Oleh: Adrianus Kojongian
Lukisan tenggelamnya HMS Resistance oleh Bernard F.Gribble *) |
Perubahan politik di Belanda, dengan larinya Stadhouder (Walinegara) Willem V ke Inggris tahun 1795 serta pembentukan Republik Bataafse dibawah kendali Perancis, berdampak juga di jajahannya Indonesia. Inggris lewat kongsi dagang East India Company (EIC) memanfaatkan peluang dengan mulai merebut pos-pos Belanda berdasar dokumen Kew dari Willem V yang memerintahkan pejabat Belanda menyerahkan wilayahnya dibawah perlindungan armada Inggris.
Bertolak
dari Madras India, armada EIC dibawah Rear-Admiral (Laksamana Muda) Peter
Rainier mengambil alih Ambon tanpa perlawanan tanggal 16 Februari 1796 dan
Banda dengan sedikit perlawanan tanggal 7 Maret 1796. Dari skuadronnya, HMS (Her Majesty’s Ship) Resistance dibawah
komandan Captain Edward Pakenham menjadi andalan. Resistance pun yang Juli 1795
menduduki Malaka, bersama-sama HMS.Orpheus dan Centurion.
HMS
Resistance yang bersenjatakan 44 meriam, sejak diluncurkan dari sungai Thames
London bulan Maret 1782 sudah dikomandani 3 orang, Captain James King, Commander
John O’Bryen dan sejak 24 Juli 1795 Captain Edward Pakenham.
Edward
Pakenham adalah anak Edward Pakenham dengan Elizabeth Weller dan cucu John
Weller seorang Laksamana Inggris terkenal.
Awal
bulan Maret 1797, kapal Resistance telah tiba di depan pelabuhan Manado,
ditemani HMS Orpheus dibawah Captain Henry Newcombe bersenjatakan 32 meriam. Kema telah dikuasai Pakenham tanggal 23 Februari sebelumnya, dan Pakenham mengirim seorang perwira dari Kema menuntut Residen Manado menyerahkan Fort Amsterdam.
HMS Orpheus. *) |
Residen Manado George Frederik Durr yang telah berkuasa sejak tahun 1793 dan diperintahkan Gubernur Ternate Johan Godfried Budach untuk mempertahankannya, menolak, dengan alasan belum ada instruksi dari Batavia. Namun, ketika kapal Pakenham tiba di Manado, ia ketakutan.
Tanpa perlawanan di tanggal 4 Maret 1797 ia menyerahkan Keresidenan Manado kepada Edward Pakenham. Durr berpikir ia toh menyerahkan teritorinya kepada mantan penguasanya, Walinegara Willem V van Oranje-Nassau berdasar dekrit Kew. Apalagi, diketahuinya Ambon yang dipertahankan dengan kuat oleh Gubernur Alexander Cornabe menyerah tanpa melawan, apalagi dirinya.
Dalam surat kepada atasannya, Durr mendalihkan tidak mampu mempertahankan Fort Amsterdam Manado hanya dengan seorang sersan dan 24 serdadu alifuru Minahasa yang dikhawatirkannya akan segera membuang senjatanya. Selain itu, dinding benteng begitu buruk, dan akan hancur terkena tembakan pertama¹.
Inggris segera menguasai Benteng Amsterdam dan menempatkan seorang perwira dan 20 serdadu. Menyatakan kesetiaannya kepada Inggris dan Walinegara Willem V, bekas Residen Durr dan para pegawainya diberi kepercayaan kembali oleh Edward Pakenham untuk menjalankan roda pemerintahan Keresidenan Manado, karena Inggris kekurangan personilnya. Bekas Sekretaris Werdemuller (Weydemuller), diangkat sebagai Komandan Pos di Kema. Sementara Residen Gorontalo Jacobus Josephus Bax terpaksa menyerah kepada Inggris tanggal 11 Mei 1797, karena 'ketidaksetiaan' beberapa kepala Gorontalo. Bax dan keluarganya dikirim ke Ambon dengan frigat Inggris Bombay.
