinya
pembongkaran pekuburan Wawali itu tidak terjadi, karena rumah Kontrolir yang
ada masih sangat layak. Apalagi, lokasinya telah ditentukan sebelumnya oleh
Residen Jhr.J.C.D.W.A van der Wijck dan Kontrolir Willem Beijerinck di tahun
1885 sebagai salah satu tempat yang baik di Ratahan.
Mantan Majoor Sonder A.L.Wawo-Roentoe. *) |
Pelaksanaan
Herendienst serta reformasi pajak yang tidak populer yang dijalankan Residen
Stakman telah membangkitkan keberanian Kepala Distrik Sonder Majoor Albert
Lasut Wawo-Roentoe. Ia bermohon kepada Gubernur Jenderal Hindia-Belanda di
Batavia untuk menyelidiki dan meninjau kebijakan tersebut. Permohonan Majoor
Wawo-Roentoe lewat suratnya per tanggal
28 Desember 1891 mendapat tanggapan Gubernur-Jenderal. Dengan keputusan
tanggal 8 Februari 1892, Willem Otto Gallois, anggota Raad van
Nederlandsch-Indie ditunjuk sebagai Komisaris Pemerintah (Gouvernementscommissaris)
untuk melakukan penyelidikan di Minahasa.
W.O.Gallois
yang didampingi Kontrolir Binnenlandsch Bestuur Ch.E.P.Kerckhoff sebagai
Sekretaris, melakukan inspeksi di Distrik-Distrik Minahasa. Ia memeriksa dengan
mendengar langsung berbagai keluhan dari para kepala dan tokoh berpengaruh Minahasa.
Namun,
ketika Gallois dan Kerckhoff datang ke Ratahan tanggal 16 April 1892, Kontrolir
menghalang-halangi dan menakuti siapa pun yang hendak mengajukan keberatan. Tindakannya
sangat leluasa, karena Gallois dan Kerkhoff selama di Ratahan menginap di
rumah Kontrolir.
Di
Afdeeling Belang ada cukup banyak orang hendak mengajukan keberatan mereka.
Tapi, orang-orang takut, karena perintah Kontrolir bahwa siapa saja yang
keberatan pada Komisaris Pemerintah, pertama kali keberatannya harus diberikan
pada Kontrolir. Pokoknya semua keberatan itu, dari siapa pun, harus meminta
izin dulu darinya. Rasa takut para pengadu pun karena Komisaris dan Sekretaris
selama misi lima harinya di Afdeeling Belang, justru tinggal di rumah Kontrolir
di Ratahan.
Kalau
ada pun pengadu diterima, Kontrolir pun dibiarkan menginterogasi mereka di
hadapan Komisaris Gallois dan Sekretaris Kerckhoff.
Sebanyak
31 pelapor dari Wongkai, negeri bekas Distrik Ratahan, hanya diterima
Kontrolir, karena Gallois dan Kerckhoff sementara tidur. Kontrolir menjadi sangat marah, dan mengambil
dokumen yang hendak diserahkan para pengadu. Lalu, tindakannya sangat drastis.
Di depan mata mereka, ia merobek-robek surat yang hendak diberikan itu.
Hukum
Besar Tonsawang Semuel Momuat yang sebelumnya selalu dekat dengan Kontrolir dan
Residen, ikut tergerak hati. Ia mengajukan keberatan atas proses yang dilakukan
Kontrolir. Namun, peringatan Momuat bukannya diterima. Residen malah
memarahinya.
Kemarahan
dari Kontrolir Belang tidak pandang bulu. Tiga tokoh terkemuka Pasan-Ratahan-Ponosakan,
yakni Elias (ditulis Hias) Sahelangi, mantan Pakhuismeester Tombatu, Herling
Sahelangi, mantan Hukum Tua Pangudan (sekarang Pangu), serta Arnold Ompie
(ditulis Ompe), yang mantan Hukum Besar Ratahan, dimarahi Kontrolir. Kemarahan
Kontrolir paling utama kepada Elias Sahelangi. Ia sangat murka, karena ketiga
tokoh tersebut telah pergi ke Manado untuk menyampaikan keberatannya.
