Oleh: Adrianus Kojongian
Dari
Bolaang-Mongondow, selain Raja Salomon Manoppo yang diinternir ke Kaap de Goede
Hoop Afrika Selatan dan Raja Johannis Manuel Manoppo yang dibuang di Bagelan,
ada juga anak Raja Salomon Manoppo yang ikut dibuang di Kaap de Goede Hoop, yang
sekarang berkembang menjadi Cape Town. Bahkan, Eugenius Manoppo, putra Raja
Salomon ini telah diasingkan di Robben Island.
Robben
Island terkenal di dunia, karena Nelson Mandela, pemenang Nobel
dan bekas Presiden Afrika Selatan pernah dipenjarakan di pulau tersebut selama
18 tahun.
Ketika
masih menjadi koloni Belanda, banyak orang Indonesia, termasuk dari Sulawesi
Utara pernah dibuang ke Tanjung Harapan atau dalam bahasa Belanda Kaap de Goede Hoop atau Cape of Good Hope dalam bahasa Inggris. Selain tahanan
politik, ada budak-budak yang mesti bekerja paksa. Sejarawan Afrika
Selatan Dr.A.J.Boeseken mencatat selang 1658 sampai 1700, terdapat 189 budak
asal Indonesia dengan persentase 14,58 persen dari keseluruhan populasi budak
di Kaap de Goede Hoop.
Eugenius
Manoppo sendiri adalah anak Raja Salomon Manoppo dengan Putri (Bua) Pogoe. Ayahnya sempat diinternir Kompeni
Belanda ke Kaap de Goede Hoop tahun 1748. Karena perlawanan rakyat Bolaang-Mongondow dibawah
Sadaha bernama Janbat (lebih dikenal sebagai Sahada Jambat), ayahnya
dipulangkan tahun 1754 dan diangkat kembali menjadi Raja Bolaang-Mongondow
Ayahnya
Raja Salomon meninggal 30 Agustus 1764. Sebagai putra mahkota, Eugenius Manoppo mesti bersaingan tahta dengan pamannya Jacobus Manoppo (2), sehingga baru di tanggal 31 Januari 1767, ia diangkat sebagai Raja Bolaang-Mongondow yang baru.
Kendati demikian
ada pendapat lain, bahwa nanti di Benteng Orange Ternate tanggal 23 Februari 1767, Eugenius Manoppo dilantik secara resmi dalam martabat raja. Hari itu bersama mantri bobatonya (Rijksgrooten) ia meneken
pembaruan dan amplifikasi kesepakatan dengan Kompeni Belanda yang diwakili Gubernur dan
Direktur Maluku Hendrik Breton atas nama Gubernur Jenderal Petrus
Albertus van der Parra. Kontrak terakhir dengan Kompeni ditandatangani ayahnya
Salomon Manoppo tanggal 15 Maret 1756 dengan Gubernur Maluku Jan Elias van Mijlendonk.
Salah satu dari ke-24 pasal
perjanjian yang diteken Raja Eugenius adalah mengingatkannya untuk menghindari kesalahpahaman dan perselisihan seperti
terjadi tahun 1714 dan 1731 di masa pemerintahan Raja Jacobus Manoppo dan Franciskus
Manoppo. Ini berkaitan perlintasan di batas-batas dengan Minahasa di Poigar, Pontak
dan Buyat. Begitu pun agar tidak lagi berpretensi atas negeri Tonsawang, Ponosakan
dan Amurang.
Zendeling W.Dunnebier
singkat sekali membahas perjalanan sejarah Raja Eugenius Manoppo, dan tidak menyebut apabila
ia kemudian telah ditahan Kompeni Belanda.
Dunnebier mengutip
Mededeelingen van wege het Nederlandsch Zendelinggenootschap volume 11(1867) menyebutkan
kalau Raja Eugenius Manoppo memerintah tidak lama karena telah menjadi gila, sehingga pamannya Christoffel Manoppo di tahun 1770
telah diangkat menjadi Regent.
SAKIT
SAKIT
Tulisan dari sejarawan
Afrika Selatan yakni H.C.V.Leibbrandt dan Dr.Harriet
Deacon yang justru mengungkap bilamana Raja Eugenius Manoppo telah menjadi
tahanan politik di Robben Island. Raja Eugenius ditahan Kompeni Belanda di
tahun 1769.