Masa
Inggris ini, para bajaklaut Mangindano (Mindanau) betul-betul merajalela. Ketika
bulan Juli 1801 Amurang, pos Belanda terakhir yang diambilalih Inggris dikepung
40 perahu bajak laut Mangindano. Durr segera meminta bantuan pasukan Inggris dari
Ambon untuk mengatasinya. Bajak laut yang berkekuatan 1.200 orang pria dengan
modal duabelas senjata kuningan (8 dan 6 pon) itu telah mulai mendarat, ketika
kapal Inggris HMS ‘Swift’ tiba awal
bulan Agustus itu.
Swift bersenjatakan
20 meriam yang dikomandani Captain John Hayes segera menghancurkan kapal kawanan
bajak laut serta menewaskan 600 orang perompak. Ia kemudian mengejar sisa-sisa
bajak laut ke Kepulauan Sangir. Ternyata, para perompak menyempatkan menyamun
dan membakar Taruna serta menculik 200 wanita dan sejumlah pria. Naas, kapal
bajak laut tenggelam dan kebanyakan tewas. Hanya 1 wanita berhasil diselamatkan
oleh kapal Swift.
Dengan
persetujuan Amiens yang diteken 27 Maret 1802, Inggris harus mengembalikan
sebagian Indonesia timur yang didudukinya kepada Republik Bataafse, termasuk
Manado. Maka, Inggris menyerahkan kembali Minahasa sejak tanggal 1 Maret 1803,
meski secara resmi baru setelah Ternate diserahkan tanggal 5 Agustus 1803.
Carel Cristoffel Prediger mengambilalih pemerintahan dari Durr yang dipecat
tanggal 6 November 1803.
Gencatan
senjata Inggris-Perancis tidak berlangsung lama. Armada Inggris yang bermarkas
di India kembali berupaya mencaplok jajahan-jajahan Belanda yang kemudian
diperintah Louis Napoleon, adik Kaisar Perancis, menggantikan pemerintahan Republik
Bataafse.
Di tahun
1809 EIC mengirim espedisi besar dari India, dibawah pimpinan Rear-Admiral
William O’Bryen Drury. Jawa dan Maluku diblokade ketat, dan sebagai strategi
diputuskan Drury merebut jajahan Belanda di timur.
Captain
Edward Tucker, komandan HMS ‘Dover’ yang bersenjatakan 44 meriam dibantu HMS
Cornwalis dan Samarang, dengan mudah menaklukkan Ambon (19 Februari 1810). Lalu
dalam tempo dua minggu berikutnya mengambil Saparua, Haruku, Nusa Laut, Buru,
dan Manipa.
Edward
Tucker dengan Dover kemudian berlayar ke pelabuhan Gorontalo di Teluk Tomini.
Meski pun bendera Belanda berkibar di Benteng Nassau Gorontalo, ternyata tidak
ada pejabat Belanda di situ. Gorontalo hanya diatur oleh Sultan dan dua
putranya atas nama pemerintah Hindia-Belanda. Sultan dapat dibujuk untuk
melayani Inggris, sehingga Gorontalo resmi dikuasai tanggal 16 Juni 1810.
Meriam VOC. *) |
Sukses mengambilalih Gorontalo, Tucker segera berlayar ke Manado. Pertahanan Manado termasuk cukup kuat. Garnisunnya dipertahankan oleh 113 orang, termasuk pejabatnya, sementara Benteng Amsterdam dilindungi oleh dua baterai dengan 50 meriam terpasang. Baterai terkuat berada di pinggir pantai, sementara baterai lainnya di atas bukit.
Pasukan
Inggris di HMS Dover sendiri berjumlah lebih dari 200 orang, terdiri pelaut dan marinir (85
orang), lalu detasemen artileri (46 orang) dan Madras European Regiment (130 orang), ditambah serdadu Ambon.
