(Kisah Terbunuhnya Kontrolir Haga) 2
Oleh: Adrianus Kojongian
Rumah Kontrolir Kema 1880. *)
Rumah Kontrolir Kema 1880. *)
Bulan Februari 1879 datang ke Manado empat orang
Kontrolir muda usia dikirim Departemen Dalam Negeri Hindia-Belanda (Binnenlandsch-Bestuur, BB) yang status aslinya sebagai ambtenar BB
op Java en Madura. Mereka diperbantukan kepada Residen Manado dengan tugas
utama memperkenalkan sistem tanam paksa (stelsel
voor de cultures) seperti halnya di Jawa, terutama tanam paksa kopi yang
sangat menguntungkan pemerintah kolonial.
Orang paling muda diantara mereka adalah Hendrikus
Haga. Masih bujangan, lelaki kelahiran Harlingen di Negeri Belanda 26 April
1852 itu berpangkat sebagai kontrolir kelas 2, diangkat memimpin Afdeeling Kema
menggantikan Hennige.
Hendrikus Haga telah datang ke Jawa dari Belanda tahun 1873.
Ia memulai kerja ambtenarnya sebagai Aspiran Kontrolir, diangkat sejak April
1874 dan di tempatkan di Keresidenan Besuki Jawa Timur. Bulan Agustus 1875 ia
dipindahkan ke Keresidenan Kedu di Jawa Tengah, masih aspiran kontrolir. Bulan
Agustus 1876 ia berhasil naik pangkat menjadi Kontrolir klas 2, sekaligus dimutasi
di Cirebon Jawa Barat, sampai kemudian ditugaskan ke Kema Minahasa.
Tiba dan bekerja di Kema, Hendrikus Haga segera
melakukan tugas-tugasnya. Dengan instruksi agar memulai usahanya secara
bertahap, maka ia melakukan penyelidikan karena masuknya laporan banyak dari para
wajib kerja yang bersembunyi. Ia meregistrasi ulang data wajib kerja paksa di
afdeelingnya.
Kontrolir Haga awalnya masih melakukan pendekatan kekeluargaan terhadap kaum Borgo
yang terkena wajib kerja Heerendienst untuk melakukan pekerjaan tersebut dengan
baik-baik.
Tapi, pembangkangan orang Borgo tidak dapat diubah
lagi. Mereka yang didaftarnya harus bekerja Heerendienst dan membayar pajak
hasil tetap menolak dengan keras, meski diancam dengan dipenjara. Protes dan
keluhan justru diterimanya, baik secara lisan dan tertulis, yang juga diterima Residen.
Bulan Agustus 1879, karena kewalahan dan habis
akal, Kontrolir Haga melaporkan perkembangan pekerjaannya kepada Residen
Mr.P.A.Matthes, sambil mengharapkan intervensi darinya.
Buru-buru Residen Matthes pergi ke Kema. Ia justru memerintahkan
Kontrolir Haga agar menangkap para pembangkang dan orang-orang yang tidak puas dengan
aturan tersebut, serta mengirimkan
mereka ke Manado agar dapat dihukum langsung olehnya.
Sudah bukan rahasia lagi keluh-kesah dan penderitaan dari penduduk yang dikirim ke Manado gara-gara
menolak Heerendienst itu. Tapi, orang Borgo tidak
bergeming sedikit pun untuk mengikuti perintah Kontrolir dan Residen.
Adalah seorang pemberani bernama Hendrikus
Zacharias, penduduk Leter B Kema yang menjadi pemimpin dari kaum Borgo yang menolak
Heerendienst dan membayar pajak hasil
tersebut. Ia berani sekali dan tidak takut menyuarakan nuraninya dan juga suara kaumnya .
‘’Trada mau. Lebih baik mampos,’’ demikian Hendrikus
Zacharias berkata dengan aksen Maluku menyemangati teman-temannya yang
diregistrasi mesti bekerja dan giliran Heerendienst.
***
Kemudian terjadi peristiwa September itu.
Kontrolir Haga telah
menghitung ada 40 orang Borgo yang akan mendapatkan giliran Heerendienst untuk
mengerjakan jalan.
Hari Senin pagi, tanggal 29 September 1879, sekitar pukul 08.30, Kontrolir
Haga memanggil sebanyak 13 orang diantara ke-40 wajib Heerendienst. Salah
seorang diantara mereka adalah Hendrikus Zacharias sendiri.
Di pekarangan rumah Kontrolir yang berada di Leter
A, ketika ke-13 orang Borgo telah hadir di depannya, ia memerintahkan mereka
melakukan pekerjaan Heerendienst.
‘’Kalian harus bekerja menurut Heerendienst, karena
ini merupakan peraturan dari pemerintah untuk semua penduduk Minahasa,’’ kata
Kontrolir Haga.
‘’Ya, mijnheer
(tuan) Kontrolir, kami meminta banyak maaf, tuan. Kami tidak dapat melakukannya.
Karena di masa lalu mulai dari kakek dan ayah kami sampai kami anak-anak
mereka, orang Borgo bebas dari pekerjaan di jalan-jalan, tapi memiliki
pekerjaan lain atau membayar kontribusi. Oleh karena itu, kami tidak ingin
bekerja di jalan,’’ sahut mereka semua, serentak.