DITOLAK GALLOIS
Tidak
terkecuali adalah Hukum Besar Pasan-Ratahan-Ponosakan Estephanus Sahelangi. Ia dicegah
dengan segala cara untuk menghadap Gallois. Ia dipersulit, dan sangat susah
untuk berbicara, karena Gallois dan Kerckhoff selama 5 hari pemeriksaannya di Afdeeling
Belang tinggal di rumah Kontrolir. Ketika Sahelangi akhirnya bertemu, merasa
tidak leluasa menyampaikan keberatan secara lisan, ia mengatakan masih
sementara membuat surat keberatannya. Kepada Komisaris Gallois, ia meminta izin
untuk nanti menyerahkannya secara langsung kepada Gallois di Manado. Komisaris Gallois
setuju.
Tidak terkecuali adalah Hukum Besar Pasan-Ratahan-Ponosakan Estephanus Sahelangi. Ia dicegah dengan segala cara untuk menghadap Gallois. Ia dipersulit, dan sangat susah untuk berbicara, karena Gallois dan Kerckhoff selama 5 hari pemeriksaannya di Afdeeling Belang tinggal di rumah Kontrolir. Ketika Sahelangi akhirnya bertemu, merasa tidak leluasa menyampaikan keberatan secara lisan, ia mengatakan masih sementara membuat surat keberatannya. Kepada Komisaris Gallois, ia meminta izin untuk nanti menyerahkannya secara langsung kepada Gallois di Manado. Komisaris Gallois setuju.
Ketika
surat keberatannya telah siap, Hukum Besar Sahelangi tanggal 29 April 1892
menyurat Kontrolir meminta izin untuk berangkat ke Manado. Kontrolir menanyakan
siapa nanti mewakili Sahelangi, dan ditunjuknya Hukum Tua Tousuraya. Esok
paginya, Kontrolir memanggil Hukum Tua Tousuraya, dan bersama pergi memeriksa
pekerjaan.
Hal
itu menjadi pertanda Kontrolir setuju dengan perjalanannya ke Manado. Namun,
karena Komisaris sementara berada di Airmadidi, ia menemui Residen Stakman, dan
menyampaikan sebuah surat memohon Residen memeriksa perkaranya dengan Kontrolir
Witteveen dan memberinya keadilan.
Sahelangi
kemudian mencoba menemui Komisaris Gallois. Namun, Gallois tidak mau
menerimanya. Sekretaris Kerckoff menjawab dengan surat bahwa ia tidak diterima
karena tidak mendapat izin dari Kontrolir atau pun Residen. Padahal, Residen
Stakman pun sudah diberitahu maksud kedatangannya ke Manado (baca selengkapnya
surat keberatan Sahelangi).
PUBLIKASI PETISI SAHELANGI
Sekembali
ke Ratahan, Hukum Besar Sahelangi membuat surat langsung kepada Gubernur
Jenderal bertanggal 12 Mei 1892, memohon keadilan. Isi suratnya sebenarnya
sederhana. Pertama, keberatan terhadap pekerjaan Herendienst yang menyusahkan
rakyatnya. Kedua, meminta keadilan atas perkaranya dengan Kontrolir Witteveen.
Ketiga, berupa petisi agar Pasan-Ratahan-Ponosakan dipimpin oleh Kepala Distrik
yang bergelar Majoor dengan tongkat emas.
Sekembali ke Ratahan, Hukum Besar Sahelangi membuat surat langsung kepada Gubernur Jenderal bertanggal 12 Mei 1892, memohon keadilan. Isi suratnya sebenarnya sederhana. Pertama, keberatan terhadap pekerjaan Herendienst yang menyusahkan rakyatnya. Kedua, meminta keadilan atas perkaranya dengan Kontrolir Witteveen. Ketiga, berupa petisi agar Pasan-Ratahan-Ponosakan dipimpin oleh Kepala Distrik yang bergelar Majoor dengan tongkat emas.