Frigat
Inggris itu siap menggempur Manado, tapi sebelum memulai serangannya Edward
Tucker mengirim utusan dengan bendera gencatan senjata dan surat kepada Marinus
Balfour Residen Manado untuk menyerahkan Manado tanpa melakukan perlawanan.
Para
pegawai sipil Belanda diberi kesempatan bebas kembali ke Jawa, namun semua
militer akan menjadi tawanan perang, sampai nanti diberikan pembebasan
bersyarat. Tanpa menunggu lama Marinus Balfour menerima semua persyaratan
Edward Tucker. Maka, Manado dan semua wilayahnya serta harta milik Belanda lainnya,
termasuk meriamnya jatuh ke tangan Inggris, tanggal 24 Juni 1810.
Pengambilalihan
Manado itu dilakukan oleh para marinir dibawah komando Letnan Higginson dengan
dibantu Letnan Fireworker Thomas Nelson dari pasukan artileri, ditambah 30
pasukan Ambon.
Penaklukan
Edward Tucker kemudian berlanjut ke Ternate yang kemudian jatuh tanggal 31
Agustus 1817. Seluruh Hindia-Belanda akhirnya dikuasai Inggris setelah Batavia
diduduki dan Gubernur Jenderal Jan Willem Janssens menyerah.
KONTRAK
Berbeda
dengan kejadian tahun 1797, pejabat Inggris langsung mengendalikan Keresidenan
Manado. Letnan Thomas Nelson ditunjuk menjadi Residen di Manado. Kemudian hari
ia digantikan Letnan John Cursham.
Dengan
para kepala balak Minahasa, Residen Thomas Nelson membuat kontrak baru,
terutama dalam hal pemasukan hasil untuk EIC. Begitu pun dengan para raja di
kawasan Sulawesi Utara lainnya, termasuk dengan raja-raja di wilayah yang sekarang
menjadi Sulawesi Tengah.
Fort (Nieuw) Amsterdam tahun 1910. *) |
Kontrak-kontrak tersebut adalah dengan para kepala Minahasa tanggal 14 September 1810. Tanggal 19 Januari 1811 dengan Raja Manganitu. Tanggal 1 April 1811 dengan Raja Bolaang Itang. Tanggal 10 April 1811 dengan Raja Taruna (Tahuna). Tanggal 20 Juni 1811 dengan Raja Bolaang-Mongondow. Tanggal 10 Oktober 1811 dengan Raja Atinggola dan Raja Buol.
Di
tahun 1812, kontrak ditandatangani dengan RajaTabukan tanggal 10 Februari, dan
dengan Raja Tagulandang tanggal 25 Maret.
Anehnya,
tidak ada kontrak antara Inggris dengan sejumlah raja lain yang berada dalam
pengawasan Residen Manado, termasuk Gorontalo dan daerah teritorialnya. Seperti
dengan Raja Siau dan Kandahar (Kandar) di Kepulauan Sangir. Begitu pun tidak
dibuat kontrak antara EIC dengan raja-raja Gorontalo, Limboto, Bolango, Bone,
Boalemo, Parigi, Bintauna dan Tontoli (Toli-Toli).
NASIB DUA EDWARD
Kedua
Edward penakluk Manado memiliki akhir berbeda. Penakluk Manado tahun 1810, kelak
memperoleh gelar kebangsawanan Inggris, sehingga namanya menjadi Captain Sir
Edward Tucker RN. Di masa kekuasaan Raffles, perwira dari Bombay Marine Regiment ini menjabat Deputy Pay-master General di General Staff Army. Bekas kapalnya HMS Dover tahun 1811 mengalami kerusakan
Nasib mengenaskan
justru menimpa Edward Pakenham, penakluk Manado tahun 1797. Kakak kandung dari Vice Admiral John Pakenham ini,
tenggelam bersama kapalnya Resistance di Selat Bangka tanggal 24 Juli 1798.
