Oleh: Adrianus Kojongian
Ong Bondji, Letnan Cina Manado 1873. *) |
Bukan hanya orang Arab Manado yang
memiliki keistimewaan di mata pemerintah kolonial Belanda. Orang Tionghoa,
bahkan seperti ‘anak mas’. Sama-sama digolongkan sebagai orang timur asing atau
vreemde oosterlingen, orang Tionghoa
pun pun memiliki kepala kaum yakni Letnan dan Kapten tituler. Sementara kepala
kampung, lumrah namanya Kampung Cina Manado, adalah seorang Wijkmeester yang
kemudian menjadi Hukum Tua. Para kepala ini pun, seperti orang Arab Manado
tidak perlu bertanggungjawab kepada Hukum Besar Kepala Distrik Manado, dimana
wilayahnya berada, tapi pada Kontrolir Manado dan kelak Burgemeester (Walikota) Manado.
Dalam tradisi para kepala Tionghoa
Manado, sejak pertengahan abad ke-19, seorang wijkmester biasanya dipromosi
menjadi Letnan, dan biasa pula naik mencapai kedudukan tertinggi sebagai Kapitein der Chineezen Manado.
Orang Tionghoa di Manado
diperkirakan telah datang sejak sebelum tibanya orang Spanyol/Portugis dan
Belanda. Beberapa diantaranya telah dikenal sebagai tukang-tukang ahli, nahkoda-nahkoda
kapal dan bahkan pedagang sukses.
Seorang pengusaha yang dikenal di
awal abad ke-19 sebagai pemilik tanah luas adalah Ong Lap Ke. Tahun 1827 ia
membeli tanah seluas 21.345 m2 dari Arnoldus Johannes van Delden, kelak
Sekretaris dan pejabat Residen Manado. Tanah tersebut kemudian tanggal 10 Mei
1849 dijual ulang Ong Lap Ke seharga f.375 kepada rakyat Distrik Klabat di-Bawah
dengan pihak pembeli bertindak atas nama rakyatnya Hukum Besar L.Pangamo. Tanah mana kelak dikenal sebagai tanah Kalakeran Klabat di-Bawah di Manado.
Pertumbuhan komunitas Tionghoa di
Manado terbilang cukup pesat. Dari pencatatan Dr.P.Bleeker, penduduk Tionghoa atau
peranakan Tionghoa di Minahasa (tapi, umumnya tinggal di Manado, sisanya di
Amurang dan sedikit di Kema), tahun 1825 sebanyak 512 orang. Tahun
1840 510 orang. Tahun 1849 889. Tahun 1852
907 orang.
Tahun 1854 total penduduk Tionghoa di
Tanah Minahasa, sebanyak 669 orang. Dirincinya 630 orang tinggal di Manado, 37
orang di Amurang dan Kema 2 Tionghoa.
Petrus van der Crab merinci di tahun
1855, orang Tionghoa sebanyak 776. Tahun 1856 934. Tahun 1858 1.150. Tahun 1859
1.236 dan tahun 1860 sebanyak 1.272 orang.
Penduduk Tionghoa Manado di awal
tahun 1860-an, menurut Nicolaas Graafland, sebanyak 1.104 jiwa, berprofesi
sebagai pedagang dan tukang kayu, metsel, pipa dan lain-lain. Sementara
Tionghoa di Amurang berjumlah 149 orang.
Tahun 1866, dari catatan Albert
Bickmore, penduduk Tionghoa sebanyak 1.434 orang (saat orang Arab hanya
berjumlah 11 orang).
Di tahun 1870 (dari perhitungan
akhir bulan Desember 1868), disebut penduduk Tionghoa Manado sebanyak 1.601
orang.
Kampung Cina Manado tahun 1900.*) |
Kemudian di tahun 1930, di Gemeente
Menado, total orang Tionghoa Manado berjumlah 5.375, yakni 2.978 pria dan 2.397 perempuan.
THE TJIENTJO
Para
kepala Tionghoa Manado terutama dengan titel wijkmester pasti telah ada sejak
awal abad ke-19. Kampung Cina Manado, sekarang masuk Calaca Wenang, dengan
titik sentral Kelenteng Ban Hing Kiong yang dibangun tahun 1819 (ada menyebut
abad ke-18), oleh Belanda diberi nama Letter G. Awal-awalnya bahkan seorang
Wijkmeester di Letter G, otomatis sebagai Luitenant
der Chineezen Manado. Residen George Frederik Durr tahun 1803 telah mencatat orang Tionghoa di Manado telah dipimpin oleh seorang Kapten dan Letnan.