Sayang tidak diperoleh data alasan pemberhentian kemudian penahanannya tersebut. Boleh jadi karena klaimnya terhadap
bagian yang telah dimiliki Minahasa, atau karena ia menerima aliran pengungsi dari Minahasa.
Dunnebier sendiri memberi fakta pada kemungkinan Raja Eugenius Manoppo tidak
memenuhi kontrak, seperti dikhawatirkan Gubernur Hendrik Breton dalam memori
serahterima jabatan 3 Agustus 1767. Orang
Minahasa yang lari ke Bolaang-Mongondow tidak dikembalikannya.
Dari
ikhtisar arsip Cape of Good Hope nomor 90 tanggal
26 April 1770, dicatat Raja Bolaang-Mongondow Eugenius Manoppo tiba di
Ternate tahun sebelumnya (1769). Dari Ternate ia dibawa ke Batavia dengan
kapal Oosthuijsen. Kemudian dengan resolusi dari Raad van Justitie Batavia (Council
of Batavia) tanggal 27 Oktober 1769, ia dikirim ke Cape of Good Hope dengan menggunakan
kapal Vredesteijn.
Kapal Vredesteijn dengan tonase 880 yang dibangun tahun 1750, dipastikan bertolak dari Batavia tanggal
3 November 1769, serta tiba di Cape of Good Hope tanggal 3 Februari 1770.
Kondisi kesehatan
bekas Raja Eugenius Manoppo juga dicatat. Meski sakit, ia tidak disebut menderita
sakit ingatan. Memang, sejak dibawa ke Batavia dari Ternate kondisinya
digambarkan sangat sakit. Apalagi saat dalam perjalanan dari Batavia ke Cape. Catatannya, ‘’dia tidak hanya dalam keadaan menyedihkan ini. Tapi, alih-alih
mendapatkan yang lebih baik, justru (kondisinya) semakin buruk.’’
Selain tidak memiliki
apa-apa, akibat dari tubuhnya yang lemah, mantan Raja Eugenius Manoppo pun tidak mampu mengambil sesuatu
dengan tangannya. Karena itu, ia telah meminta Gubernur
Jenderal P.A.van der Parra jumlah (tunjangan) bulanannya agar dapat memungkinkan
untuk kehidupannya di pengasingan.
BANGUN RUMAH
BANGUN RUMAH
Ternyata pula, bekas Raja
Eugenius Manoppo bisa hidup normal di pengasingannya di Pulau Robben. Sebab,
dicatat kemudian kalau mantan raja tersebut telah 'menghibur dirinya' dengan membangun
sebuah rumah kecil dari batu.
Tahanan di Robben
Island sebagian besarnya dijatuhi hukuman kerja paksa di pulau tersebut. Namun
beberapa orang buangan dari timur yang berkedudukan lebih mulia, termasuk mantan Raja
Eugenius Manoppo dan empat orang lainnya yang berstatus tahanan politik, dibebaskan dari
hukuman kerja paksa.
Pekerjaan para tahanan
ini adalah mengumpulkan kerang dan batu dari tambang untuk dikirim ke Cape
Town. Suatu hari, meski tidak bekerja, ketika Eugenius Manoppo mengejar hak
istimewanya untuk biaya hidupnya, ia telah terkunci di malam hari. Sang mantan raja kemudian telah
dihibur oleh penguasa Robben Island, yakni Postholder Carl Christian Bernhardi serta
diberikan tempat terpisah dari tempat tinggal tahanan. ***
*).Kroping dari The Island: A History of Robben Island 1488-1990
BAHAN OLAHAN:
Dutch-Asiatic Shipping in the 17th
and 18th Centuries, J.R.Bruijn, Vol.3
Ensiklopedia Tou
Manado.
Over de Vorsten van Bolaang Mongondow, W.Dunnebier,
Bijdragen tot de Taal-,Land-en Volkenkunde, Deel 105 (1949).
Precis of the archives of the Cape of
Good Hope,
Vol II. 1715-1806,
H.C.V.Leibbrandt, 1906, www.ebooksread.com.
Slaves and Free Blacks at the Cape,
1658-1700,
Dr.A.J.Boeseken, 1977.
The Island: A History of Robben Island 1488-1990, Harriet Deacon, 1996.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.