Oleh: Adrianus Kojongian
Raja Ram Soeit Ponto di sebelah Kontrolir Mr.J.Allart dan Pdt W.Dunnebier.. *). |
Bolaang-Itang
yang sekarang merupakan tiga kecamatan di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, semula
merupakan daerah bagian Kerajaan Kaidipang. Perjalanannya menjadi kerajaan sendiri harus melalui pertikaian panjang diantara para penguasanya dengan raja-raja Kaidipang.
Berawal dengan Linkakoa, atau Liunkakoa atau juga Sinkakoa. Dengan dukungan sekutu utama kerajaan Siau di Sangihe, penguasa Bolaang-Itang selang tahun 1670-1690-an itu dapat ‘memerdekakan’ diri, sehingga Linkakoa yang bernama resmi Magdalena Linkakoa beroleh julukan Radja Parampoewan.
Sayang, kepemimpinan Raja Parampoewan Linkakoa tidak pernah tercatatkan dalam versi sejarah Bolaang-Itang termasuk Kaidipang yang ada sekarang. Begitu pun dengan Raja Mau-Bilang (baca: Mengenal (Beberapa) Raja Kaidipang).
Berawal dengan Linkakoa, atau Liunkakoa atau juga Sinkakoa. Dengan dukungan sekutu utama kerajaan Siau di Sangihe, penguasa Bolaang-Itang selang tahun 1670-1690-an itu dapat ‘memerdekakan’ diri, sehingga Linkakoa yang bernama resmi Magdalena Linkakoa beroleh julukan Radja Parampoewan.
Sayang, kepemimpinan Raja Parampoewan Linkakoa tidak pernah tercatatkan dalam versi sejarah Bolaang-Itang termasuk Kaidipang yang ada sekarang. Begitu pun dengan Raja Mau-Bilang (baca: Mengenal (Beberapa) Raja Kaidipang).
Para
pengganti Linkakoa dari keluarga Ponto terus berjuang untuk memisahkan diri dari
Kaidipang. Terkenal kemudian Pangeran Claas Ponto yang menjabat Jogugu Bolaang-Itang
di periode pemerintahan Raja Kaidipang Willem Korompot dan Albert Korompot. Meski sempat didamaikan Kompeni di Ternate, sengketa terus berlanjut, berbuntut saling melaporkan. Pangeran Class Ponto terakhir dilaporkan 30 Mei 1734 oleh Raja Albert Korompot pada Komisaris Maluku
Johannes Bernard, namun dibantahnya dalam surat awal 1735.
Pertikaian dilaporkan masih berlangsung ketika Bolaang-Itang berada di bawah kepemimpinan Israel Ponto. Masa Israel Ponto, semakin kuat keinginan Bolaang-Itang menjadi kerajaan terpisah dengannya sebagai raja, seperti dicatat surat resmi Gubernur Jenderal Jacob Mossel 31 Desember 1757.
Pertikaian dilaporkan masih berlangsung ketika Bolaang-Itang berada di bawah kepemimpinan Israel Ponto. Masa Israel Ponto, semakin kuat keinginan Bolaang-Itang menjadi kerajaan terpisah dengannya sebagai raja, seperti dicatat surat resmi Gubernur Jenderal Jacob Mossel 31 Desember 1757.
Baru tahun 1793, Kompeni Belanda mengambil kebijakan memisahkan Bolaang-Itang dengan Kaidipang, dengan mengangkat Salmon (Salomon) Ponto sebagai Raja Bolaang-Itang yang pertama (versi lain pemisahan ini justru terjadi di masa pemerintahan Inggris).
Salah seorang permaisuri Raja Salmon adalah Silagonda Jacobus, putri Raja Siau Ismail Jacobus. Anaknya Daud Ponto menggantikannya di Bolaang-Itang, sedang anak lainnya Nicolas Ponto diangkat menjadi Raja Siau di tahun 1839.