Mendengar jawaban demikian, Kontrolir Haga sangat marah dan mengancam.
‘’Jika kalian benar-benar tidak mengikuti semua perintahku, kalian akan dibawa
ke Manado dan dikurung selama satu bulan,’’ katanya tegas.
Hendrikus Zacharias segera tampil sebagai jurubicara.
Ia menjawab kontrolir: ‘’Ya tuan, bekerja di jalan atau di penjara lagi di Kema,
atau tuan mengirim kami ke Manado, itu tidak penting. Sama terakhir tuan, tujuh hari kami ditahan di Kema dan empat belas
hari di Manado. Tapi, sekarang, saya katakan, saya tidak bekerja! Akan lebih
baik jika peluru tuan menghancurkan kepala saya terlebih dahulu.’’
Jawaban Hendrikus Zaharias itu persis tamparan di muka
Kontrolir Hendrikus Haga.
Ketika suasana panas meningkat, kemarahan Kontrolir
sudah memuncak. Ia mengirim Opas untuk memanggil tiga Kepala Jaga yang bekerja
mengawasi pekerjaan di jalan agar segera menghadapnya. Dan, ketika ketiga orang itu
muncul, ia segera memerintah mereka: ‘’Kepala Jaga, bawa orang-orang ini ke Manado,
dan jaga mereka.’’ ¹
Kontrolir Haga kemudian membuat surat resmi yang
ditujukan kepada Residen dan kembali memberi perintah para Kepala Jaga membawa surat
serta ketiga belas orang Borgo ke Manado.
Tapi, Hendrikus Zacharias dan dua belas orang Borgo
itu tidak mengikuti para Kepala Jaga, bahkan dengan santai mereka berbalik untuk
kembali ke rumah masing-masing.
Ternyata, kepada ketiga Kepala Jaga itu mereka memberi
alasan, ‘’Kami pergi dulu ke rumah kami untuk mengabarkan istri kami kalau kami
akan pergi selama satu bulan di Manado. Juga untuk mengambil pakaian kami,’’ kata
mereka.
Jadi ketiga Kepala Jaga menunggu mereka di jalan dekat
pasar Kema, tapi, tidak satu pun dari ke-13 orang itu yang muncul. Sia-sia
menunggu, Kepala Jaga kembali melaporkan kejadiannya pada Kontrolir, ‘’Orang-orang
itu tidak mengikuti perintah dari tuan. Mereka semua pulang ke rumah
masing-masing.’’
Ketika mengetahui kejadian itu, kemurkaan Kontrolir Haga
tidak tertahan lagi. Ia mau ke rumah masing-masing wajib Heerendienst dan
menangkapnya. Ia memanggil W.C.van Duim Wijkmeester Leter A dan
memintanya untuk ikut dengannya tapi tanpa mengatakan kemana tujuannya. Mereka
berdua dengan diikuti ketiga orang Kepala Jaga serta Opas menyelusuri jalanan
di Kema.
Setelah berjalan cukup jauh, baru kemudian Kontrolir
bertanya kepada Wijkmeester van Duim, ‘’Dimana rumah Hendrikus Zacharias?’’
Wijkmeester yang mengenalnya segera mengajak Kontrolir menuju rumah Hendrikus
Zacharias yang dianggap sebagai pemimpin perlawanan.
Sekitar jam sebelas siang itu, mereka tiba di
pekarangan rumah Hendrikus Zacharias di Wijk Leter A.
Ternyata, Hendrikus
Zacharias sedang duduk di kursi bambu. Ketika melihat Kontrolir datang, ia berdiri,
mengambil kursi bambu, meletakkannya dan berkata: ‘’Duduklah, tuan.’’
Namun, kontrolir tidak berkeinginan untuk
duduk. Ia langsung berkata, ‘’Apakah kau tidak pergi? Lebih baik bagimu untuk
pergi ke Manado, untuk menyampaikan keberatan langsung kepada Residen.’’
Tapi, Hendrikus Zacharias menjawab: ‘’Seperti saya katakan
di rumah tuan Kontrolir. Lebih baik pasang
mati. deri pigi ka Manado,’’ tegasnya menolak. ‘’Biar pun peluru di kepala,
saya tidak pergi!.’’
‘’Kau harus pergi, apakah suka atau tidak!’’ teriak
Kontrolir Haga.
Sambil berkata demikian, Kontrolir Haga tiba-tiba meraih lengan Hendrikus Zacharias
dan menariknya untuk diserahkan kepada Kepala Jaga dan Opas.
Ternyata, Hendrikus Zacharias sangat tangkas, cepat
menepisnya, lalu dengan tak terduga menyambar bilah pedanya yang diselip di balik pintu, lalu disertai teriakan keras ia
membacok kepala lawannya. Kontrolir Haga menangkis serangan Hendrikus Zacharias
dengan lengan kanannya. Maka ia segera menderita luka di bagian kepala di atas
telinga dan lengan kanan.