Baru
tahun 1840-an, dikenal nama dua orang kepala Tionghoa Manado, sebagai Bestuur over Vreemde Oosterlingen. The Tjientjo
dan Pauw Djoe. The Tjientjo, ditulis juga The Tjintjo sebagai Kapitein dan Pauw
Djoe sebagai Luitenant. Pauw Djoe
bertindak pula sebagai Wijkmeester Letter G Manado.
Kapitein
The Tjientjo pun diangkat dalam lembaga bergengsi di Keresidenan Manado,
sebagai anggota Wees-en Boedelkamer, sekarang Balai Harta Peninggalan. Nama Pauw Djoe
masih disebut-sebut di tahun 1844, tapi kemudian muncul Lie Ping (Lie Peng)
sebagai penggantinya, baik sebagai letnan mau pun wijkmeester.
Lie
Ping menjadi tokoh dominan di komunitas Tionghoa selama lebih sepuluh tahun.
Bahkan setelah Kapitein The Tjientjo diganti 1850, ia diangkat mengganti posisi
The Tjientjo sebagai anggota Wees-en Boedelkamer Manado. Anehnya, bukan Lie
Ping yang ditunjuk menjadi Kapitein, tapi pedagang bernama Que Sitiong yang
tidak menjabat lagi di awal tahun 1852, ketika Ong Hap menjalankan fungsi
kapten, sampai didefinitifkan tanggal 21 Juni 1852.
Lie Ping baru berhenti dari posisi letnan dan wijmeester di tahun 1862.
Lie Ping baru berhenti dari posisi letnan dan wijmeester di tahun 1862.
Dengan
beslit Gubernemen, per tanggal 21 Juni 1865 Letnan Sie Sieuw diangkat menjadi
Kapten Tionghoa Manado menggantikan Ong Hap, serta Ong Bondjie sebagai Letnan
merangkap Wijkmeester Kampung Cina Manado serta anggota Wes-en Boedelkamer
hingga April 1875.
Sie Sieuw yang ditulis dengan nama lain Sie Sieo dan juga Si Seo menjabat kapten selama sepuluh tahun.
Sie Sieuw yang ditulis dengan nama lain Sie Sieo dan juga Si Seo menjabat kapten selama sepuluh tahun.
Pria Tionghoa Manado 1873. *) |
Potret
Letnan Tionghoa Manado tahun 1873 koleksi KITLV adalah gambaran Ong Bondjie. Tahun
1875 Ong Bondjie naik dari letnan menjadi kapten. Ong Bondjie tidak lama menjabat
kedudukan kapten. Mei 1878, ia diberhentikan dengan hormat bersama-sama dengan
Letnan Que Ing Hin (baca: Manado Tahun 1870).
DERMAWAN ONG TJENG HIE
Sebagai
pengganti Ong Bondjie, adalah anaknya bernama Ong Tjeng Hie yang berprofesi sebagai
pedagang sukses di Manado.
Ong Tjeng Hie resminya telah menjalankan tugas kapitein sejak tanggal 22 Januari 1878. Menyusul, dilantik Letnan akhir bulan September 1878 adalah Po Hok Goan, juga pedagang.
Ong Tjeng Hie resminya telah menjalankan tugas kapitein sejak tanggal 22 Januari 1878. Menyusul, dilantik Letnan akhir bulan September 1878 adalah Po Hok Goan, juga pedagang.
Pribadi
Kapitein Ong Tjeng Hie adalah seorang yang sangat murah hati dan dikenal luas
karena kedermawanannya. Kalangan Belanda, termasuk para pejabat hingga Residen
Manado menyeganinya. Ia tidak segan-segan mengeluarkan uang pribadinya untuk
kepentingan masyarakat Tionghoa Manado yang ketika itu mengalami masa-masa
sulitnya. Satu koran di masa itu memujinya sangat penuh pengabdian dan setia
dalam tugasnya mengikuti jejak dan langkah ayahnya Ong Bondjie. Ia pun digambarkan sebagai
salahsatu teladan dan contoh dari watak baik orang Tionghoa Manado.
Untuk
mengurangi kemiskinan di kalangan penduduk Tionghoa masa itu, Kapitein Ong
Tjeng Hie turun langsung ke rumah-rumah masyarakatnya, bukan hanya memberikan
nasihat, tapi juga bantuan. Pokoknya, masanya tidak ada seorang pun Tionghoa Manado
yang berkekurangan terlantarkan dari perhatiannya.
