Sabtu, 03 Desember 2016

H.F.Lumentut, Perwira KNIL Ahli Kanker







                                                         Oleh: Adrianus Kojongian







Ketika diangkat jadi perwira 1910. *)







Tidak banyak orang mengetahui H.F.Lumentut adalah orang Minahasa—bahkan pula Indonesia pertama-- yang berhasil meraih pangkat tertinggi dalam kemiliteran kolonial, yakni Letnan Kolonel. Kendati pangkatnya dalam bidang kesehatan militer, namun, masa itu merupakan prestasi luar biasa yang mampu dicapai seorang pribumi Indonesia.

Dokter bernama lengkap Heinig Frederik Lumentut telah mencapai pangkat sebagai Letnan Kolonel sejak Februari 1929. Orang Minahasa lain yang memperoleh pangkat demikian adalah dokter J.A.J.Kawilarang, meraihnya Februari 1931. Sementara pangkat Letkol dari Dr.Roland Tumbelaka diterimanya September 1945, lebih sebagai kehormatan, bukan melalui pencapaian masa kerja.

Dokter Lumentut sendiri lebih terkenal sebagai ahli bedah, kandungan dan radiologi. Di dekade tahun 1920-an namanya banyak menghiasi media, terkenal di kalangan medis karena penelitian serta teorinya tentang penyakit kanker yang di masa itu dikenal dengan nama ‘Teori Lumentut’.

Bulan September 1926 berstatus Kepala Dinas Kesehatan Militer di Militair Hospital (Rumah Sakit Militer) Batavia, ia melakukan studi khusus kanker selama dua tahun di Eropa. Dokter Lumentut antara lain mengunjungi Instituut du Radium Paris, bagian dari Institut Pasteur, dibawah pimpinan Profesor Claus Regaud, dimana Madame Marie Curie bekerja. Madame Marie Curie adalah penemu 2 unsur radioaktif, yakni polonium dan radium. Ia memenangkan hadiah Nobel 2 kali, fisika di tahun 1903 dan kimia tahun 1911.

Dokter Lumentut mengunjungi pula Kankerinstituut di Amsterdam. Ia serius melakukan penelitian kanker dibawah Profesor Dr.Wilhelm Eduard Ringer dari Laboratorium Universiteit Utrecht di tahun 1927.

ANGGOTA DEWAN
Dokter Lumentut lahir di Kwandang sekarang Provinsi Gorontalo 3 Februari 1884. Ayahnya J.W.Lumentut masa itu bekerja sebagai Jaksa Landraad Gorontalo sampai tahun 1890 ketika dipindah jadi Adjunct-Hoofddjaksa Landraad Manado.

Bulan Maret 1898 Lumentut muda berangkat ke Jakarta untuk studi dokter Jawa. Ia lulus sebagai Inlandsch Arts dari STOVIA tanggal 1 November 1906.

Jadi dokter pribumi yang masih disebut Dokter Djawa alias Inlandsche arts, ia berdinas singkat dalam Burgerlijken Geneeskundigen Dienst (BGD, Dinas Kesehatan Sipil) di Stadsverband Surabaya. Awal Maret 1907 ia berhenti, dan jadi dokter partikulir di Onderneming Indragiri Riau.

Tahun 1909 Lumentut berangkat ke Negeri Belanda, melanjutkan pendidikan kedokteran untuk mencapai gelar arts (dokter) di Universitas Amsterdam.  Ketika kuliah inilah, ia jadi aktivis sebagai anggota Indische Vereeninging bersama tokoh lain Indonesia. Indische Vereeniging yang berdiri di Leiden kelak menjadi Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI). Ia pun salah seorang tokoh yang terkenal di Amsterdam menyerukan agar dilakukan perombakan terhadap pelayananan kesehatan rakyat Indonesia di tahun 1910.

Lulus dokter Belanda dengan diploma arts 3 Juni 1910, Lumentut segera masuk Militair Geneeskundigen Dienst (MGD, Dinas Kesehatan Militer). Terhitung 23 Juli 1910 dengan koninklijk besluit ia diangkat sebagai Officier van Gezondheid der 2de klas KNIL (Perwira Kesehatan kelas 2) atau Letnan Satu. Di Amsterdam pula tanggal 27 Desember 1910 ia kawin dengan Marie Elisabeth Keller.