Salah seorang permaisuri Raja Salmon adalah Silagonda Jacobus, putri Raja Siau Ismail Jacobus. Anaknya Daud Ponto menggantikannya di Bolaang-Itang, sedang anak lainnya Nicolas Ponto diangkat menjadi Raja Siau di tahun 1839.
Raja M.Daud Ponto resmi naik tahta mengganti ayahnya Salmon sejak 31 Oktober 1832. Kontrak
yang ditekennya dengan Residen Manado Albert Jacques Frederik Jansen yang mengunjungi Bolaang-Itang tanggal 24
Agustus 1857 telah mengakhiri pengangkatan raja baru secara adat seperti yang terjadi
sebelumnya. Karena dengan perjanjian tersebut memberikan Belanda hak istimewa untuk
menunjuk dan memberhentikan para Raja Bolaang-Itang.
Tambahan kontrak diteken Raja Daud Ponto 19 September 1859. Para mantrinya ikut bertanda adalah: Jogugu Togupas (Togupat), Marsaole Adam dan Binol, Walapulu Lesaro, Hukum Kolano, Sangaji Kadasinan, Kimalaha Milikolo serta Kapitan Raja Pahulij dan Openg.
Tambahan kontrak diteken Raja Daud Ponto 19 September 1859. Para mantrinya ikut bertanda adalah: Jogugu Togupas (Togupat), Marsaole Adam dan Binol, Walapulu Lesaro, Hukum Kolano, Sangaji Kadasinan, Kimalaha Milikolo serta Kapitan Raja Pahulij dan Openg.
Raja
Daud Ponto termasuk salah seorang raja di Keresidenan Manado yang berkuasa
paling lama, memerintah selama 32 tahun, hingga meninggal tahun 1864. Ia
mempunyai dua putra. Jacobus Ponto yang tanggal 26 September 1850 diangkat
menjadi Raja Siau menggantikan pamannya Nicolas Ponto; serta Israel Ponto (2) yang
diangkat jadi Raja Bolaang-Itang menggantikannya sejak 29 Agustus 1864.
Masa
pemerintahan Raja Israel Ponto, agama Islam tumbuh subur di Bolaang-Itang dengan
kedatangan Imam Safi di bulan Juni 1870 yang bergiat memberikan pelajaran
agama. Kemudian juga di tahun 1874 singgah Mohamad Amin, orang Arab yang datang
dari Singapura.
Raja
Bolaang-Itang berikutnya adalah Togupat Ponto, dilantik dengan kontrak tanggal 6 Oktober 1873
menggantikan Israel Ponto. Ia menjabat singkat sekali karena diberhentikan
tahun 1874, berakibat untuk beberapa waktu terjadi kekosongan pemerintahan di Bolaang-Itang. Mantan Raja Togupat diasingkan Belanda di Ternate, namun kemudian pulang kembali ke Bolaang-Itang.
Baru
di tanggal 7 Oktober 1875 Ali Padir Ponto dilantik resmi di Manado sebagai pengganti Togupat Ponto. Ini setelah Ali Padir Ponto meneken Akte van Verband dengan Residen Manado Mr.Samuel
Corneille Jan Wilhelm van Musschenbroek. Beslit pengukuhan Ali Padir Ponto sebagai Raja dari
Gubernur Jenderal Johan Wilhelm van Lansberge baru turun tanggal 25 Oktober 1876 bernomor 3.
Namun
kemudian dengan berbagai tuduhan,dengan berpatokan kontrak 24 Januari 1857, Residen
Manado pengganti Musschenbroek yakni Anthonie Hendrik Swaving mencopot jabatan Raja Ali Padir Ponto. Pencopotan oleh Swaving diperkuat keputusan Gubernur
Jenderal van Lansberge tanggal 15 Maret 1877.
Pada tanggal 25 Februari 1883 disetujui sebagai Raja Bolaang-Itang yang baru Suit Ponto. Raja Suit sebenarnya mulai memerintah sejak dipilih oleh para mantri Bolaang-Itang 14 Desember 1880, setelah lama terjadi kekosongan posisi raja setelah pemberhentian Ali Padir Ponto.
