Oleh: Adrianus Kojongian
Pria Eropa dan wanita Tionghoa di Manado. *) |
Que
Tian Po, kelahiran tahun 1872 adalah pedagang dan tokoh Tionghoa Manado yang
sangat berpikiran maju. Bulan Februari 1925 dari pangkat tituler Luitenant der
Chineezen Manado, ia naik posisi menjadi kapitein. Penggantinya sebagai letnan
yang dibeslitkan bersamaan adalah Oei Pek Yong.
Tiga
anak Que Tian Po berhasil disekolahkannya ke sekolah dokter. Dokter Que Giok
Tong, dokter Que Giok Sien dan dokter Que Giok Tjoan. Putra tertuanya dokter
Que Giok Tong, kelak lebih terkenal dengan nama dokter J.Lukas Que, lama
menjabat sebagai Direktur Rumah Sakit Katolik ‘Gunung Maria’ di Tomohon sejak
1955. Namanya pun diabadikan di panti asuhan yang berada di Karombasan Sario
Manado.
Kapitein Que Tian Po tidak lama menjabat.
Ia minta berhenti. Semestinya pemberhentiannya dengan hormat terhitung per
tanggal 15 Desember 1926, tapi baru berlangsung awal Januari 1927 ketika
diangkat Bestuur over Vremde Oosterlingen yang baru, yakni Oei Pek Yong,
sebelumnya letnan, serta pedagang Lie Oe Kiong sebagai letnan yang baru.
Mantan
Kapitein Que Tian Po kelak pindah ke Jakarta, dan meninggal tanggal 5 Desember 1947
dalam usia 75 tahun. Istrinya Tjia Djin An Nio baru meninggal 30 Mei 1956 dalam
usia 76 tahun.
Penggantinya,
Kapitein Oei Pek Yong yang berpengalaman sebagai Wijkmeester Kampung Cina
Manado lalu letnan, dikenal sebagai politisi Tionghoa Manado yang ulung. Saat
masih letnan, sejak tanggal 17 Agustus 1926 ia diangkat menjadi anggota
Minahasaraad menggantikan Lie Eng Tiong. Posisi wakil golongan Tionghoa masih
dilanjutkan saat dilantik sebagai kapitein.
Letnan Lie Oe
Kiong masih mendampinginya sampai mundur Januari 1930, digantikan
kedudukannya oleh Tan Bian Loe. Tan Bian Loe adalah bekas wijkmeester, dan
seorang pengusaha, dikenal sebagai pemilik pabrik es ‘Menado' di Sario. Tan Bian Loe pun seorang kontraktor air dan listrik.
Setelah
enam tahun menjabat, Oei Pek Yong minta berhenti sebagai Kapitein Tionghoa
Manado, dan disetujui pemberhentiannya terhitung mulai tanggal 30 November 1933.
Oei Pek Yong ingin lebih berkonsentrasi memperjuangkan kaumnya di Minahasaraad.
Berhenti dari keanggotaan di Minahasaraad setahun, terhitung mulai tanggal 21
Agustus 1934 ia dilantik ulang menjadi anggotanya, satu-satunya wakil golongan
Tionghoa di Dewan Minahasa. Posisi tersebut dipegang Oei Pek Yong terus-menerus
hingga Jepang berkuasa awal tahun 1942.
Namun,
begitu Jepang enyah dan Belanda kembali menanamkan kuasanya, Oei Pek Yong bukan
hanya diangkat kembali oleh Belanda sebagai Kapitein der Chineezen Manado,
tapi juga sebagai salah seorang dari 21 anggota Minahasaraad yang dibentuk
kembali dengan beslit Gubernemen tanggal 27 Mei 1946 nomor 1, dan dilantik
Conica Manado 31 Mei 1946. Oei Pek Yong menjadi orang pertama dan terakhir yang
dua kali dipercaya menjadi Kapitein Tionghoa Manado.
TJIA PAK LIEM
Wijkmeester
Kampung Cina Manado Tjia Pak Liem setelah Oei Pek Yong mundur, ditunjuk
menjalankan fungsi Kapitein der Chineezen Manado. Ia dikenal pula sebagai
pengusaha, pemilik toko 'Banka' yang berlokasi di Jalan Bioskop (Bioscooplaan).
Jabatan
Tjia Pak Liem sebagai pengganti sementara kapitein, dijalankannya hingga
dilepas resmi terhitung tanggal 30 November 1935, saat turun beslit yang
mengangkat Lie Goan Oan, berstatus partikulir sebagai Kapitein Tionghoa Manado
yang definitif.
Tjia
Pak Liem kembali ke poisisi resminya sebagai wijkmeester. Tapi, masih untuk
sementara waktu, Tjia Pak Liem dipercaya menangani administrasi di kantor
kapitein, sebagai tangan kanan Lie Goan Oan.