Penyebabnya
tidak dapat dijelaskan, tapi mungkin karena sambaran petir, lalu meledak dan
tenggelam ke dasar laut. Ada dua versi jumlah
korbannya. Versi pertama, terdapat 345 orang di kapal tersebut. Sejumlah 332
orang tewas, dan 13 selamat. Yang selamat, menempel di reruntuhan kapal,
membangun rakit dan berlayar ke Sumatera. Tapi, badai tiba-tiba muncul. Hanya
lima orang selamat mencapai Sumatera dan dipenjarakan orang Melayu. Dan, akhirnya
hanya satu yang berhasil lolos, diselamatkan dibawa kapal Carysfort ke London
16 November 1799.
Versi
kedua yang beredar, kapal Resistance saat itu membawa Pakenham, petugas dan
awak terdiri 250 pelaut dan 30 marinir, ditambah 14 tahanan Spanyol dan
beberapa penumpang. Mereka semua tewas setelah kapal meledak dan tenggelam.
Yang selamat empat orang, dan hanya satu yang akhirnya tiba kembali di London.
Inilah dua surat Captain Edward Tucker kepada Rear-Admiral
William O’Bryen Drury, dengan sebuah salinan suratnya kepada Residen Manado
Marinus Balfour.
H.M.S. Dover, at Sea, off Gorontalo, June 16.
Sir,
In prosecution of your excellency’s orders to distress
the enemy as much as possible in the Molucca sea, I beg leave to inform you, that, after having
sent all the Dutch officers and troops from Amboyna to Java, I proceeded to the Dutch port of Gorontello,
in the bay of Tommine, on the northern part of the Island of Celebes, where I
found the colours of the King of Holland flying on the fort, and on the three
batteries at the entrance of the harbour.
Finding, however, that no Dutch officer had charge of these post, but that the whole settlement was vested in
the hands of the sultan and his two son (who bore Dutch commissions) for the
Dutch company, I therefore, instead of
making a descent, landed, and waited upon his majesty, to whom I addressed a letter. The proposals contained in this letter having
been duly considered by his majesty and the nobles in council, were acceded to
with satisfaction. The Dutch colours
were hauled down, and the British supplied their place in Fort Nassau, under
every demonstration of their attachment to the English government.
Having thus opened a large proportion of this part of the
Celebes to the English trade, from whence also various kinds of supplies can be
constantly thrown into our possessions in the Moluccas it is my intention to proceed to Manado, where
there is a very good fort, with a heavy battery in front, close to the sea, and the fort again
commanded by a battery on a hill immediately over it, and front whence musketry
can play ino the fort; but as the ship
can be brought to bear on the latter and lower battery, and 60 picked men,
under Liutenants Incledon and Higginson, are ready to storm the battery on the
hill, I have no doubt but the attack will be successful.
To Rear-Admiral DRURY,
&c.&c. (Signed,) EDWARD TUCKER.
H.M.S.Dover, Manado Roads, June 25.
Sir,
Conformably to my intentions as expressed in a former
letter to your excelleency, dated the 16th
inst.off Gorontello, I proceeded to Manado, where I arrived yesterday at two
p.m.; and having taken up a station in
his Majesty’s ship under my command to the right of Fort Amsterdam, and well
reconnoitred the positions, I instantly
sent a flag of truce on shore, with a summons to the governor, a copy of which
I herewith inclose.
The enemy having thought proper to accede to the terms
proposed, the marines were landed, under
the command of Lieutenant Higginson, assisted by Lieutenant Fireworker Nelson
of the Honourable Company’s coast artillery, and 30 of the Amboynese troops,
embarked in the Dover for the purpose of garrisoning it after its capture, who
immediately took possession for his Majesty.
Had the enemy chosen the other alternative, I am well convinced, from the experience I
have repeatedly had, that the officers and men I have the honour to command,
would have added to the credit which they have already so well earned,
particularly in the attack of Amboyna.