Pengganti Raja Suit Ponto adalah Bondji Ponto, mulai memerintah Bolaang-Itang tahun 1887. Sampai tahun 1893 dinyatakan Raja Bondji belum dikonfirmasi. Ia telah meneken kontrak dengan Residen Manado Eeltje Jelles Jellesma 12 September 1895 dan tambahan kontrak 25 Juli 1897. Kontrak terakhir yang ditekennya 26 Maret 1901.
Raja Bondji terkenal sebagai pembaharu dengan membangun Komalig (istana) dan masjid. Sebuah sekolah didirikan pula dengan dipimpin guru N.L.Ponto. Lama memerintah, ia minta berhenti karena usia tua dan sakit. Resminya ia diberhentikan dengan hormat, berdasar beslit gubernemen 18 September 1906 nomor 10.
Dengan beslit 18 September 1906 itu telah diangkat Philip Ponto menjadi pejabat Raja Bolaang-Itang dengan sebutan President Raja. Namun, catatan lain menyebut Sinjo Ponto,anak Bondji Ponto yang menjabat Jogugu diangkat sebagai President Raja menjalankan pemerintahan Bolaang-Itang untuk sementara waktu setelah Bondji Ponto mengundurkan diri.
Pada tanggal 25 Februari 1883 disetujui sebagai Raja Bolaang-Itang yang baru Suit Ponto. Raja Suit sebenarnya mulai memerintah sejak dipilih oleh para mantri Bolaang-Itang 14 Desember 1880, setelah lama terjadi kekosongan posisi raja setelah pemberhentian Ali Padir Ponto.
Peta Bolaang-Itang dan Kaidipang 1897. |
Pengganti Raja Suit Ponto adalah Bondji Ponto, mulai memerintah Bolaang-Itang tahun 1887. Sampai tahun 1893 dinyatakan Raja Bondji belum dikonfirmasi. Ia telah meneken kontrak dengan Residen Manado Eeltje Jelles Jellesma 12 September 1895 dan tambahan kontrak 25 Juli 1897. Kontrak terakhir yang ditekennya 26 Maret 1901.
Raja Bondji terkenal sebagai pembaharu dengan membangun Komalig (istana) dan masjid. Sebuah sekolah didirikan pula dengan dipimpin guru N.L.Ponto. Lama memerintah, ia minta berhenti karena usia tua dan sakit. Resminya ia diberhentikan dengan hormat, berdasar beslit gubernemen 18 September 1906 nomor 10.
Dengan beslit 18 September 1906 itu telah diangkat Philip Ponto menjadi pejabat Raja Bolaang-Itang dengan sebutan President Raja. Namun, catatan lain menyebut Sinjo Ponto,anak Bondji Ponto yang menjabat Jogugu diangkat sebagai President Raja menjalankan pemerintahan Bolaang-Itang untuk sementara waktu setelah Bondji Ponto mengundurkan diri.
RAM SOEIT PONTO
Raja
Ram Soeit Ponto adalah raja sangat terkenal dan paling lama memerintah
dibanding raja lain dari Dinasti Ponto, bahkan rekor berkuasanya di zamannya mengalahkan
sesama raja di Keresidenan Manado termasuk pula raja-raja lain di Indonesia.
Raja
Ram yang dilahirkan tanggal 27 Januari 1864 menjabat sebelumnya sebagai
Marsaole di Distrik Boenong. Ia naik tahta Bolaang-Itang, resmi menggantikan Bondji Ponto dengan meneken Akte van Verband di hari Senin tanggal 18
Februari 1907 di Bolaang-Itang. Pengukuhan Gubernur Jenderal Johannes Benedictus van Heutsz keluar dengan beslit 26 Juni
1907 nomor 33. Kontrak tambahan dibuatnya dengan Kontrolir Bolaang-Mongondow Abraham Coomans 20
Februari 1907.