Parade Tahun Baru Cina 1873. *) |
Amalnya
terentang melebar hingga ke luar Kampung Cina Manado. Ketika terjadi kelaparan
besar di Gorontalo masa kepemimpinan Asisten-Residen D.F.W.Mijer (September 1875-Mei 1878), Ong Tjeng Hie
tercatat menjadi orang pertama yang memberikan bantuan, dengan mengirimkan berton
jagung ke Gorontalo. Jagung ketika itu, sebagai makanan utama penduduk.
Tahun
1893 ketika Gunung Awu di Sangir Besar meletus memuntahkan abu dan lava, Ong
Tjeng Hie yang sebenarnya tidak berharta lagi, tetap membantu sebuah komite mengumpul
bantuan untuk penduduk miskin yang dibentuk di Manado. Ia mengirim langsung ke
Sangir bahan makanan untuk meringankan penderitaan masyarakatnya.
Boleh
dikata Kapitein Ong Tjeng Hie kehilangan hampir semua miliknya ketika Kampung
Cina Manado dilanda kebakaran hebat yang menghancur-leburkannya bulan September
1880. Kerugian akibat kebakaran Kampung Cina itu diperkirakan mencapai dua juta gulden.
Namun, Ong Tjeng Hie masih membantu sebanyak kemampuannya, dengan membayar pajak usaha kurang mampu warganya. Ia pun memimpin pembangunan kembali Kampung Cina lama dan baru Manado, melewati pula hantaman bencana banjir dahsyat di tahun 1883 .
Namun, Ong Tjeng Hie masih membantu sebanyak kemampuannya, dengan membayar pajak usaha kurang mampu warganya. Ia pun memimpin pembangunan kembali Kampung Cina lama dan baru Manado, melewati pula hantaman bencana banjir dahsyat di tahun 1883 .
Keuletan
usahanya, membuat Ong Tjeng Hie bangkit kembali. Tanggal 24 September 1896, di
Manado keluar persetujuan tender penjatahan sementara bagi Kapitein Ong Tjeng
Hie. Ia mendapatkan ‘monopoli’ usaha untuk pengangkutan kopi, uang dan barang
pemerintah Belanda di Minahasa selama periode 1897-1901.
Namun,
dari pemerintah Belanda tidak diperoleh penghargaan untuk pengabdiannya,
seperti disesalkan di tahun 1898 di saat kepemimpinan Ong Tjeng Hie sebagai
Kapten Tionghoa Manado melewati usia 20 tahun. ‘’Sampai saat ini tak ada
tanda-tanda ia akan memperoleh penghargaan. Mungkin pria ini diabaikan,’’ tulis
koran Soerabaijasch Handelsblad.
Ong Tjeng Hie memang adalah Kapitein
der Chineezen Manado paling lama menjabat. Padahal letnannya Po Hok Goan telah
berhenti di bulan Mei 1885, dan digantikan Ong Tan Seng yang naik dari posisi
wijkmeester.
Ong Tan Seng kemudian menggantikan
Ong Tjeng Hie sebagai kapten 6 September 1899, dan Tjoa Tie Letnan bersamaan Ong Tan Seng. Kapten Ong Tan Seng diberhentikan dengan hormat Oktober 1904.
Penggantinya adalah Tjoa Tie (ditulis juga Tjo A Tie) yang sebelumnya menjabat
letnan.***
*).Foto koleksi KITLV Digital Media
Library.
BAHAN OLAHAN:
Google eBook:
-Almanak en
Naamregister van Nederlandsch-Indie voor het jaar 1842,1843,1848,1855,1859,1870,1890,1903,
Batavia, Ter Lands Drukkerij.
-De Moluksche
Eilanden, Reis van z.e.den Gouverneur-Generaal Charles Ferdinand Pahud door den
Molukschen Archipel, P.van der Crab, Batavia, 1862.
-Inilah Kitab
Batja akan Tanah Minahasa, N.Graafland, 1863.
-Reis Door de
Minahassa en den Molukschen Archipel, P.Bleeker, Batavia 1856.
-Travels in the
East Indian Archipelago, Albert S.Bickmore MA, London 1868.
Ensiklopedia Tou Manado.
Delpher Kranten:
Soerabaijasch Handelsblad 27 Mei 1885, 16 Juli 1898,
16 April 1907.
Bataviaasch Nieuwsblad 30 Oktober 1896, 21 Oktober 1904.
Bataviaasch Handelsblad 17 April 1875.
De Tijd 9 Desember 1880.
De Tijd 9 Desember 1880.
De Locomotief 18
Mei 1878, 4 Oktober 1878, 20 dan 23 Mei 1885.
De Sumatra Post
9 Oktober 1930.
Java Bode 17
April 1875.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.