The dependencies which have fallen with Manado are very
extensive, being the ports of Kemar, Le Copang, Amenang, and Tawangwoo; the
capture thereof, as well as Gorontello,
has been very opportune, as large supplies were preparing at all these
places, and ready to be shipped for the Isles of Ternate and Banda.
I have the honour to transmit returns of the garrison
found here, and of the ordnance in Fort Amsterdam and the adjacent batteries.
To Rear-Admiral DRURY,&c.&c. (Signed,) EDWARD TUCKER.
Copy of a letter to MARINUS BALFOUR, Esq.Prefect at Manado, dated Dover, off Castle Amsterdam, June 24.
Sir,_______ It has no doubt, ere this, been made known to
you, that the English are in
considerable force in these seas, and that the Island of Amboyna, with all its
dependencies, are already in their possession. You now see before your fort and
batteries an English frigate, ready to open her fire, and volunteers in her
boats, only waiting the order to land and storm your position: it remains for
you to decide on this point.
Being perfectly acquainted with the exact strength of
your garrison, and all your means of defence,
I am enabled to judge with what probability of success you can oppose
me; I therefore summon you to surrender the fort of Amsterdam, with all its
dependencies thereunto belonging. On
condition of your instantly complying and delivering up all public
property, I promise protection to the
persons and private property of the inhabitans;
that de Dutch civil servants shall be at liberty to return to Java: the military, being prisoners of war, may
likewise return there, on their parole of honour.
The officer in charge of this has instructions to wait
half an hour for your determination, which, should it be in the affirmative, be
pleased to notify by striking the colours of the fort; if in the negative, by hauling down the flag of truce.
(Signed,) EDWARD TUCKER.
RETURN of the Garrison found in Fort Amsterdam, Manado,
June 24.
1 Captain commandant,
3 lieutenants, 3 sergeants, 1 bombardier, 13 corporals, 1 fifer, 1 drummer, 70
privates, 1 boatswain, and 10
fore-mast-men.
Total, including
officers, 113.
RETURN of Ordnance found at Manado, June 24.
1 Brass 6-pounder, 4
ditto 1-pounders, and 5 ditto½-pounders.
3 Iron 12-pounders, 5
ditto 8-pounders, 9 ditto 6 pounders, 6 ditto 4-pounders, 5 ditto 2-pounders,
and 14 ditto 1-pounders.
Total, 50 guns.
-----
¹
Pertahanan Manado masa Residen George Frederik Durr, per tanggal 31 Agustus 1796 terdiri besi: 8 pon (2), 6 pon
(8) dan 4 pon (2). Logam: 4 pon (15) dan 1 pon (1). Total 28 senjata, Sementara kekuatan Garnizun
Manado per 31 Juni 1796 terdiri: 1 sergeant, 5 korporaal, 1 tamboer pijper, 37
soldaten, 1 kanonnier, 3 bosschieters dengan total 48 personil.
*). Lukisan Gribble Nick, freepages.genealogy.rootsweb.ancestry.com dan lain-lain.
Foto koleksi
KITLV dan National Archives of the Netherlands
SUMBER:
-The Naval Chronology of Great
Britain; or, An Historical Account of Naval, James Ralfe. Digitized by Google.
-Full text of Commodore Sir John Hayes
His Voyage and Life (1767-1831), Ida Lee, 1912, California Digital Library.
-The Naval History of Great Britain,
from the Declaration of War by France, in Februari 1793, William James, London
1826. Digitized by Google.
-Zamengesteld en Uitgegeven op last
van de Nederlandsch-Indische Regering, Mr.J.A.van der Chijs, Inventaris van ‘s
lands Archief te Batavia, KITLV.
-De Verdediging van Ternate onder den Gouverneur Johan Godfried Budach 1796-1799,
-De Verdediging van Ternate onder den Gouverneur Johan Godfried Budach 1796-1799,
-P.A.Leupe, Bijdragen T.L.V., Achtste Deel, Digitized by Google.
-Genealogical Edward Pakenham, The Peerage.
-Genealogical Edward Pakenham, The Peerage.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.