Oleh: Adrianus Kojongian
Ketika diangkat jadi perwira 1910. *) |
Tidak
banyak orang mengetahui H.F.Lumentut adalah orang Minahasa—bahkan pula
Indonesia pertama-- yang berhasil meraih pangkat tertinggi dalam kemiliteran
kolonial, yakni Letnan Kolonel. Kendati pangkatnya dalam bidang kesehatan
militer, namun, masa itu merupakan prestasi luar biasa yang mampu dicapai
seorang pribumi Indonesia.
Dokter
bernama lengkap Heinig Frederik Lumentut telah mencapai pangkat sebagai Letnan
Kolonel sejak Februari 1929. Orang Minahasa lain yang memperoleh pangkat
demikian adalah dokter J.A.J.Kawilarang, meraihnya Februari 1931. Sementara pangkat
Letkol dari Dr.Roland Tumbelaka diterimanya September 1945, lebih sebagai
kehormatan, bukan melalui pencapaian masa kerja.
Dokter
Lumentut sendiri lebih terkenal sebagai ahli bedah, kandungan dan radiologi. Di
dekade tahun 1920-an namanya banyak menghiasi media, terkenal di kalangan medis
karena penelitian serta teorinya tentang penyakit kanker yang di masa itu
dikenal dengan nama ‘Teori Lumentut’.
Bulan
September 1926 berstatus Kepala Dinas Kesehatan Militer di Militair Hospital (Rumah Sakit Militer) Batavia, ia melakukan studi
khusus kanker selama dua tahun di Eropa. Dokter Lumentut antara lain
mengunjungi Instituut du Radium
Paris, bagian dari Institut Pasteur, dibawah pimpinan Profesor Claus Regaud,
dimana Madame Marie Curie bekerja. Madame Marie Curie adalah penemu 2 unsur
radioaktif, yakni polonium dan radium. Ia memenangkan hadiah Nobel 2 kali,
fisika di tahun 1903 dan kimia tahun 1911.
Dokter
Lumentut mengunjungi pula Kankerinstituut
di Amsterdam. Ia serius melakukan penelitian kanker dibawah Profesor Dr.Wilhelm
Eduard Ringer dari Laboratorium Universiteit Utrecht di tahun 1927.
ANGGOTA DEWAN
Dokter
Lumentut lahir di Kwandang sekarang Provinsi Gorontalo 3 Februari 1884. Ayahnya
J.W.Lumentut masa itu bekerja sebagai Jaksa Landraad
Gorontalo sampai tahun 1890 ketika dipindah jadi Adjunct-Hoofddjaksa Landraad
Manado.
Bulan
Maret 1898 Lumentut muda berangkat ke Jakarta untuk studi dokter Jawa. Ia lulus
sebagai Inlandsch Arts dari STOVIA tanggal 1 November 1906.
Jadi
dokter pribumi yang masih disebut Dokter Djawa alias Inlandsche arts, ia
berdinas singkat dalam Burgerlijken
Geneeskundigen Dienst (BGD, Dinas Kesehatan Sipil) di Stadsverband Surabaya.
Awal Maret 1907 ia berhenti, dan jadi dokter partikulir di Onderneming
Indragiri Riau.
Tahun
1909 Lumentut berangkat ke Negeri Belanda, melanjutkan pendidikan kedokteran
untuk mencapai gelar arts (dokter) di Universitas Amsterdam. Ketika kuliah inilah, ia jadi aktivis sebagai
anggota Indische Vereeninging bersama
tokoh lain Indonesia. Indische Vereeniging yang berdiri di Leiden kelak menjadi
Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI). Ia pun salah seorang tokoh yang terkenal
di Amsterdam menyerukan agar dilakukan perombakan terhadap pelayananan
kesehatan rakyat Indonesia di tahun 1910.
Lulus
dokter Belanda dengan diploma arts 3
Juni 1910, Lumentut segera masuk Militair
Geneeskundigen Dienst (MGD, Dinas Kesehatan Militer). Terhitung 23 Juli
1910 dengan koninklijk besluit ia
diangkat sebagai Officier van Gezondheid
der 2de klas KNIL (Perwira Kesehatan kelas 2) atau Letnan Satu. Di
Amsterdam pula tanggal 27 Desember 1910 ia kawin dengan Marie Elisabeth Keller.