Surat
keberatan dan petisi Sahelangi ini tidak diketahui apakah masuk atau dimasukkan
dalam memori yang diterima Komisaris Pemerintah Gallois. Ini, mengingat Gallois
tidak mau menerimanya ketika berada di Manado, atau dengan meneliti isi surat
Sahelangi yang akan mengirimnya langsung ke Gubernur Jenderal.
Gallois
sendiri menerima berbagai dokumen sebagai lampiran raportnya. Dicatatnya memori
dari Oud Majoor Sonder, Majoor Tombariri, Hukum Besar Kakaskasen, Majoor
Tondano-Touliang, Oud Majoor Langowan, Majoor Kakas, Majoor Tonsea, Hukum
Besar Maumbi, mantan Hoofddjaksa Manado A.B.Kalenkongan, istri Oud Majoor
Tondano-Toulimambot, Hukum Besar Ratahan (dengan catatan kaki alasan penolakannya
menerima Sahelangi), dan Hukum Besar Bantik.
Apakah,
meski Gallois tidak menerima Sahelangi, tapi berkas laporannya diterimanya kemudian? Ataukah, surat keberatan dan petisinya
diterima Batavia secara tersendiri, atau lalu disatukan?
Surat
Sahelangi kepada Gubernur Jenderal bersama 2 (dari 4) salinannya, kemudian
dimuat surat kabar Soerabaiasch-Handelsblad, hari Sabtu tanggal 9 Juli 1892.
Dalam pengantarnya, disebut sebagai dokumen mengenai penelitian pemerintah di
Minahasa.
Komisaris
Gallois dalam raportnya yang juga dimuat berbagai media, seperti Locomotief,
Bataviaasch Nieuwsblad dan Java Bode mengaku ia hendak ditemui Sahelangi
(ditulisnya Kepala Ratahan), tapi, ‘’Seperti diberitahukan kepada saya, kepala
ini tanpa izin Residen dan Kontrolir meninggalkan tempat tugasnya dimana Hakim
Landraad ingin bertemu dengannya… Saya menolak untuk berbicara dengannya,’’
tulis Gallois yang kemudian memperoleh promosi menjadi Vice President Raad van
Nederlandsch-Indie di tanggal 5 Juli 1895. ***
Komisaris Gallois dalam raportnya yang juga dimuat berbagai media, seperti Locomotief, Bataviaasch Nieuwsblad dan Java Bode mengaku ia hendak ditemui Sahelangi (ditulisnya Kepala Ratahan), tapi, ‘’Seperti diberitahukan kepada saya, kepala ini tanpa izin Residen dan Kontrolir meninggalkan tempat tugasnya dimana Hakim Landraad ingin bertemu dengannya… Saya menolak untuk berbicara dengannya,’’ tulis Gallois yang kemudian memperoleh promosi menjadi Vice President Raad van Nederlandsch-Indie di tanggal 5 Juli 1895. ***
*). Koleksi foto KITLV.
SUMBER BACAAN:
-Koninklijke Bibliotheek-Delpher Kranten (Soerabaiasch-Handelsblad nomor 156
Sabtu 9 Juli 1892; De Locomotief
nomor 209, Senin 1 September 1884, nomor 189 Selasa 16 Agustus 1892, nomor 40
Kamis 16 Februari 1893; Bataviaasch Handelsblad nomor 261 Rabu 11 November
1891, nomor 206 Selasa 9 Agustus 1892; Java Bode nomor 21 Jumat 25 Januari
1895, nomor 174 Sabtu 30 Juli 1892; Nieuwe Amsterdamsche Courant Algemeen
Handelsblad, 26 Februari 1880, nomor 19863
Jumat 12 Agustus 1892).
-Adrianus
Kojongian, Jelajah Sejarah Manado (Residen Manado 2, Tentang Residen
Manado, Para Kepala Ratahan dan Tentang Kepala Minahasa).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.