Kejadian itu telah berlangsung dengan sangat cepat
tanpa dapat dicegah Wijkmeester van Duim dan ketiga Kepala Jaga. Mereka bahkan menggigil
ketakutan, tidak berani berbuat apa-apa, karena mereka bertangan kosong,
sementara Zacharias bersenjata tajam. ²
Opas yang bertugas sebagai pengawal pribadi
Kontrolir juga ikut gemetar ketakutan dan tidak mampu bertindak apa-apa untuk membela
tuannya. Ia hanya menarik Kontrolir untuk segera lari.
Kontrolir Haga yang kehilangan banyak darah dari
lukanya mencoba menyelamatkan diri dengan lari keluar pekarangan rumah Hendrikus
Zacharias, namun ia tersandung di got halaman rumah tersebut. ³
Segera ia jatuh terjerambab. Hendrikus Zacharias yang
memburunya, kembali menyerangnya dengan sengit, sambil berkukuk khas teriakan
kemenangan orang Minahasa, memberinya lima pukulan di bagian belakang.
Kontrolir luka pada leher, tangan, serta di kedua paha dan
pinggangnya.
Wijkmeester serta lain-lain mencari potongan kayu
atau batu untuk membantu Kontrolir. Ternyata kemudian Hendrikus Zacharias telah
melarikan diri sambil berteriak keras.
Kontrolir yang luka parah, didukung oleh
dua orang penduduk dibawa pulang ke rumahnya. 4
Begitu tiba di rumah, ia masih sempat mengirim ketiga Kepala
Jaga ke kampung-kampung, mengabarkan kejadian yang dialaminya,
sehingga kehebohan segera terjadi. Kabar pun dikirim ke Manado kepada Residen
Matthes.
Ketika Wijkmeester Leter A melihat kondisinya,
Kontrolir Haga telah sangat lemah dan jatuh hampir pingsan.
Wijkmeester van Duim memanggil Borgo bernama S.Chrestoffel
yang segera datang ke rumah Kontrolir. Ia membersihkan tubuh kontrolir yang
berlumuran darah dan membalut luka-lukanya dengan perban kain putih. Ketika
ditanya, Kontrolir Haga yang kesakitan dan masih sangat ketakutan meminta agar
di rumahnya dilakukan penjagaan, berjaga apabila Hendrikus Zacharias datang untuk
membunuhnya.
Segera tiba pula beberapa pria yang ikut membantu
membersihkan luka-luka kontrolir.
Hampir pukul tiga sore, Dokter Jawa tiba dari
Airmadidi. Ia pun segera melakukan pertolongan medis dengan obat-obatan yang
dibawanya.
Tapi, Kontrolir Haga telah mengalami luka-luka
yang terlalu besar dan dalam serta banyak kehilangan darah. Setelah sekitar
lima jam bertahan, bahkan sempat makan sepotong roti, pada pukul tiga sore, hari Senin itu, ia menghembuskan nafas
terakhir di usia 27 tahun, jauh dari ayah-ibu dan saudaranya yang ada di
Belanda.
Residen Mr.P.A.Matthes datang dengan disertai Kontrolir
Manado E.J.Jellesma, dokter militer Timmermans yang bertugas di Benteng Nieuwe
Amsterdam Manado, Hulpprediker (pendeta) dan
Hoofddjaksa (Jaksa Kepala). Masih di Airmadidi, ia telah menerima kabar Kontrolir Haga telah
meninggal. Baru malam hari ia tiba di Kema. Ia pula sambil menangis telah
memimpin upacara penguburan Kontrolir Hendrikus Haga esok sorenya. ***
¹. Ada versi Kontrolir
Hendrikus Haga memberi waktu setengah jam agar mereka berubah pikiran. Ketika
saat itu tiba, mereka terus bersikeras dengan niatnya dan semua orang Borgo
menjawab ‘’Trada mau.’’
². Beredar kabar kalau Kontrolir Haga menggunakan
cambuk kuda. Wijkmeester dan para kepala Jaga bahkan disebut langsung kabur.
³. Versi lain sepatunya terkait dipagar.
4. Berita diatas menyebut karena Kontrolir telah
ditinggalkan kabur, dengan susah payah ia berjalan pulang sendirian ke
rumahnya.
*).
Foto repro koleksi KITLV Digital Media Library.
BAHAN OLAHAN:
Delpher Kranten:
Algemen Handelsblad 1879, 1880; Bataviaasch
Handelsblad 1875, 1876, 1879; De
Locomotief 1876, 1879,1880; Het
Nieuws van den Dag 1879, Java Bode
1874,1879; Leeuwarder Courant 1880; Soerabaiasch
Handelsblad 1879; Soematra-Courant
1879.
Ensiklopedia Tou
Manado
***
Kontrolir Haga telah menghitung ada 40 orang Borgo yang akan mendapatkan giliran Heerendienst untuk mengerjakan jalan.
Ternyata, Hendrikus Zacharias sedang duduk di kursi bambu. Ketika melihat Kontrolir datang, ia berdiri, mengambil kursi bambu, meletakkannya dan berkata: ‘’Duduklah, tuan.’’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.