Tahun
1911, dokter Lumentut kembali ke Indonesia. MGD menempatkannya Februari 1911 di
tangsi Willem I, sekarang di Ambarawa. Tidak lama, Juli tahun itu juga dipindah
ke Kupang Timor, kemudian September 1911 di Pare-Pare Sulawesi Selatan.
Bulan
April 1914 dokter Lumentut dikaryakan pada Inspektur Geneskundigen Dienst Jawa
Timur, sebagai Gewestelijk Leider Dienst
der Pestbestrijding Keresidenan Madiun. Ia memperoleh promosi pangkat,
menjadi Officier van Gezondheid der erste klasse atau Kapten Juli 1918, lalu ditarik,
ditempatkan di Militair Hospitaal Batavia (sekarang RSPAD
Gatot Subroto).
Tahun
1920 Lumentut dikirim ke Belanda, memperdalam keahliannya di Amsterdam dan Den
Haag untuk menjadi ahli bedah dan radiologi dibawah pimpinan Prof.Dr.J.K.A.Wertheim
Salomonson dan Dr.Jan Schoemaker. Sementara waktu, sejak September 1920, ia
diangkat sebagai Hulpgeneesheer di Gemeenteziekenhuis Den Haag hingga
kembali ke Indonesia awal 1922.
Bulan
Maret 1922, dokter Lumentut bertugas di Surabaya, kemudian di Weltevreden April
1923, dan sejak April 1925 kembali di Militaire Hospitaal Batavia dengan
spesialisasi bedah, kandungan dan radiologi.
Di
Jakarta ini, bulan April 1924 ia dipilih menjadi anggota Dewan Kota (Gemeenteraad) Batavia. Kemudian pula
merangkap sebagai anggota Dewan Provinsi Jawa Barat (Provinciale Raad West Java) Desember 1925. Saat di Provincial
Raad tahun 1926, Lumentut terkenal memperjuangkan pemberian subsidi bagi Rumah
Sakit Zending Bajoe Asih (sekarang RSUD Bayu Asih) di Purwakarta. Kedua posisi wakil
rakyat itu dijabatnya sampai April 1927. Ia duduk mewakili Indo Europeesch Verbond (IEV), dimana ia jadi salah seorang
pengurus afdeeling Batavia.
Dokter
Lumentut pun membaktikan keahliannya dengan membantu sebagai dokter di Diaconessenziekenhuis Tjikini, sekarang
Rumah Sakit PGI Cikini. Juga di St.Carolus-Ziekenhuis
Batavia, sekarang Rumah Sakit Sint Carolus Jakarta.
Tanggal
11 Oktober 1926 pangkatnya naik menjadi Dirigeerend
Officier van Gezondheid klas dua atau Mayor, dan pada Februari 1929
memperoleh promosi sebagai Dirigeerend Officier van Gezondheid der eerste
klasse atau Letnan Kolonel. Ia dipensiun 1930.
Setelah
pensiun, dokter Lumentut tinggal di Surabaya, dan kemudian pindah di Amsterdam
Belanda, dimana ia meninggal tanggal 15 April 1936 dan dimakam di pekuburan
Nieuwe Ooster Amsterdam.
Putrinya
Elly Elisabeth Mathilda yang lahir ketika ia bertugas di Pare-Pare, mengikuti
jejaknya dengan menjadi dokter setelah lulus dari Universitas Amsterdam Mei
1938. ***
*). Foto Koleksi KITLV Digital Media
Library
BAHAN OLAHAN:
Delpher Kranten:
Algemeen Handelsblad 1926, 1936, Bataviaasch Nieuwsblad 1907, 1922, 1926,
1927; Bredasche courant 1936, De Indische courant 1927, De Sumatra Post 1910, 1926 1927; De Telegraaf 1936, De Tijd 1926, Het Centrum
1910, Het Nieuws van den Dag 1907,
1910, 1911, 1914, 1922, 1926, Nieuwe
Rotterdamsche Courant 1926, Soerabaijasch
Handelsblad 1898.
Ensiklopedia Tou Manado
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.