Ram Soeit Ponto
kemudian ditunjuk sebagai raja pertama (dan terakhir) dari kerajaan Kaidipang Besar
di Boroko yang menggabungkan kerajaan Kaidipang dengan kerajaan Bolaang-Itang. Ia resmi ditabalkan
sebagai Paduka Raja Kaidipang Besar tanggal 27 April 1913 dan dibeslit Gubernur
Jenderal 31 Juli 1913.
Raja
Ram meneruskan pembaruan yang dilakukan Raja Bondji. Areal persawahan di
kerajaannya diperluas, sehingga terjadi surplus beras yang sangat mencukupi
kebutuhan penduduk. Tahun 1929 ia membangun jembatan yang diberi nama Ponto
untuk memperlancar perhubungan dari Labuhan Boroko dengan Bintauna. Putrinya Bua
Juliana Ponto dikirimnya ke Bandung untuk belajar industri tenun modern selama satu
tahun. Ketika kembali, tahun 1932 sang putri membuka sebuah Weefschool (Sekolah Tenun) di ibukota
Kaidipang Besar Boroko.
Residen
Manado dan pemerintah Hindia-Belanda di Batavia sangat memuji kepemimpinannya.Tahun
1928 Raja Ram Soeit Ponto dianugerahi bintang emas kecil (klein
gouden ster). Kemudian bulan Juni 1937 bintang dengan derajat tertinggi
yang biasa diberikan Gubernur Jenderal ketika itu, yakni bintang emas besar (Groote Gouden ster) sebagai penghargaan
atas kesetiaan dan pengabdiannya.
Terakhir
Raja Ram menjadi anggota Dewan Raja-Raja Bolaang-Mongondow di tahun 1948. Lalu
ia membubarkan kerajaan Kaidipang Besar tanggal 7 Mei 1950, setelah berkuasa
selama lebih 43 tahun. Hampir enam tahun sebagai Raja Bolaang-Itang, dan lebih
37 tahun sebagai Raja Kaidipang Besar. Tanggal 15 November 1954 di Labuan
Boroko, mantan Raja Ram meninggal dunia dalam usia lebih 90 tahun, dengan
sejumlah koran Belanda memuat beritanya. ***
Para Penguasa Bolaang-Itang
Nama
|
Periode
|
Keterangan
|
Liunkakoa, Magdalena Linkakoa
|
Regent
|
|
Claas Ponto
|
Regent, Jogugu
|
|
Israel Ponto
|
Regent, Jogugu
|
|
Salmon Ponto
|
1793-1832
|
Raja
|
M.Daud Ponto
|
31 Oktober 1832-1864
|
Raja
|
Israel Ponto
|
29 Agustus 1864-1873
|
Raja
|
Togupat Ponto
|
6 Oktober 1873-1874
|
Raja
|
Ali Padir Ponto
|
7 Oktober 1875-15 Maret 1877
|
Raja
|
Suit (Soeit) Ponto
|
14 Desember 1880-1887
|
Raja
|
Bondji Ponto
|
1887-18 September 1906
|
Raja
|
Philip Ponto
|
18 September 1906
|
President Raja
|
Ram Soeit Ponto
|
18 Februari 1907- 27 April 1913
|
Raja
|
*). Foto Walter
Alexander Kaudern, koleksi Keluarga Ram Soeit.Ponto dari Ayi Modeong, peta koleksi SGD.
SUMBER TULISAN
Coolhaas, Dr.W.Ph., Generale Missiven van Gouverneurs-Generaal
en Raden aan Heren XVII. ‘s-Gravenhage, Martinus Nijhoff, 1960; dan dalam
Historici nl..
Delpher Kranten.
Ensiklopedia
Tou Manado.
Heeres, Jan Ernst, Frederik
Willem Stapel, Corpus diplomaticum
Neerlando-Indocum, vol.5, Martinus Nijhoff, ‘s-Gravenhage,1907. Buku
Google
.
.