Tiba-tiba,
di akhir bulan Februari 1936, tepatnya sejak tanggal 21, secara misterius Tjia
Pak Liem yang sampai saat itu bertindak akting kapitein menghilang. Raibnya
tersebut ramai diberitakan media-media Hindia-Belanda bahkan di Negeri
Belanda. Dalam pemberitaan selama 2 bulan berturut, De Indische Courant, Soerabaijasch
Handelsblad, De Sumatra Post dan De Tijd mensinyalir kalau Tjia Pak Liem telah
lari ke daratan Tiongkok menggunakan kapal motor (motorschip=ms) ‘Sibajak’,
karena dugaan melakukan penyimpangan.
Lie Goan Oan, Kapitein
Tionghoa Manado yang baru menemukan tekor keuangan pajak
lalulintas (verkeersbelastingen) yang
jadi tanggungjawabnya sebesar 600 gulden, bahkan defisit yang terjadi
diperkirakan mencapai ribuan. Tjia Pak Liem dinyatakan buron dan melalui telegraf diminta
penangkapannya.
ANAK JUTAWAN LIE TJENG LOK
Lie
Goan Oan, bukan sekedar swasta biasa. Ia adalah anak Lie Tjeng Lok dari istri
pertama Sie Djok Loe, sekaligus firmant di Firma Lie Boen Yat&Co,
seperti adiknya Lie Tek Djien (anak Lie Tjeng Lok dari istri kedua Anthoinetta
Lopis) yang menjadi salah seorang politisi Tionghoa di Gemeenteraad Manado. Lie Goan
Oan yang lahir tanggal 26 Juli 1894 disekolahkan ayahnya tahun 1912 ke Prins
Hendrik School di Batavia dan lulus dari Afdeeling Hogere Burger School (HBS) 1916.
Kapitein Lie Goan Oan dan ayahnya Lie Tjeng Lok awal 1942.*). |
Begitu
kembali dari Jawa, Lie Goan Oan segera menjadi pembantu utama ayahnya. Ia ikut
menjadi pemegang saham di N.V.Handel Maatschappij Lie Boen Yat&Co,
N.V.Celebes Molukken Cultuur Maatschappij serta N.V.Bouw Maatschappij Noord
Celebes
Almanak Rakyat 1940 mencatat Lie Goan Oan
diangkat sejak 18 November 1935. Tapi, dalam pembeslitannya disebut
pengangkatannya sebagai Kapitein Tionghoa Manado terhitung mulai tanggal 1
Desember 1935.
Awal-awalnya, Lie Goan Oan belum
aktif menjalankan tugasnya, sebab setelah dibantu Tjia Pak Liem hingga Februari
1936, masih ditunjuk sebagai pelaksana kapitein adalah Wijkmeester Kampung Cina
bernama Ang Seng Lie.
Baru setelah Ang Seng Lie
diberhentikan dengan hormat terhitung mulai 1 Oktober 1937, Lie Goan Oan tampil
sendirian. Selama kepemimpinannya, Lie Goan Oan mampu meningkatkan pemasukan pajak bagi orang dan usaha orang
Tionghoa di Manado, serta mengayomi komunitasnya. Budaya dan tradisi Tionghoa pun terpelihara dengan baik, dengan rutinnya saban tahun diselenggarakan perayaan, terutama pada keramaian Tahun Baru Cina.
Ketika Jepang berkuasa, Lie Goan Oan
ditangkap bersama ayahnya Lie Tjeng Lok, adiknya Lie Tek Djien atas laporan
Minoru Yanai, Chef Firma Jepang ‘Futaba’. Tanggal 13 Februari 1942 bersama dua
hukum tua dari Tomohon, mereka dieksekusi Jepang dengan dipancung di lokasi
Gunung Wenang. Kuburan mereka digali kembali tahun 1946 dipindahkan di
pekuburan Belanda korban kekejaman Jepang di Menteng Pulo Jakarta.
Lie Goan Oan sendiri mengawini Liem Ie Hoa. Menantunya adalah Prof.Dr.dr.Liem Soei Diong (belakangan terkenal dengan nama Djon Semet Kapojos), dengan mengawini putrinya bernama Lie Giok Lian.
Setelah usai Perang Dunia II, Belanda
menghidupkan kembali jabatan Kapitein der Chineezen dengan mengangkat mantan
kapitein Oei Pek Yong sebagai kapitein yang baru. Kemudian menggantikannya Tjia
Goan Tjong, pengusaha yang di tahun 1930-an adalah pemilik merk Seng Goan.***
*). Foto koleksi KITLV dan keluarga keturunan Lie Tjeng Lok.
BAHAN OLAHAN:
Delpher Kranten:
Het Nieuws
van den dag voor Nederlandsch-Indie
21 Februari 1925, 21 November 1935,1 Oktober 1937.
Soerabaijasch
Handelsblad 24 Agustus 1934, 23 Mei 1935, 29
Februari 1936.
De
Indische Courant 20 Agustus 1926, 10 Januari 1927,
28 Januari 1930.
De Sumatra
Post 24 Februari 1927, 9 Desember 1933,
5 Maret 1936.
Bataviaasch
Nieuwsblad 14 Mei 1914, 8 Januari 1927, 14
Januari 1930.
Het
Dagblad 6 Desember 1947.
De Tijd 6 Maret 1935.
Ensiklopedia Tou Manado.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.