Rabu, 05 Mei 2021

Koleksi Minahasa di Museum Etnologi Belanda







Kain Bentenan dari Ratahan yang langka. *

 

 

 

 

Cukup banyak koleksi etnologi berkaitan kebudayaan dan teknologi masyarakat Minahasa masa lampau. Termasuk yang berasal dari wilayah lain di Sulawesi Utara, Gorontalo dan Sulawesi Tengah yang sekarang berada di Negeri Belanda.

Semua ini terpelihara rapi dan menjadi koleksi Museum Nasional Etnologi atau yang dikenal dengan nama ‘s Rijks Etnographisch Museum atau juga Museum Volkenkunde di kota Leiden. Museum tersebut merupakan salah satu museum etnologis tertua di dunia berlokasi di Universitas Leiden.

Berdasar inventaris koleksinya, hanya di tahun 1927, menurut direkturnya ketika itu Dr.Hendrik Herman Juynboll, terdapat berbagai macam jenis barang-barang berasal Minahasa yang menggambarkan kebudayaan masa lampau.

Warisan budaya Minahasa tersebut antara lain alat-alat untuk makanan dan minuman serta merokok. Dapat disebut sosiru, kemudian gata-gata buluh, kotak rokok dari serat pakis atau dari jerami padi asal Tondano atau dari potongan daun pandan dari Manado. Sompoi dari potongan daun palem asal Tombulu serta dos sirih dari Manado.

Kemudian pakaian dan perhiasan. Ada kalung dari manik-manik bulat, ada dari kayu bulat, silinder berlapis emas dan cincin emas. Wiwin dari manik-manik segi delapan, kelana merah dirangkai cincin dan silinder tembaga berwarna kuning, kemudian gelang (batakeng) dari gading asal Bantik dan gelang dari karang.

Topi dari kulit kayu Lahendong buatan Kawangkoan 1893. Baju dari kayu Lahendong asal Kawangkoan. Baju dari kulit kayu kuning, juga dari kayu putih berasal Manado dan Lilang Kauditan. Selendang dari Manado. Sabuk pinggang dari kulit kayu Lahendong (lawen) asal Kawangkoan. Dan kain Bentenan (Ratahan kaiwu, Tombatu pinamakis) yang antik. Kain Bentenan ini telah dibeli dari Ratahan.

Untuk asesori terdapat sompoi dari kulit pohon asal Manado. Kostum lengkap Bantik dari katun putih, pakaian sehari-hari wanita dan pria Bantik serta kebaya dan rok sutra hitam Tonsea.

Objek arsitektur dan perlengkapan rumah tangga ada model rumah sembilan tiang dari Manado. Model rumah Bantik berbentuk bujur sangkar dengan delapan tiang. Bangku tetekelan dari Tondano, keset pintu rumah dari kepangan daun silar karya M.Loing dari Tondano. Beberapa tikar bangku dan pengalas meja lampu berasal Tondano. Kemudian gordin dari katun putih dengan gambar Ramayana, Sugriwa dan Hanuman, asal Airmadidi yang diduga diimpor dari India. 

Alas meja lampu Tondano.

 

Untuk penerangan ada obor dari damar yang dibungkus daun palem dan rotan. Barang rumah tangga lain ada epu dari daun pandan asal Tonsea, dan keranjang dari anyaman bambu Tonsea.

Objek budaya yang dikategorikan perlengkapan berburu dan untuk memancing. Ada wengkow (tombak berburu) dari besi lonjong asal Tomohon. Jaring lempar dari benang coklat halus Manado dan model perahu pelang dua cadik Manado dengan tiang bambu berkaki tiga dan dua layar yang digunakan memancing di laut lepas.

Koleksi pertanian antara lain tongkat gali Tomohon, alat pangkas rumput dari besi, model skop dari Manado, model pisau Manado. Tengkar atau pepekel dari kayu untuk penghancur tanah, serta sampel 57 varietas padi utama yang ditanam di lahan kering Minahasa.

Alat transportasi ada epol dari Picuan Motoling terbuat dari rotan, pelana pendek Manado dari tenunan potongan daun, perahu dari kayu kuning bercadik dua, dan lima model dayung. Juga beberapa jenis perahu lain dari Manado serta model perahu pelang-pelang Manado.

Koleksi kerajinan ada alat tenun dari Manado, satu di antaranya tidak lengkap lagi.

Untuk senjata dan pakaian, ada belati dengan gagang dari kayu coklat muda berhias kepala burung enggang, dipasangi bulu ayam di bagian bawah paruh. Helm dari kuningan mungkin tinggalan abad ke-17 dengan desain memakai bulu atau burung cenderawasih. Ada wateng suka yakni baju lapis baja yang dijalin kaku tanpa lengan.

Jenis helm kuningan.

 

Museum Etnologi Leiden mengkoleksi pula sepotong kulit kepala dengan rambut dari bajak laut Mangindano yang terbunuh di hutan antara Likupang dan Kema bulan April 1856. Ini dianggap tanda kehormatan. Selain itu ada tumpukan rambut penghias gagang pedang pada batang rotan dan ditenun dengan potongan rotan, dua diikatkan pada kumparan kayu. Ketiga benda ini adalah satu-satunya yang tersisa dari keadaan khas peradaban Minahasa lama hingga pelarangan pengayauan di masa kolonial.

Ada lagi tutup kepala kabasaran (sapeo e opas) dari kulit kayu bengkok dengan tutup kepala sejumlah jumbai ayam jantan dan bulu ayam di ring dengan tali dagu dari katun merah. Dua model pakaian pengantin pria Tombulu. Kemudian tongtong Manado dari bambu.

Untuk koleksi seni, ada alat musik gesek dari bilah kayu pipih dengan sisir bambu asal Manado.

Koleksi penting lain adalah walonsong (rumah jiwa) untuk anak-anak, juga sebuah walonsong lain, keduanya berasal Tombatu Tonsawang. Sebuah waruga dari Taratara Tomohon dan dua waruga lain yang tidak diidentifikasi asalnya, tapi satu diantaranya diduga dari Sawangan Airmadidi.   

Penutup waruga berhias.

 

Ada pula topi yang digunakan imam Minahasa pada upacara fosso. Gelang lengan dari kuningan dengan hiasan berlian dan relief digunakan imam dalam fosso.

Gelang lengan walian dalam fosso.

 

Sepasang gelang dari gading walian wanita dari Kawangkoan yang langka, kuningan kecil dan logam putih dari walian wanita Kawangkoan. Bagian atas tongkat imam dari perunggu berhias tiga kepala, satu besar dan dua kepala laki-laki kecil. Tongkat imam ini melambangkan pencipta bumi (si Apo Nimema’ in Tana) berasal Tombasian Atas Kawangkoan.

Tongkat imam.

 

Kemudian pula boneka kapas menggambarkan seorang pendeta wanita dengan tutup kepala runcing memakai kebaya dan sarung bahan katun dan kalung manik-manik warna warni.  ***

 

                             

-----------

Sumber tulisan dan screenshot foto-foto dari Catalogus van ’s Rijks Etnographisch Museum, deel XIX, E.J.Brill, Leiden 1927 oleh Dr.H.HJuynboll.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.