Tahun 1911, dokter Lumentut kembali ke Indonesia. MGD menempatkannya Februari 1911 di tangsi Willem I, sekarang di Ambarawa. Tidak lama, Juli tahun itu juga dipindah ke Kupang Timor, kemudian September 1911 di Pare-Pare Sulawesi Selatan.

Bulan April 1914 dokter Lumentut dikaryakan pada Inspektur Geneskundigen Dienst Jawa Timur, sebagai Gewestelijk Leider Dienst der Pestbestrijding Keresidenan Madiun. Ia memperoleh promosi pangkat, menjadi Officier van Gezondheid der erste klasse atau Kapten Juli 1918, lalu ditarik, ditempatkan di Militair Hospitaal Batavia (sekarang RSPAD Gatot Subroto).

Tahun 1920 Lumentut dikirim ke Belanda, memperdalam keahliannya di Amsterdam dan Den Haag untuk menjadi ahli bedah dan radiologi dibawah pimpinan Prof.Dr.J.K.A.Wertheim Salomonson dan Dr.Jan Schoemaker. Sementara waktu, sejak September 1920, ia diangkat sebagai Hulpgeneesheer di Gemeenteziekenhuis Den Haag hingga kembali ke Indonesia awal 1922.

Bulan Maret 1922, dokter Lumentut bertugas di Surabaya, kemudian di Weltevreden April 1923, dan sejak April 1925 kembali di Militaire Hospitaal Batavia dengan spesialisasi bedah, kandungan dan radiologi.

Di Jakarta ini, bulan April 1924 ia dipilih menjadi anggota Dewan Kota (Gemeenteraad) Batavia. Kemudian pula merangkap sebagai anggota Dewan Provinsi Jawa Barat (Provinciale Raad West Java) Desember 1925. Saat di Provincial Raad tahun 1926, Lumentut terkenal memperjuangkan pemberian subsidi bagi Rumah Sakit Zending Bajoe Asih (sekarang RSUD Bayu Asih) di Purwakarta. Kedua posisi wakil rakyat itu dijabatnya sampai April 1927. Ia duduk mewakili Indo Europeesch Verbond (IEV), dimana ia jadi salah seorang pengurus afdeeling Batavia.

Dokter Lumentut pun membaktikan keahliannya dengan membantu sebagai dokter di Diaconessenziekenhuis Tjikini, sekarang Rumah Sakit PGI Cikini. Juga di St.Carolus-Ziekenhuis Batavia, sekarang Rumah Sakit Sint Carolus Jakarta.

Tanggal 11 Oktober 1926 pangkatnya naik menjadi Dirigeerend Officier van Gezondheid klas dua atau Mayor, dan pada Februari 1929 memperoleh promosi sebagai Dirigeerend Officier van Gezondheid der eerste klasse atau Letnan Kolonel. Ia dipensiun 1930.

Setelah pensiun, dokter Lumentut tinggal di Surabaya, dan kemudian pindah di Amsterdam Belanda, dimana ia meninggal tanggal 15 April 1936 dan dimakam di pekuburan Nieuwe Ooster Amsterdam.

Putrinya Elly Elisabeth Mathilda yang lahir ketika ia bertugas di Pare-Pare, mengikuti jejaknya dengan menjadi dokter setelah lulus dari Universitas Amsterdam Mei 1938. ***

*). Foto Koleksi KITLV Digital Media Library

BAHAN OLAHAN:
Delpher Kranten:
Algemeen Handelsblad 1926, 1936, Bataviaasch Nieuwsblad 1907, 1922, 1926, 1927; Bredasche courant 1936, De Indische courant 1927, De Sumatra Post 1910, 1926 1927; De Telegraaf 1936, De Tijd 1926, Het Centrum 1910, Het Nieuws van den Dag 1907, 1910, 1911, 1914, 1922, 1926, Nieuwe Rotterdamsche Courant 1926, Soerabaijasch Handelsblad 1898.
Ensiklopedia Tou Manado

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.